Dua tahun diabaikan oleh suami karena suatu kesalah pahaman yang bahkan tidak diketahuinya
Permintaan untuk perceraian oleh suami yang bahkan tidak pernah memandangnya membuat Yuna mengambil langkah berani untuk tidur dengan lelaki sewaan
Lalu apa yang akan terjadi jika gigolonya adalah suaminya sendiri?
Hanya tulisan ringan, slow update
Mohon tinggalkan komentar setelah membacanya...please🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya terpenuhi
Yuna memeluk si pria gigolo setelah melakukan ciuman tidak terarahnya tadi, dan gadis itu berbisik binal di telinga si pria
" Malam ini! Siksa aku tanpa ampun. Tumbuk aku dengan keras sampai aku hancur berkeping-keping" bisik Yuna dengan nada sensual. Si pria gigolo membulatkan matanya terkejut dibalik topengnya, tapi itu tidak berlangsung lama. Dengan sedikit bertenaga si pria gigolo mendorong Yuna kembali terbaring diatas ranjang lalu memainkan titik paling sensitif gadis itu dengan tangannya
Yuna mengerang dengan apa yang diterimanya. Erangan kenikmatan yang memenuhi ruangan khusus milik miss Gio tersebut. Si pria gigolo kembali mencium Yuna sembari tangannya yang juga bergerak mencoba memuaskan dibawah sana. Lupakan tentang rasa jijik, karena ini memang pekerjaan dari seorang gigolo, memuaskan para pelanggan yang menyewa mereka.
Selagi larut dalam cumbuan yang dirasakan, tiba-tiba si pria gigolo berhenti dan menatap pada Yuna di bawahnya
" Apa! Kenapa kamu berhenti?" tanya Yuna yang mendadak merasa kecewa saat si pria gigolo melepaskan diri. Tidak ada jawaban yang tersemat. Si pria tidak sedikit pun mengeluarkan suaranya atau memang itu peraturannya. Gigolo dilarang bicara dengan pelanggannya dan tugas mereka hanya melayani dan memenuhi perintah pelanggannya
Keterkejutan Yuna akan berhentinya si gigolo tidak berlangsung lama, saat mata gadis itu melihat si pria gigolo membuka kemeja yang membungkus tubuh atletisnya serta menanggalkan celana yang menyembunyikan pusaka berharganya
Yuna menganga menatap pemandangan didepannya. Pria gigolo itu benar-benar bagus dalam fisik, tapi sayang! Pekerjaannya sebagai gigolo sangatlah merusak semuanya. Hati gadis itu kembali tercubit saat terbayang akan fakta. Setitik air bening merembes melewati topeng penutup identitasnya, air yang berasal dari mata indahnya. Ini adalah pertama kalinya Yuna melihat organ vital pria dan itu bukan punya suaminya. Betapa hina dirinya sekarang ini, tapi lagi-lagi Yuna memilih tidak mau peduli
" Aku ingin merasakan benda itu berada dalam diriku" jerit batinnya mencoba membuang semua pikiran rasionalnya saat si pria menunduk di antara kedua pahanya. Mengobrak-abrik titik sensitifnya dengan begitu lihai
" Aah...aku ingin lebih...lebih dari ini" Yuna sudah benar-benar kehilangan akalnya. Dia sepenuhnya tidak peduli dengan apa yang sedang dilakukannya sekarang, karena yang diinginkannya saat ini hanyalah mencapai pelepasan dalam rasa nikmat ini
Si pria gigolo berhenti dari permainannya dan beralih pada upacara intinya. Memposisikan diri pada tempat yang tepat lalu...jleebb
" Aaaakkhhh" jeritan kesakitan menggema dari bibir Yuna sebelum si pria kembali membungkamnya dengan sebuah ciuman. Akhirnya pintu itu terbuka, pintu yang kuncinya di pegang oleh Aaron, sang suami. Tapi nyatanya kini, Yuna membiarkan pintunya terbuka dengan kunci yang bukan miliknya. Bahkan ada kemungkinan kunci ini sudah membuka puluhan pintu sebelumnya
Mata Yuna berair hingga merembes menuruni pipinya yang bertopeng. Akhirnya semuanya terjadi seperti apa yang dibayangkannya. Dia bukan lagi seorang perawan. Selaput itu telah pecah diterobos dan cairan merah itu merembes dibarengi dengan rasa sakit yang dirasanya. Yuna tidak ingin menyesalinya tapi hatinya tidak dapat berbohong. Andai Aaron yang menjadi yang pertama, maka Yuna juga tidak masalah jika diceraikan setelahnya. Tapi apalah daya! Saat hanya dia satu-satunya yang melibatkan perasaan dalam hubungan tidak jelasnya dengan Aaron. Cintanya tidaklah berharga bagi suaminya itu
Rasa sakit itu cukup kentara, setelah beberapa saat setelahnya rasa itu berubah menjadi rasa nikmat yang tidak dapat dijabarkan oleh Yuna. Pria gigolo itu begitu lihai membuatnya merasakan kenikmatan dari segala sisi. Tidak ada sedikitpun dari tubuhnya di sia-siakan si pria. Yuna bahkan dapat merasakan kecupan basah di setiap inci tubuhnya.
"Aah...ini sangat hangat dan nikmat" desahnya dalam pergulatan itu. Sedang si pria gigolo terus saja mengobrak-abrik tubuhnya malam ini.
"Aku bertanya-tanya? Apa yang akan terjadi jika aku dan Aaron melakukan hal ini dan dia meniduriku seperti ini? Mungkin kami tidak perlu untuk bercerai." batin Yuna berujar pedih. Yuna terus larut dalam dorongan yang terjadi hingga permainan itu sampai pada puncaknya. Cairan lahar putih itu menyembur memenuhi rahim Yuna, sedangkan gadis yang baru saja menjadi wanita itu tidak tahu apa yang sedang menimpa dirinya. Si pria gigolo sama sekali tidak menggunakan pengaman saat menyetubuhinya dan Yuna tidak tahu menahu ketika rasa nikmat dan hangat begitu terasa dibawah sana.
Yuna menatap pada si pria gigolo sesaat sebelum melepaskan seluruh kenikmatan yang menimpanya. Mendadak matanya melebar saat bayangan yang terlihat di matanya adalah Aaron. Gigolo yang sedang menyetubuhinya terbayang sebagai Aaron!
" Ah... aku terlalu banyak membayangkan sesuatu. Aku bahkan berhalusinasi sekarang." Yuna kembali membatin sebelum dirinya menggeleng. Tidak mungkin pria bertopeng yang sedang menikmati tubuhnya saat ini adalah suaminya, bukan? Semua pasti tidak akan mungkin jika Yuna melihat bagaimana sikap sang suami. Pasti akan sangat lucu jika itu benarlah seorang Aaron, dan untunglah suaminya belum segila itu
"Aku telah bertekad untuk mengosongkan hatiku saat ini. Jadi, lupakan saja tentang Aaron, Yuna" peringat gadis itu kembali pada dirinya sendiri, dimana pikirannya terus saja memikirkan tentang suaminya, Aaron Nelson
Yuna akhirnya mencapainya. Keinginannya yang paling tersembunyi selama ini. Sebuah percintaan hebat dengan lawan jenis, tapi suaminya tidaklah pernah mengerti dan bahkan tidak mau peduli. Bahkan, jika Aaron adalah pria sejati sekalipun. Yuna akan tetap merasakan kesendirian selama suaminya itu tidak ingin menyentuhnya
" Aku harap hari esok tidak akan datang, karena aku tidak memiliki siapapun untuk berbagi rasa yang tengah ku alami" lagi dan lagi Yuna membatin. Gadis itu benar-benar telah kehilangan prinsipnya. Perlahan mata itu terpejam, lelah dengan pikirannya dan juga lelah dengan kegiatan yang baru saja terjadi antara dirinya dengan si gigolo
"Kehidupan seperti apa yang sedang kujalani?" kata terakhir yang membayang di kepalanya sebelum gelap benar-benar menyapanya. Yuna terlelap dengan keadaannya yang masih begitu polosnya
Si pria gigolo melepaskan diri lalu menatap pada Yuna dalam. Rahangnya mengeras melihat keadaan Yuna seperti sekarang. Wanita itu terlihat begitu menggoda dengan tubuh telanjangnya yang terlentang
"Sial!" desis si pria gigolo sembari menggeletukkan giginya. Dia terlihat kesal dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Dirinya masih belum puas tapi wanita yang menyewanya sudah terkapar kelelahan
"Tidak ku sangka kau ternyata seindah dan senikmat ini," ujar si pria gigolo lagi yang kemudian turun dari ranjang dan memakai pakaiannya kembali. Dia juga menyelimuti tubuh telanjang Yuna dengan baik sebelum melangkah keluar dari kamar itu. Kamar yang menjadi saksi dirinya menikmati seorang gadis perawan
Tangan besar itu bergerak kasar melepas topeng hitam yang menutupi sebagian wajahnya, hingga terlihat wajah tampan tanpa cela dibaliknya. Sang pria gigolo berjalan dengan langkah lebar menjauh dari tempat itu setelah puas menyiksa sang gadis dalam kenikmatan yang diciptakan. Tanpa ekspresi ataupun senyum kesenangan, pria itu bertemu dengan miss Gio yang menunggu di depan pintu utama
"Tuan Aaron..."
.
.
.
Visual
Aaron Nelson
Yuna Azara Weston