NovelToon NovelToon
Dibalik Cadar Istriku

Dibalik Cadar Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:150.9k
Nilai: 4.7
Nama Author: omen_getih72

Raka Sebastian, seorang pengusaha muda, terpaksa harus menikah dengan seorang perempuan bercadar pilihan Opanya meski dirinya sebenarnya sudah memiliki seorang kekasih.

Raka tidak pernah memperlakukan Istrinya dengan baik karena ia di anggap sebagai penghalang hubungannya dengan sang kekasih.

Akankah Raka menerima kehadiran Istrinya suatu saat nanti atau justru sebaliknya?

Yuk simak ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

"Sini, biar aku saja yang lipat." tawar Pak Vino, meraih mukena dan sajadah.

Setelah melipat dan meletakkannya di meja, ia merangkul sang Istri menuju tempat tidur.

Bu Resha merasakan kenyamanan saat jemari Pak Vino melakukan pijatan lembut pada seluruh tubuhnya.

Hingga beberapa menit berlalu, ia mulai mengantuk dan terpejam.

Pak Vino mengulas senyum sembari membelai wajah Istrinya.

"Andai benar bahwa Nirma adalah Zahra kita yang hilang, kamu pasti akan sangat bahagia. Semoga Allah memberikan petunjuk." ucap Pak Vino dalam hati, lalu mengusap rambut panjang sang Istri dan membenamkan kecupan di kening.

"Selamat tidur, Sayang."

Setelah memastikan Bu Resha benar-benar lelap, Pak Vino memakaikan selimut.

Bangkit menuju lemari dan mengeluarkan setelan piyama. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Siapa yang telepon malam-malam begini?" Pak Vino melirik ke arah jam dinding.

Waktu menunjukkan pukul dua belas.

"Darren?"

Tanpa mengulur waktu Pak Vino segera menjawab panggilan.

"Assalamualaikum, Darren ?"

"Walaikumsalam. Vino, maaf aku menghubungimu malam-malam. Raka baru saja menghubungiku. Katanya ... Nirma dilarikan ke rumah sakit !"

Deg! Jantung Pak Vino seperti akan berhenti berdetak. Dalam sepersekian detik matanya digenangi cairan bening.

"Apa, dilarikan ke rumah sakit? Ada apa dengannya?"

Jantung Pak Vino seperti akan berhenti mendengar berita dari Pak Darren.

Tubuhnya seketika lemas, tangannya gemetar. Sejenak ia menoleh ke arah tempat tidur, khawatir jika Bu Resha akan terbangun.

"Raka bilang dia demam tinggi dan menggigil. Sekarang masih di UGD. Aku akan ke rumah sakit untuk melihatnya. Kamu mau menyusul?" tanya Pak Darren, mungkin saja Pak Vino ingin sekalian melihat Nirma.

"Rumah sakit mana?"

"Rumah Sakit Cahaya Harapan."

"Kalau begitu aku akan ke sana sekarang!" ucap Pak Vino cepat.

"Oke. Kita bertemu di sana. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Mengatur napas berulang-ulang, Pak Vino melirik sang Istri yang sudah terlelap.

Seperti mendapat sebuah firasat, Bu Resha merasa sangat gelisah dan sulit tidur. Ia bahkan menangis terisak-isak dalam shalatnya.

Dan sekarang, tiba-tiba saja Pak Darren memberi kabar tentang Nirma.

"Ya Allah apa ini sebuah petunjuk? Nirma, apa ini pertanda kalau dia adalah Zahraku yang hilang?"

Tak ingin mengulur waktu, Pak Vino segera bangkit.

Sebelum keluar kamar, ia lebih dulu memastikan sang Istri sudah tidur dengan nyenyak.

Membenarkan selimut dan mencium kening. Lalu, meletakkan bantal guling tepat di sisinya, agar Bu Resha merasa ada dirinya di sana.

"Aku keluar sebentar. Tidur yang nyenyak, ya." ucap Pak Vino seraya meniupkan sebaris do'a di ubun-ubun.

Ia menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar tak menimbulkan suara.

Sebelum turun ke lantai bawah, ia sempat menoleh ke kamar si sulung.

Biasanya, saat Brayn ada di rumah, Zayn dan Bima akan tidur di kamar sang kakak.

Senyum Pak Vino mengembang saat mendapati ke tiga putranya terlelap di pembaringan yang sama.

Bima berada di tengah menjadi pengganti bantal guling untuk dua kakaknya.

Melihat itu, tiba-tiba saja bola mata Pak Vino dipenuhi cairan bening.

"Andai Zahra berada di tengah-tengah mereka...."

Membayangkan itu saja sudah membuat Pak Vino meloloskan air mata.

Andai itu benar terjadi, kebahagiaannya pasti akan sempurna. Tidak akan ada lagi kekosongan dalam hatinya.

Pak Vino mengusap ujung matanya, lalu mendekat ke tempat tidur. Membelai rambut putranya satu-persatu.

Tak terasa mereka sudah tumbuh besar, tapi bagi Pak Vino mereka tetaplah anak kecil.

Ia membenarkan selimut.

"Papa?" Pak Vino menoleh saat si bungsu terbangun.

Anak lelaki itu mengusap kedua matanya dan menatap Papanya dari ujung kaki ke ujung kepala.

"Papa mau pergi?"

"Stt! Jangan berisik! Kakak sedang tidur."

Sontak Bima membekap mulutnya dengan telapak tangan.

Ia bangkit perlahan dari tempat tidur agar tak membangunkan kedua Kakaknya.

"Papa mau ke mana?"

"Mau keluar sebentar, Nak."

"Tapi ini kan tengah malam. Memang mau ke mana malam-malam begini? Perginya sama Mama?" Pertanyaan panjang itu membuat Pak Vino mengulas senyum.

"Tidak, perginya dengan sopir saja. Mama sedang tidur."

"Ikut!" rengek Bima manja.

"Papa ada urusan penting. Tidak lama. Kamu kan besok sekolah."

Bibir mungil itu mengerucut. "Ya sudah, Papa hati-hati, ya."

"Iya, Nak. Sana tidur. Papa buru-buru."

Bima mengangguk pelan. Lalu, kembali ke tempat tidur dan menghempas tubuhnya ke tengah.

Terlihat guncangan kecil di ranjang empuk yang membuat Brayn dan Zayn meringis.

"Awh! Sakit! Bima Sakti, kamu sedang apa?" gerutu Brayn dengan suara serak, sembari mengusap lengan.

Ia yang masih dikuasai kantuk itu kembali terpejam.

"Ugh, terasa seperti kejatuhan meteor. Diet sedikit, Bim! Jangan makan terus!" gumam Zayn yang juga setengah sadar.

"Hehe... maaf, Kakak. Ini mau baring di tengah lagi."

Pak Vino terkekeh, lalu segera keluar kamar. Ia tak ingin mengganggu Brayn.

Putra sulungnya itu jarang tidur karena lebih banyak tugas malam di rumah sakit.

Sedangkan Zayn, Pak Vino takut ia akan berharap banyak dan kecewa kalau ternyata nanti Nirma bukanlah Adik kembarnya.

****

Mobil yang ditumpangi Pak Vino baru saja memasuki halaman rumah sakit.

Pada saat yang sama Pak Darren juga baru tiba, sehingga keduanya bertemu di parkiran.

"Aku baru saja menghubungi Raka. Katanya, Nirma masih ditangani ruang IGD. Mereka sedang menunggu hasil lab." ucap Pak Darren, yang baru saja mengakhiri panggilannya dengan Raka.

"Baiklah, ayo, masuk!"

Keduanya berjalan dengan sedikit tergesa-gesa memasuki gedung rumah sakit.

Pak Vino merasa sangat kacau saat ini. Bahkan ia tak dapat tenang memikirkan Nirma.

Begitu tiba di depan ruang IGD, dari kejauhan Pak Vino melihat Raka sedang berdiri dengan menyandarkan punggung di dinding.

Ia hanya mengenakan kaos oblong, celana jean's dan sandal rumahan.

Sepasang tangan Pak Vino terkepal tanpa sadar. Entah kenapa bayangan saat Raka makan siang berdua dengan gadis lain muncul dalam ingatan.

Ingin rasanya ia layangkan kepalan tinju ke wajah lelaki itu dan bertanya apa yang sudah ia lakukan sampai Nirma sakit seperti sekarang.

Pandangannya kemudian beralih pada kursi di mana Ustadz Yusuf duduk dengan tatapan penuh khawatir.

"Assalamualaikum." ucap Pak Darren, seraya melangkah mendekat.

"Waalaikumsalam." Ustadz Yusuf seketika menoleh dan langsung bangkit.

Menyambut uluran tangan sang besan dan juga Pak Vino.

"Baru tiba, Pak Ustadz?"

"Baru saja. Saya mendapat kabar dari Raka kalau Nirma sakit, makanya saya dan Uminya langsung ke sini."

Pak Darren mengangguk, terlihat penuh rasa bersalah. Ia lantas melayangkan tatapan menghujam ke arah Raka.

"Bagaimana keadaan Nirma?"

"Masih ditangani, Abi. Ada Umi yang menemani di dalam."

Sama seperti Pak Darren, Pak Vino juga terlihat sama kesalnya, bahkan lebih.

Tidak lama berselang pintu kaca itu terbuka dan memunculkan seorang dokter wanita.

Baik Pak Vino, Pak Darren, Raka maupun Pak Ustadz langsung memusatkan perhatian kepada wanita itu.

"Bagaimana keadaan Istri saya, Dokter?" tanya Raka.

************

************

1
Konny Rianty
Udh lh thorrr Zahra cerai aja dgn raka" biar sadar raka nyaaa...
Retno Harningsih
up
Dwi Winarni Wina
Akhirnya zahra dasar jg menyebut nama papanya...
Dwi Winarni Wina
Pak Vino tidak terima putri kesayangannya diperlakukan sangat kasar dan hanya dijadikan istri pasangan aja
Dwi Winarni Wina
Semua memusuh raka yg berani menyakiti princess kesayangannya...
Dwi Winarni Wina
ibu reasha sangat bahagia akhirnya putri yg bilang telah kembali lagi.....

tangisan haru dan bahagia dirasakan keluarga putri satu2 telah kembali kerumah.....
Konny Rianty
Ciannnn zahra "" ceraiii aja dlu thorrr" nti udh baikan baru bersatu lagii
Dwi Winarni Wina
Martin dan hellen hrs dijebloskan kepenjara selama ini sangat jahat dan licik yg membunuh ayahnya raka dan menuduh mulan yg membunuhnya....
Athenna
Semoga mendapatkan solusi terbaik/Sob//Sob/
Phecekkk
Massa allah ikut nangis lhoo q thoor tanggung Jawab, qgk bisa ngebayangin diposisi zahra kyak gimna intiny gk sanggup q..
Mulianti Mulianti
semangattttt thor
Mulianti Mulianti
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/ semoga apapun keputusan itu yg terbaik.
yeni nurhayati
zahra diberi hati yg baik. Alloh pasti memberikan petunjukNya
yuliana samsiah
semoga menemukan solusi terbaik untuk semua
Soraya
semoga semuanya berjalan baik vino mau memaafkan Raka
yeni nurhayati
ditunggu update nya thor
Busia Mtp
Kecewa
Busia Mtp
Biasa
Dwi Winarni Wina
zayn tidak membiarkan raka mendekati adiknya,,,,
sangat marah dan emosi adiknya diperlakukan kurang baik...
Dwi Winarni Wina
Nirma kabuuuur dr rmh sakit takut terjadi sesuatu dengan ibunya mulan.,.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!