NovelToon NovelToon
Kebangkitan Raja Dunia Bawah

Kebangkitan Raja Dunia Bawah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Epik Petualangan / Dunia Masa Depan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: asep sigma

Kael Draxon, penguasa dunia bawah yang ditakuti dan dihormati pada masa nya. Namun, di puncak kekuasaan nya, Kael Draxon di khianati oleh teman kepercayaan nya sendiri, Lucien.
Di ujung kematian nya, Kael bersumpah akan kembali untuk balas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asep sigma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Yang Gagal

Dingin.

Itu yang pertama kali Kael rasakan saat ia berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di bawah tanah Pabrik Lothar Industries. Dinding beton yang lembap, bau logam dan minyak yang menyengat, serta suara mesin di kejauhan menciptakan suasana yang membuat bulu kuduk meremang.

Ia melangkah hati-hati, nyaris tanpa suara. Di belakangnya, suara deras air dari pipa-pipa besar mengalir seperti gumaman hantu. Jalur bawah tanah ini adalah rencana cadangan mereka—jalur yang hanya diketahui oleh segelintir orang, tempat para pekerja ilegal dulu diselundupkan ke pabrik ini bertahun-tahun lalu. Jika semua berjalan sesuai rencana, ia akan tiba di ruangan rahasia tempat data proyek Nexus Core disimpan.

Setelah beberapa menit, ia tiba di ujung lorong—sebuah pintu besi besar dengan panel elektronik di sampingnya.

"Iris, aku di depan pintu masuk ke ruang bawah tanah pabrik," bisiknya melalui alat komunikasi kecil di telinganya.

"Tunggu sebentar, aku akan membobol sistemnya," jawab Iris. Suara ketikan cepat terdengar di latar belakang.

Setelah beberapa detik, layar panel elektronik berbunyi pelan.

BIP.

Pintu terbuka dengan suara mendesis, memperlihatkan sebuah ruangan besar dengan lampu redup. Mesin-mesin tua berbaris di sepanjang dinding, sementara jalur besi dan tangga spiral menghiasi langit-langit tinggi. Ini adalah salah satu ruang tersembunyi di dalam kompleks Lothar Industries.

Kael melangkah masuk dengan waspada. Tapi sebelum ia bisa melangkah lebih jauh—

"Sudah kuduga kau akan datang, Zayne Draxon."

Kael langsung menoleh ke arah sumber suara. Dari bayangan di sudut ruangan, seorang pria besar melangkah maju.

Garth.

Dia berdiri dengan santai, tangan disilangkan di dada, matanya penuh dengan rasa puas. Di belakangnya, beberapa penjaga bersenjata sudah bersiaga, mengarahkan senjata mereka ke Kael.

Kael langsung menyadari bahwa ini adalah jebakan.

Garth menyeringai. "Aku tidak mengira kau akan begitu bodoh untuk masuk sendirian. Tapi ternyata aku salah. Sekarang, kau tidak punya tempat untuk lari."

Kael menggeram pelan. Dia sudah memperhitungkan banyak kemungkinan, tapi tak menyangka Cobra Zone bisa bereaksi secepat ini.

Garth melangkah lebih dekat. "Kita akan bertemu dengan seseorang yang ingin sekali berurusan denganmu. Jadi, jangan banyak bergerak."

Sebelum Kael bisa melakukan sesuatu, salah satu penjaga mendekat dan menghantamkan popor senjata ke belakang kepalanya. Pandangannya langsung kabur, tubuhnya limbung.

Seketika, semuanya menjadi gelap.

...****************...

Di luar pabrik, di dalam van hitam, suasana tegang masih menyelimuti. Edgar sudah menyalakan mesin mobil, menunggu kedatangan Zayne agar bisa kabur dengan cepat.

Taron, Elira, Iris, masih menunggu dengan cemas.

Iris mengetuk-ngetukkan jarinya ke layar laptop, menunggu sinyal dari Kael. Namun, sinyalnya tiba-tiba menghilang.

"Zayne?" Iris mencoba memanggilnya melalui sistem komunikasi.

Hening.

"Zayne?!" Suaranya lebih keras, lebih panik.

Edgar menatapnya tajam. "Apa yang terjadi?"

Iris menggeleng, ekspresi wajahnya berubah pucat. "Sinyalnya... menghilang."

Elira langsung menegang. "Tidak... Tidak mungkin..."

Taron mengepalkan tangannya. "Sial! Aku tahu ini ide buruk! Kita harus masuk dan—"

Namun sebelum ia bisa menyelesaikan kata-katanya, suara Iris kembali terdengar, kali ini dengan nada penuh ketakutan.

"Ada yang salah..." Ia menelan ludah, menatap mereka dengan wajah pucat. "Aku... Aku baru saja menemukan sesuatu di sistem..."

Edgar mengerutkan kening. "Apa?"

Iris menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Zayne... Dia sudah ditunggu sejak awal. Mereka tahu dia akan masuk ke sana."

Semua orang di dalam van membeku.

Lalu, seperti ledakan petir dalam keheningan malam, sebuah pemahaman menyerang mereka semua.

Kael telah masuk ke dalam perangkap.

Taron mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Kita harus melakukan sesuatu. Kita ga bisa diam aja di sini."

Namun, sebelum ada yang bisa bergerak,

BRUK! BRUK! BRUK!

Suara hantaman keras terdengar dari luar van.

Elira terlonjak. "Apa itu?"

Edgar langsung meraih pistolnya, menoleh ke Iris. Matikan semua sistem! Jangan biar kan mereka melacak kita."

Tapi Iris sudah membeku di tempatnya, wajahnya pucat pasi. Tangannya gemetar saat menunjuk ke layar laptop. "Terlambat..." bisiknya.

Taron menyipitkan mata ke arah layar. Dan saat ia melihat apa yang muncul di sana, perutnya terasa seperti jatuh ke dalam sebuah jurang.

Sebuah radar digital dengan titik merah yang mengelilingi lokasi mereka.

Hanya satu yang mereka yakini. Ini kekalahan total mereka, selain markas yang sudah di bakar, Zayne yang tidak diketahui keadaannya dan sekarang mereka malah dikepung oleh pasukan musuh.

Lalu—

DOR!

Sebuah peluru menembus kaca depan mobil. Edgar mengumpat, langsung merunduk sambil menarik Iris ke bawah.

Dari luar, terdengar suara keras—perintah tegas dari komando pasukan musuh menggunakan pengeras suara.

"Keluar dari kendaraan! Angkat tangan kalian !kalian sudah terkepung sepenuhnya, tidak ada jalan keluar. Jadi serahkan diri kalian!"

Taron meraih senjatanya, wajahnya di penuhi amarah. "Kita tidak bisa menyerah begitu saja!"

Tapi Edgar menahannya. "Berani kau menembak, dan kita semua mati."

Taron menatapnya dengan mata berapi-api. "Jadi kita cuma akan duduk diem?! Zayne ada disana—mereka bisa saja sudah membunuhnya.

"Dan kalau kita semua mati disini? Siapa yang akan menyelamatkan dia?" jawab Edgar, tegas dan dingin.

 Taron terdiam. Napasnya berat.

Elira menelan ludah, tangannya mengepal di atas lututnya, "mereka enggak akan membiarkan kita pergi, kan?"

Edgae tak menjawab. Tapi dari caranya diam, mereka semua tahu jawabannya.

Lalu—

BRUK!

Pintu belakang van ditendang terbuka, Taron Elira dan Iris terlihat terkejut, beberapa pria bersenjata menyerbu masuk.

Elira menjerit saat seseorang merenggut lengannya, menariknya keluar dari van.

Taron mengumpat dan mencoba melawan, tapi popor senapan menghantam perutnya dengan keras. Ia tersungkur ke tanah dengan erangan tertahan.

Iris hampir jatuh saat tangannya ditarik kasar. Matanya membelalak ketakutan saat melihat betapa banyaknya pasukan bersenjata di luar. Mereka berpakaian hitam, wajah tertutup masker dengan mata yang dingin dan tak berperasaan.

Edgar adalah yang terakhir keluar. Ia tidak melawan. Hanya melangkah turun dengan tenang, meskipun matanya menyiratkan bahaya yang tersembunyi.

Seorang pria melangkah maju dari barisan pasukan Cobra Zone.

Pria bertubuh besar dengan wajah mulus, namun terlihat berbahaya.

Dia menatap mereka semua dengan tatapan menilai, lalu tersenyum kecil. "Akhirnya... kalian tertangkap juga, semut-semut kecil."

Edgar mendongak, menatapnya lurus-lurus. "Siapa kau?"

Pria itu menyeringai. "Aku? Aku adalah Darius Voss."

Nama itu langsung menyentak kesadaran mereka.

Darius Voss.

Salah satu eksekutif tertinggi Cobra Zone.

Taron meludah ke tanah. "Bajingan..."

Darius terkekeh. "Senang melihat kalian semua di sini. Patut aku acungi jempol, dengan keberanian kalian untuk melawan kami. Tapi sayangnya, butuh waktu 100 tahun lagi bagi kalian untuk mengalahkan kami."

Edgar tetap diam. Ia tahu ada yang lebih penting sekarang." Zayne..." Darius menoleh ke arah Edgar. "Dimana Zayne sekarang?"

Darius mengangkat bahu. "Oh, dia? Dia sudah di tempat yang jauh lebih... menyenangkan."

Taron berusaha menerjang ke arahnya, tapi langsung dihajar mundur oleh dua orang penjaga.

Elira berteriak, matanya mulai berair. "Apa yang kalian lakukan padanya?"

Darius menatapnya dengan tenang. "Tenang saja nona, kami tidak akan membunuhnya... belum."

Taron mendongak, wajahnya merah karena marah. "Kalau kau menyentuh dia—"

Darius menatapnya sinis. "Kau bisa apa? Mengancam tanpa bisa berbuat... yah, mau bagaimanapun kalian sudah kalah."

Dia berbalik, melangkah santai. "Bawa mereka semua."

Para penjaga bergerak cepat, mengikat tangan mereka dengan borgol.

Edgar tetap menatap Darius. "Apa rencanamu?"

Darius tersenyum tipis. "Sederhana saja."

Dia menoleh, menatap mereka semua satu per satu.

"Kalian akan menemui Tuan Ronan."

Udara seakan membeku seketika.

Tidak ada yang berbicara.

Angin malam berhembus kencang, entah apa yang akan terjadi pada mereka ketika disana. Mereka hanya bisa berharap hal baik menimpa mereka.

1
Mia Sagitarius
penghianatan!!
Song Min: makasih, udh mampir kak
total 1 replies
Gamaken
Semangat kak upnya!
Song Min: thank u lek
total 1 replies
Chị google là em
Keren banget sih!
Song Min: thanks kak, pantengin kelanjutannya ya/Smirk/
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!