Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. PINDAH
Rion tidak pernah tahu kalau gadis bernama Liliana merupakan pekerja keras ketika di kantor. Tak pernah mengira kalau gadis itu begitu cekatan dengan apa yang dikerjakan. Ia bahkan tak menyembunyikan kekagumannya ketika tahu bahwa gadis itu dapat menempati posisi wakil ketua departemen khusus di perusahaan miliknya ini. Sehebat apa sebenarnya Lili hingga mampu membuat Frans sang ketua departemen khusus bisa memberikan posisi penting tersebut ke gadis yang bahkan belum ada dua tahun bekerja di perusahaan sekelas Lorenzo. Mengingat betapa ketat dan menuntutnya Frans, salah satu orang kepercayaan Rion dalam mengembangkan perusahaan.
"Tidak sadarkah dia kalau ini sudah sangat malam?" gumam Rion yang berdiri di depan pintu kaca, mengamati Liliana yang masih berkerja sendirian di dalam sana.
Niat Rion hanya ingin melihat-lihat departemen sistem perusahaan karena sudah lama sekali sejak terakhir ia melihat dan mengamati teritori ini. Namun siapa sangka Rion justru mendapati gadis yang tak lagi asing untuknya itu ternyata masih bekerja ketika waktu menunjukan pukul sembilan malam.
"Kenapa kau berdiri di sana seperti patung, Rion?"
Suara familier untuk sang empunya nama tak membuat Rion mengalihkan pandangan dari gadis yang sibuk dengan kegiatan coding-nya di dalam sana.
"Kenapa dia masih bekerja sedangkan yang lain sudah pulang, Frans?" tanya Rion pada sang ketua departemen khusus sekaligus teman baiknya sejak kuliah.
Frans melihat ke dalam ruangan, dan tersenyum saat tahu siapa yang dibicarakan. "Ah, dia memang suka seperti itu. Dia tidak akan berhenti sebelum yang dia kerjakan selesai," jawab Frans.
"Kudengar dia adalah wakil ketua departemen khusus, bagaimana bisa kau memberikan posisi itu ke gadis muda yang bahkan belum ada dua tahun bekerja di sini?" tanya Rion lagi, ingin tahu lebih banyak tentang gadis di dalam ruangan itu.
"Dia jenius. Tapi problem solving dia luar biasa, itu yang membuatku berani menempatkannya di posisi penting itu." Kini Frans berdiri di samping Rion, sama-sama memerhatikan bagaimana Liliana bekerja di balik komputernya.
"Apa pernah terjadi sesuatu dan dia ikut andil? Alasan kenapa kau menjadikannya wakil ketua," tanya Rion lagi.
Frans mengangguk. "Sistem perusahaan kita pernah dibobol oleh orang tak dikenal sekitar delapan bulan lalu. Semua sistem perusahaan kacau, tidak bisa diakses, dan terlebih lagi semua data perusahaan nyaris dicuri saat itu. Aku sendiri bahkan kewalahan untuk menggagalkan penyerangan itu. Dan saat semua panik, Lili melakukan serangan balik dan menggagalkan serangan ke perusahaan dengan virus buatannya sendiri. Aku masih merinding setiap kali mengingat hal itu," jawabnya.
"Serangan cyber dari luar kau bilang? Jangan bilang serangan yang kau laporkan waktu itu, yang kau bilang telah menangkap pelakunya?" Rion terkejut dengan informasi yang barusan ia dengar.
"Benar. Dan Lili juga yang menemukan pelakunya, bahkan mendapatkan foto pria itu yang duduk di depan layar komputernya." Ada nada penuh kekaguman dan bangga pada wajah Frans, seolah sedang membanggakan orang yang penting untuknya.
"Bagaimana caranya?" Rion seolah kehilangan kata sekarang.
"Hacking. Gadis itu seorang hacker profesional. Agh, bahkan jika mau dia bisa bekerja di instansi pemerintahan dengan sangat mudah atau perusahaan Google dengan kemampuannya itu," kata Frans, sedikit menyayangkan kalau gadis sehebat Lili harus tenggelam dalam perusahaan ini. Walau perusahaan Lorenzo salah satu perusaahan paling berpengaruh di perekonomian Amerika hingga luar negeri.
Habis sudah kata yang bisa Rion keluarkan untuk mengomentari atau bertanya tentang seorang Liliana Larossa. Tak pernah menyangka kalau gadis itu bisa sehebat itu. Mengingat sang gadis memiliki masa lalu yang luar biasa kelam dan traumatik yang tak bisa diremehkan, dapat berdiri dan menjadi orang hebat seperti itu benar-benar hal luar biasa.
"Frans, ada sesuatu yang akan kusampaikan padamu tentang Liliana," kata Rion serius. Ia datang ke departemen ini tujuan sebenarnya adalah memang akan mengatakan tentang kepindahan Lili untuk bekerja di rumah.
"Apa?" tuntut Frans. Pria bermata biru dengan rambut pirang gelap itu kini ikut menatap temannya dengan ekspresi sama seriusnya.
"Aku akan memindahkan Liliana ke rumahku, dia akan bekerja dari rumah," ucap Rion langsung to the point.
"Hah?" Frans terkejut luar biasa dengan ucapan teman sekaligus atasannya itu.
Mau tidak mau Rion menceritakan tentang apa yang terjadi, tentang Liliana dan Lucas. Frans tahu semua apa yang terjadi dalam hidup Rion, tentang pernikahannya, kaburnya sang istri dengan pria lain, tentang Lucas dan segala masalah bocah itu. Terkadang Frans mengasihani bagaimana hancurnya keluarga kecil temannya itu, kesulitannya menjaga sang buah hati sebagai single parent. Rion mungkin menjadi pria yang sukses dan bergelimangan harta, namun kehidupan cinta pria itu benar-benar tidak pernah berujung baik. Dan semakin bertambahnya usia, Frans tahu kalau Rion mendambakan sosok yang bisa menemani hari-harinya.
"Jika itu yang telah kau putuskan aku tidak dapat menentang. Lucas mungkin lebih membutuhkan Liliana dibandingkan perusahaan ini. Lagipula masih ada aku yang siap meng-handle bagian ini," Frans setuju dengan keputusan atasannya itu.
"Frans, menurutmu Lili orang yang seperti apa? Apakah dia gadis baik? Kau sudah mengenalnya selama setahun belakangan ini, jadi walau sedikit pasti tahu tentangnya. Aku hanya ingin memastikan saja," Rion kembali bertanya. Bukan meragukan tentang apakah gadis itu baik atau tidak, melainkan ia hanya ingin tahu tentang gadis itu dari berbagai sudut pandang.
"Dia gadis baik. Seperti yang kau lihat dia rajin dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Walau dia sedikit tertutup dengan orang-orang sekitar. Ramah, tapi memilih untuk tidak terlalu dekat dengan siapa pun. Khususnya pria, dia selalu menjaga jarak bahkan ketika untuk sekedar bicara. Tipe gadis pendiam," jawab Frans.
Jawaban dari temannya itu membuat Rion kembali teringat akan obrolannya bersama ayah Lili. Traumatik gadis itu sepertinya tidak main-main. Bahkan ketika ia sudah menjadi orang sehebat itu, ia masih memiliki kelemahan yang tidak bisa dihilangkan. Kejadian st gadis itu sekolah dulu sepertinya benar-benar mimpi buruk. Ia bahkan tidak berani membayangkan bagaimana hancurnya gadis itu di tahun-tahun awal setelah kejadian tersebut. Berpikir kalau Rion di posisi gadis itu, mungkin ia memilih mengakhiri hidupnya dibandingkan hidup dengan semua mimpi buruk atas pelecehan bejat itu. Ini membuktikan bahwa gadis itu jauh lebih kuat dibandingkan Rion.
Rion masuk ke dalam ruangan setelah mengatakan kalau ia akan mengajak Lili untuk pulang sekarang kepada Frans. Dan pria pirang itu pun pamit untuk juga pulang karena waktu sudah cukup malam.
"Kurasa ini sudah lewat dari jam kerja, Lilipad," ucap Rion dengan senyum mengembang di wajah, entah kenapa memanggil gadis itu dengan panggilan yang biasa digunakan oleh Lucas terdengar menyenangkan untuk Rion.
Sontak gadis itu langsung memutar kursi berodanya, melihat Rion dengan dahi berkerut walau segera ia hilangkan saat tahu siapa yang bicara.
"Pulang," ucap Rion lembut namun terkesan mutlak dan tidak dapat disanggah sama sekali.
"Tanggung, sedikit lagi," tolak Lili.
"No, kerjakan lagi besok. Aku sudah bertanya pada Frans kalau itu bukan pekerjaan yang dikejar deadline, jadi pulang sekarang" ucap Rion lagi dengan nada lebih memerintah.
Dahi Lili berkerut, tidak senang dengan suruhan atasannya ini.
"Ah, ah, berhenti memasang wajah seperti itu, dan kemasi barangmu sekarang, little girl. Tidak ada penolakan," kata Rion ketika tahu kalau gadis itu sedang berusaha menolak lagi dan memasang wajah protes.
"Baik," jawab Lili akhirnya, tahu kalau ia tidak akan menang walau berdebat. Dan ia terkejut ketika melihat jam di komputernya, tidak sadar kalau jam sudah menunjukan pukul jam sembilan lewat.
"Good girl," ucap Rion dengan senyum penuh kemenangan.
Lili benar-benar tidak berkutik ketika Rion sungguh menungguinya mengemasi barang. Tahu kalau mungkin Lili akan kembali melanjutkan pekerjaannya jika ditinggal begitu saja.
"Lili?" panggil Rion ketika gadis itu hendak keluar dari ruangannya.
"Ya?" sahut Lili yang melihat kembali ke arah Rion.
"Siapkan barang-barangmu, dalam tiga hari lagi kau akan tinggal di rumahku. Aku juga sudah bicara dan meminta izin dari ayahmu dan Beliau mengizinkan. Frans, ketua departemenmu juga sudah setuju tadi. Jadi selama tiga hari siapkan saja barang-barangmu dan kau akan pindah. Aku akan menjemputmu," kata Rion dengan senyum lebar yang terulas begitu indah di paras tampannya itu.
"Apa?!"
Senyum Rion semakin mengembang saat melihat keterkejutan di wajah gadis itu. Tahu kalau Lili tidak pernah menyangka bahwa Rion akan bergerak cepat atas apa yang dikatakan beberapa hari lalu untuk tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas.
I got you now, baby girl.