Tak di pandang di tempat iya berada sebelumnya. Namun keberadaannya saat ini mampu membuat orang lain mengejar-ngejarnya. Berawal dari kesalahan orang tua yang membuatnya harus hidup di antara garis kemiskinan. Di hina oleh orang lain dan di rendahkan oleh kekasihnya sendiri.
Tiba-tiba sang kakek datang ketika cucu nya benar-benar dalam himpitan rasa malu dan kesal.
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat dan alur cerita itu bukanlah hal yang sebenarnya.
Salam Halu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Turyana affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7,75 Milyar
"Ini kartu emas mentaribank" Arsa langsung mengeluarkan sebuah kartu berwarna keemasan tersebut. Semua karyawan showroom mobil Lamborghini tersebut sangat terkejut di saat Arsa mengeluarkan kartunya. Tentu saja mereka sangat tahu kartu apa yang dipegang oleh Arsa itu. Sebuah kartu dari bank Mentari dengan kelas VIP. Kartu berkelas tinggi yang dikeluarkan oleh bank Mentari. Minimal, sebanyak puluhan juta harus disetorkan ke dalam kartu tersebut setiap bulan untuk bisa mendapatkan kartu tersebut. Pelanggan yang biasa membeli mobil di tempat itu adalah orang-orang kaya yang sangat berkelas. Tamu-tamu terhormat pembeli mobil lamborghini. Dan mereka semua menggunakan kartu yang sama seperti yang dimiliki oleh Arsa. Di saat Deni melihat kartu yang dipegang oleh Arsa tersebut, ia membeku dan tak bisa berkata apa-apa. Ia merasakan hujan es yang sangat dingin menyiram tubuhnya dengan begitu saja. Sehingga membuat seluruh tubuhnya terasa mati.
"Kaaa... Kamuuu... Bisa memegang kartu ini" Ucap Deny dengan tergagap. Kartu ini menunjukkan jika Arsa bukanlah orang miskin.
" 7,55 miliar, aku akan membayarnya dengan kartu ini. Aku tidak akan menawar Karena aku tidak biasa menawar." Arsa memberikan kartu tersebut kepada Deni. Deni yang menerima kartu tersebut pun menatap Arsa dengan mulut menganga dan mata terbelalak. Seolah ia benar-benar melihat hantu di depannya. Iya tidak menyangka bahwa Arsa akan bisa memiliki kartu emas tersebut.
"Tunggu apa lagi? Cepat ambil kartunya!" Arsa mengeruskan kening karena Deni tak kunjung mengambil kartu dari tangannya.
"Iya iya..." Deni dengan cepat mengulurkan tangannya yang gemetaran dan mengambil kartu yang disodorkan oleh Arsa. Dan saat ini, sikap Deni benar-benar berubah dari yang tadi. Kali ini, Deni menunjukkan rasa hormatnya kepada Arsa. Sesaat kemudian Deni yang memegang kartu tersebut dengan cepat berjalan menuju ke kantor manajer. Terlihat wajah Deni begitu pucat.
Setelah kepergian Deni ke ruang manager, Arsa mengalihkan pandangannya menuju ke beberapa karyawan yang tadi ikut bersama Deni untuk menghinanya. Mereka semua terlihat pucat dan keringat dingin mengucur dari dahi. Mereka Semua terlihat begitu ketakutan dan menundukkan kepala. Tidak berani sama sekali menatap Arsa di di depannya. Mereka merasa takut karena sejak tadi telah merendahkan dan menghina Arsa. Mereka semua tidak menyangka bahwa Arsa adalah orang yang memegang kartu emas Mentari bank. Jika misalnya Arsa ingin membalas perlakuan mereka sejak tadi, mereka semua tidak akan bisa membayarnya.
Tiba-tiba, seorang pria paruh baya dengan perut yang buncit berlari keluar dari ruangan dengan cepat.
" Halo Tuan Arsa... Saya manajer toko ini. Selamat datang di toko kami" ucap pria paruh baya tersebut sambil tersenyum.
"Apa tidak ada sambutan yang ramah? Sejak tadi tidak ada yang mempersilahkan saya duduk, tidak ada sedikitpun air yang di berikan. Justru saya mendapatkan perlakuan yang buruk. Sejak saya memasuki toko ini, semua staf karyawan di toko ini bersikap sinis kepada saya. Apa Ini Yang kamu sebut dengan sambutan yang hangat kepada pembeli? " Arsa menggelengkan kepalanya sambil mencibir yang membuat lelaki tersebut menjadi bingung. Apa yang diucapkan oleh Arsa membuat ekspresi wajah manajer tersebut benar-benar berubah. "Tuan Arsa, saya minta maaf! Saya minta maaf atas ketidak ramahan mereka semua" Ucap Manager toko. Dengan cepat semua karyawan tadi langsung meminta maaf kepada Arsa.
" Bonus kalian Tahun ini hangus" teriak manajer tersebut di depan para kelihatannya.
" Kalian mau menunggu apalagi? cepat buatkan satu gelas kopi untuk tamu terhormat kita! Teriak manager itu lagi.
"Baa... Baik bos" Semua karyawan tersebut mengangguk. Mereka semua huruf-huruf berbalik dan berlari menuruti apa yang dikatakan oleh manajernya.
Setelah semua karyawan tersebut pergi, Deny datang dengan kartu Emas Arsa yang berada di tangannya. Tapi wajahnya sangat pucat dan ia terlihat begitu panik.
" Apakah kamu sudah menggeseknya Deni? " Arsa bertanya sambil memandang enteng ke arah Deni.
"Iya... Sudah tuan1. Transaksi1 sebesar 7,5 miliar telah berhasil" jawab Deni sambil mengembalikan kartu bank kepada Arsa dengan kedua tangannya. Deni yang saat ini masih dalam keterkejutannya. Dia tidak menyangka bahwa teman sewaktu SD nya itu yang terlihat sangat biasa, Arsa kenandra, benar-benar menjadi seorang konglomerat. Meskipun ia tidak pernah mempercayai bagaimana Arsa bekerja, namun itu semua adalah fakta yang tidak terbantahkan. Dan tentunya laki-laki tersebut sangat gugup dan takut .
" Deni, seingatku kamu kamu sebelumnya tadi mengatakan bahwa jika aku bisa membayar rp7,55 miliar untuk mobil ini, maka kamu akan memakan kotoran yang banyak kan?" pertanyaan dari Arsa benar-benar membuat wajah Deni berubah.
"Arsa tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya kan?" ucap Deni dalam hatinya.
"Arsa, aku hanya bercanda." Ucap Deni tersenyum kecut.
"Benarkah? Tapi kamu mempermalukanku secara sadar dan sengaja kan, bahkan kamu ingin melihatku mempermalukan diriku sendiri. Lalu apa itu tadi? Kamu tidak akan bilang kalau tadi hanya bercanda kan? Aku bukan orang bodoh Deni" Arsa mencibir. Setelah mendengar kata-kata itu, wajah Deni berubah menjadi sangat ketakutan. Deni tahu, kalau Arsa mampu membeli Lamborghini, itu berarti bahwa dia telah menjadi orang kaya. Bagaimana mungkin Deny mampu untuk main-main dengan Arsa. Terlebih lagi, Arsa membeli Lamborghini di toko ini, dan sebagai pelanggan toko ini, apapun yang di ucapkan oleh Arsa akan di turuti oleh Manager. Jika Arsa meminta Deni untuk di pecat, maka hal itu akan terjadi.
"Arsa, aku memang salah! Aku minta maaf padamu! Demi pertemanan kita di waktu dulu, tolong maafkan aku" Deni memohon belas kasihan. Dia merasa sangat takut.
" Maaf, aku tidak tahu bahwa kita pernah berada di kelas yang sama. Jadi jangan menganggap kenal dengan saya." Arsa menyeringai. Setelahnya, iya menatap ke arah manajer.
"Manajer, aku tidak ingin melihat orang ini muncul di depanku lagi." Kata Arsa.
"Tidak masalah tuan" Manajer itu tersenyum dan mengangguk berkali-kali. Iya lalu berbalik dan berteriak pada Deni.
"Deni, mulai hari ini, kamu tidak usah bekerja lagi di sini. Segera tinggalkan tempat ini" Ucap Manager dengan mata melotot.
" Dipecat? " di saat Deni mendengarkan kata ini, Iya merasa seperti sedang tertimpa reruntuhan bebatuan dari atas gunung yang jatuh ke dalam jurang. Iya telah bersusah payah untuk bisa mendapatkan pekerjaan ini. Dan saat ini pekerjaan itu hilang. Dan di dalam toko ini, Doni benar-benar menyesali perbuatannya. Dia menyesal karena mengapa ia harus mengolok-olok dan menghina Arsa daripada harus menyambutnya dengan baik sebagai pembeli dan sebagai teman lama yang tidak pernah ketemu. Dan di saat ia sedang memikirkan hal tersebut, manajer memanggil satpam yang tidak jauh dari tempatnya untuk mengusir Deni.
"Saya sudah membayar uang untuk mobil ini. Bisakah saya membawa mobilnya sekarang juga?" kata Arsa kepada manajer ketika Denu telah pergi.
" Masih ada beberapa surat-surat yang harus di urus untuk mobil anda tuan Arsa. Kami akan mengurus secepatnya untuk anda. Dan kami membutuhkan waktu kurang lebih 1 hari untuk menyelesaikannya."kata manajer itu dengan sebuah senyuman di bibirnya.
" Baiklah, kalau sudah selesai, langsung kirimkan saja. Aku pergi dulu" Arsa berkata dengan pelan.
Baik tuan, saya akan mengirimkannya ke tuan Muda" Manajer itu mengikuti Arsa dengan senyum di wajahnya, Iya dengan hormat mengantarkan Arsa sampai depan pintu hingga Arsa pergi dan tak terlihat lagi.