“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penawaran
Degup Jantung Jasmine bertalu kencang sejak tadi dia bertanya dalam hati kenapa Devan memanggilnya.
Jasmine telah berada di kamar Devan. Menatap pemuda tampan yang duduk di sofa sembari melipat kaki. Dengan sorot mata tajam menatap Jasmine.
“Tuan memanggil saya,” ucap Jasmine membuka kata.
“Emmm. Kemarilah,” titah Devan dingin sembari netra matanya menunjuk ke arah meja.
Sesuai perintah Jasmine mendekat ke arah meja. Ia menangkap sebuah kertas di atas map yang terbuka.
“Tanda tangani itu,” kata Devan singkat.
Alis Jasmine berkerut. Tak mengerti.
“Apa ini tuan?” tanya Jasmine belum beranjak hanya menatap kertas itu.
Devan tersenyum miring. Uhg, pelayan ini belum juga mengerti.
“Itu kertas perpisahan kita. Kau tidak berpikir kan, untuk selamanya dalam ikatan pernikahan denganku. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah menerimamu sebagai istriku. Jadi sebelum papaku kembali kita sudah harus berpisah. Kau harus pergi sejauh mungkin dariku. Jangan menampakkan diri,” Jelas Devan.
Jasmine tersentak mendengar penjelasan Devan. Perempuan itu harus angkat kaki dari rumah ini setelah berpisah dari Devan.
“Kau tenang saja. Kau akan menerima uang kompensasi perceraian dariku. 500 juta! Itu nominal yang besar untuk istri yang hanya aku nikahi selama 2 hari,” tambah Devan lagi.
“500 juta,” batin Jasmine membulatkan mata.
“Wah banyak sekali harga menjadi istri dua hari tuan Devan.” Dengan cepat otak Jasmine berputar menghitung, dengan uang yang banyak itu dia bisa hidup nyaman tak perlu menjadi pelayan lagi. Ia bisa hidup tenang bersama neneknya. Dan yang paling penting kalung emas kesayangan nenek yang tertidur lelap selama ini di kantor pegadaian bisa dia tebus.
Seringai menghiasi wajah tampan Devan saat mengamati perubahan wajah Jasmine. Jelas sekali jika mata itu menampakkan binar terang setelah mendengar uang kompensasi dari Devan.
“Uang memang bisa memudahkan urusan. Lihat, dia pasti tertarik dengan uang kompensasi yang aku berikan. Mana ada orang yang tidak suka uang,” batin Devan tersenyum remeh.
“Cepat tanda tangani kertas ini lalu pergi dari sini! Secepatnya kau bisa bersenang-senang dengan uang itu,” titah Devan tak sabar.
Jasmine tersentak dari lamunannya. Terlihat berpikir setelahnya.
“Maaf tuan saya tidak bisa menandatanganinya!” kata Jasmine dengan keyakinan.
Jeduar
Apa! Dia menolak ...
Bak di sambar petir Devan mendengar penolakan Jasmine. Dengan cepat berdiri.
“Kau menolak. Apa uang itu kurang? Baiklah aku naikan. Aku akan memberimu satu milyar," tawar Devan.
“Maaf tuan. Tapi saya tidak bisa! Dan saya tidak akan pergi dari rumah ini tanpa izin tuan Bagas,” putus Jasmine.
Oh astaga, setelah menandatangani selembar kertas itu dia harus pergi dari rumah ini. Terusir. Sedangkan hanya rumah ini tempat ternyaman saat tinggal di kota. Lagi pula dia harus fokus pada tujuan awal datang ke kota yaitu menyelesaikan kuliah, memenuhi harapan nenek.
Dan tak ada niat Jasmine untuk menerima uang kompensasi dari Devan. Ya, dia mengakui uang itu bisa menyelesaikan masalahnya. Tapi, dia tidak berhak menerimanya, ini bukan tujuan hidupnya. Toh tak lama lagi Jasmine juga lulus. Tinggal sedikit lagi dia keluar dari rumah ini dengan sendirinya.
“Kau!" geram Devan tak terima dengan penolakan Jasmine.
"Kau sangat benar-benar ingin menjadi istriku! Hei pelayan jangan mimpi! Ingat posisimu!” hardik pemuda tampan itu.
“Maaf tuan. Apa-pun persepsi tuan tentang saya. Saya tidak akan pergi dari rumah ini tanpa keputusan tuan Bagas,” tekan Jasmine dengan keyakinan yang terpenting dia tidak terusir dari rumah ini.
Untuk ukuran seorang perempuan yang hidup sendiri di kota Jasmine merasa aman tinggal di kediaman Raditya dari pada menyewa sebuah tempat tinggal dia tidak merasa aman tinggal sendiri. Sedangkan di tempat ini dia mendapatkan perhatian dan perlindungan dari para sesama pekerja di rumah ini. Jadi dia tidak ingin pergi dari rumah Raditya jika kuliahnya belum selesai.
“Maaf jika tidak ada lagi saya permisi tuan,” pamit Jasmine setelahnya berbalik meninggalkan ruangan.
“Pelayan itu,” geram Devan menggertakkan giginya.
Jasmine telah hilang di balik pintu.
“Ahh dia menolak berpisah dariku,” decak Devan frustrasi mengusap wajah kasar.
“Ternyata dia licik juga. Dia tahu dia akan mendapatkan lebih banyak jika bertahan menjadi menantu keluarga Raditya,” tangan Devan terkepal.
Amarahnya menggunung karena penolakan Jasmine.
Devan menatap kertas yang ada di meja dengan tatapan tajam.
“Baiklah pelayan. Kita lihat saja nanti. Aku akan membuatmu menyerah dan menandatangani surat itu!” ucap Devan dengan tangan terkepal.
“Kau akan merasakan betapa tersiksanya menjadi istri dari Devano Kaisar Raditya,” gumam Devan tersenyum bak iblis.
Rencana-rencana untuk membuat pelayan itu menyerah telah berputar di kepalanya.