"jangan berharap banyak didalam pernikahan ini, karena aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada kamu Rayya" ucap Deril pada Rayya disaat malam pertama mereka sebagai suami istri
"anda tidak perlu mengingatkan saya tuan, saya tidak pernah berharap apa pun didalam pernikahan ini tuan Deril" tegas Rayya
Pernikahan Deril dan Rayya atas dasar perjodohan, mereka terpaksa untuk menikah dengan alasan hutang budi
Apakah mereka bisa bertahan didalam perjikahan itu atau berpisah jalan terbaik yang mereka akan ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 Berdebat
Rayya yang melihat Deril terdiam hanya menatap dengan acuh, sedangkan Deril menatap tajam pada Rayya, dia tersinggung dengan ucapan Rayya barusan
"bukannya kita sudah sepakat untuk tidak mengurus urusan pribadi masing masing, apa anda lupa dengan peraturan yang anda bikin sendiri tuan Deril" tegas Rayya
"tapi tetap kamu harus izin kalau mau pulang malam" ucap Deril tidak mau kalah
"tuan Deril, mending anda urus diri anda sendiri, tidak perlu ikut campur urusan saya, saya mau pulang malam, atau tidak pulang kerumah ini, anda tidak perlu pusing, selamat malam" terang Rayya lalu masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam
Deril yang merasa disepelekan oleh Rayya jadi geram sendiri, dia mengetuk kamar Rayya dengan kencang, tapi Rayya tidak mendengar karena tadi Rayya setelah didalam langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya
Cukup lama Deril mengetik pintu kamar Rayya tapi tidak ada sahutan dari dalam kamar seolah olah kamar tidak ada penghuninya
"itu siapa yang mengetuk pintu keras sekali sih, sudah malam juga, tidak punya sopan santun banget nih orang" ucap Rayya ketika keluar dari kamar mandi
"Hei wanita kampung, buka pintunya aku mau bicara" teriak Deril dari luar kamar
Rayya berjalan kearah pintu dengan handuk yang masih di kepalanya dan pakaian tidur panjang tangan
"ada apa sih,malam malam teriak teriak di depan kamar orang" ucap Rayya dengan muka sewotnya
"awas aku mau masuk kedalam, minggir sana" balas Deril dan berjalan masuk kedalam kamar Rayya yang mana diatas ranjang nya masih bertebaran belanjaan yang dia beli tadi di mall bareng dengan Tiara, Deril melirik sekilas ke ranjang yang masih berantakan
"jorok banget sih, meletakkan pakaian di atas ranjang" ucap Deril, Rayya hanya memperhatikan tingkah Deril di depan pintu kamarnya, Rayya tidak mau ikut masuk kedalam kamar itu
'kamu dengar tidak sih yang saya katakan, kalau kamu itu wanita kampungan dan jorok" ucap Deril dengan senyum sinis nya yang hanya ditanggapi dengan diam oleh Rayya
"hei, kamu tuli ya dari tadi diajak bicara malah diam membisu di depan pintu" ujar Deril , Rayya tidak menggubris sedikitpun Rayya hanya menatap kearah Deril, dan itu membuat Deril salah tingkah sendiri jadinya
Deril menghampiri Rayya yang masih berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah memerah menahan malu dan marah karena di diamkan oleh Rayya
"hei,kamu harusnya sadar diri,kalau kamu disini cuma numpang hidup di rumah mewah ini" ejek Deril tetap tidak membuat Rayya mau bicara dengannya, membuat Deril jadi bingung sendiri
"dasar wanita aneh diajak bicara malah diam dari tadi, tidak punya mulut atau lagi sariawan, bikin naik darah saja nih orang" umpat Deril, Rayya hanya melebarkan matanya menanggapi umpatan Deril
"lama lama bisa ikutan aneh, kalau disini kelamaan, auranya tidak bagus" ucap Deril lalu dia keluar dari kamar Rayya, ketika melewati Rayya sengaja Deril berhenti menatap sengit kearah Rayya yang hanya melihat malas kepada Deril
"rasanya pengen ku tarik nih wanita kampung, bikin gregetan, dari tadi diam, tidak bicara sama sekali, sudah lelah ya bercanda dan tertawa bersama teman kamu tadi di mall" ucap Deril
Rayya hanya menarik nafas panjang mendengar umpatan dan cacian yang dikeluarkan Deril dari mulutnya, dia sengaja mendiamkan Deril dan tidak menanggapinya, karena dia males berdebat dengan orang yang lagi marah
"kamu kenapa diam dari tadi, alergi bicara sama saya, atau kamu sedang marah melihat saya jalan dengan wanita lain tadi mall" tukas Deril, dia masih penasaran kenapa dari tadi Rayya diam tidak membalas umpatan dan makian dari dirinya
"apa anda sudah selesai bicaranya, saya mau istirahat selamat Malam tuan deril" Rayya sambil menutup pintu kamarnya, tapi segera ditahan oleh Deril membuat Rayya menjadi heran
"saya mau bicara, kenapa main tutup saja, tidak sopan jadi orang, tau etika tidak?" umpat Deril
"tidak Tuan" jawab Rayya singkat lalu membanting pintunya dengan keras membuat Deril terkejut melihat keberanian Rayya
"awas kamu ya, aku tidak terima perlakuan kamu kepadaku" teriak Deril
"perlakuan apa Tuan Deril, coba bicara yang jelas" tukas Rayya membuka pintunya lagi,membuat Deril bingung mau jawab apa pada Rayya, karena sudah kadung malu Deril berusaha menjawab pertanyaan Rayya
"kamu diam saja ketika saya ajak bicara" sahut Deril membuat rayya ingin sekali melempar Deril pakai sepatu, terlihat egois sekali
"mending anda pergi masuk ke kamar lalu tidur tuan Deril, tidak berbobot sekali jawaban anda, apa tidak ada jawaban yang lebih masuk akal dari pada itu" balas Rayya
"ini rumah saya, kenapa kamu menyuruh saya untuk pergi tidur" sahut Deril
"sebenarnya anda ada masalah apa Tuan deril, dari tadi mengomel tidak jelas, permisi Tuan saya mau tidur,selamat malam" tukas Rayya dan menutup pintu kamarnya, lalu berjalan kearah meja riasnya dan mengeringkan rambutnya
Sedangkan Deril yang masih didepan kamar Rayya terdiam mendengar ucapan rayya
"tadi aku kenapa ya,marah marah tidak jelas pada wanita itu, kenapa aku kesal dia mengabaikan ku, aaahh bikin pusing saja tu perempuan, dasar kampungan diajak bicara malah diam" umpat Deril sambil berjalan meninggalkan kamar Rayya dan berjalan masuk kekamarnya
Sesampai dikamar di melihat handphone nya yang berbunyi segera Deril mengangkat telpon dari Fina kekasihnya
"sayang kamu ditelpon dari tadi kenapa tidak diangkat, kamu lagi dikamar wanita kampungan itu ya" tuding Fina dia khawatir sekali kalau sampai Deril tidur dikamar Rayya istrinya
"aku lagi makan tadi sayang, lapar lagi sampai dirumah, kamu kenapa belum tidur?" tanya Deril
"tidak bisa tidur sayang habis nya kamu tidak ada disini" sahut Fina dengan suara manja nya
"aku tidak bisa tiap hari disana sayang, kalau tiba tiba mama sama papa main kesini, semua bisa berantakan rencana kita" bujuk Deril
"hhmm tapi kangen" ucap Fina dengan suara manjanya
"aki juga kangen sayang, kan tadi baru ketemu" balas Deril dia tau Fina kekasihnya sedang cemburu
"aku tidak rela kalau kamu tidur dikamar wanita itu, aku cemburu sayang" ucap Fina
"iya sayang, aku juga tidak sudi tidur satu kamar dengan wanita itu" balas Deril
"janji ya, tidak akan tidur dikamar istri kamu sayang" sahut Fina lagi
"iya kamu jangan khawatir, aku hanya ingin satu ranjang dengan kamu" rayu Deril dia ingin segera mematikan sambungan telpon dari Fina karena dia sedang males bicara, karena dia masih kesal pada Rayya, yang sudah mengabaikannya
"yang benar sayang, aku senang loh dengar kata kata itu dari kamu sayang" balas Fina
"iya, masak bohong sama wanita cantik seperti kamu Fina" rayu Deril lagi agar Fna kekasih manjanya itu merasa senang dan berhenti menelponnya
.smg yg trbaik ya rayya