Niatnya hanya ingin membantu menyelamatkan nyawa orang dari mautnya.tampa dia sadar apa yang di lakukannya,mempertemukan Devita permatasari,Dokter muda itu dengan Tuan muda dari keluarga ternama di kotanya itu yang trauma dengan sebuah hubungan dan menganggap wanita musuhnya,namun melihat Dokter Devita,hatinya dan pikirannya tidak bisa dia alihkan dari Devita.
Mampukah Tuan muda keluarga willen itu menaklukan Hati Devita yang sudah beku karena trauma dengan kisah hidup ibunya di hianati ayahnya dan kemudian dia melihat perselingkuhan kekasihnya.
yuk intif kisahnya,yang pastinya menarik ya..~~~~~~>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mardalena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
"Kakak..." Devita menoleh lalu mendekati adiknya yang saat itu tengah berdiri di depan pintu kamarnya, sedangkan Dafa lansung menyadarkan dirinya yang tadi tidak berkedip matanya melihat Devita.
"Kok udah bangun..?" Ucap Devita berjongkok di depan adiknya sambil tangannya mengusap kepala Adiknya.
"Aku terkejut kak.." Jawab Dika mengusap matanya namun seketika itu dia melihat seseorang asing dalam rumah mereka.
"Om itu siapa kak?" Tunjuk Dika dengan matanya melihat kearah Dafa.
Dafa mengernyitkan keningnya,Apa, Om?apakah wajahnya sudah tua sekali sampai dia sudah di panggil Om-Om pikir Dafa dalam hatinya.
"Sini.." Devita membawa Dika duduk mendekati Dafa.
"Om ini keluarga yang kakak tolongin semalam,keluarga yang sudah memberikan kamu banyak mainan itu. Om ini barusan mengantar kakak pulang.."Jelas Devita yang belum mengalihkan tatapan Dika kearah Dafa. sedangkan Dafa terus mengenyitkan keningnya,entah kenapa dia tidak Menyukai Devita memberitahu adiknya mengenai dirinya dengan panggilan Om.
"Kenapa kakak diantar Om ini?, memangnya mobil kakak kenapa, rusak?" Tanya Dika beruntun.
"Nggak rusak..,kakak tadi ikut Om ini mengantar keluarganya pulang kerumah mereka,dan kakak ikut mobil mereka, jadi mobil kakak masih di tinggal di rumah sakit.."jelas Devita yang baru membuat Dika mengerti.
"Ia kak.."
Dika melihat kearah Dafa lagi lalu berjalan mendekat kearah Dafa, kemudian mengulurkan tangan mungilnya kedepan Dafa.
"Namaku Dika Om..,terimakasih sudah memberikan banyak mainan untukku dan juga mengantar kakakku pulang.."
Dafa belum membalas jabatan tangan Dika,namun perlahan Dafa malah menarik tubuh Dika untuk lebih dekat kearahnya kemudian memegang Dagu Dika.
"Panggil aku kakak,jangan Om!.Aku belum setua yang kakak kamu itu pikirkan..!"Ucap Dafa dengan matanya melirik tajam kearah Devita yang saat itu lansung mengalihkan tatapannya kearah lain.
"Benarkah?,aku boleh memanggil kakak..?"Tanya Dika tersenyum.
"Hmm..tentu saja boleh.." Jawab Dafa membuat Dika kembali tersenyum.
Yey...triak Dika sangat senang sekali saat itu membuat Devita tersenyum, tampa sadar kalau Dafa menatap kearahnya.
"Boleh aku tau nama kakak..?"Ucap Dika lagi.
"Panggil aku kak Dafa.."Ujar Dafa.
"Baik kak Dafa.." Ucap Dika lalu menoleh kearah kakaknya.
"Kakak membeli pesananku tidak kak?"
"Maafin kakak ya,kakak lupa membelinya dek.." Ucap Devita berbohong.sebenarnya dia tidak lupa pesanan adiknya namun melihat Dafa begitu menakutkan bagi Devita,dia pun mengurung niatnya mengajak Dafa singgah membeli Hamburger pesanan adiknya.
mendengar itu Dika sedikit kecewa namun Dika mengerti kakaknya pasti sibuk makanya tidak sempat membelinya.
"Kamu minta di belikan apa dengan kakak kamu itu?" Tanya Dafa.
"Humburger kak,tapi ngak apa-apa kok.Aku tau kakakku sibuk.., aku akan makan yang lain..kakakku pandai memasak loh kak Dafa.." Jawab Dika lalu memberitahu Dafa kalau kakaknya pintar memasak.
"Mau membelinya lagi...?"mendengar itu Devita lansung melihat kearah Dafa.
"Kak Dafa mau membelikan Humburger untukku..?" Tanya Dika harap.
"Tentu saja mau..Aku antar kamu membelinya" Ucap Dafa membuat Devita semakin lekat melihat Dafa. kenapa pria di depannya ini seakrab itu dengan adiknya padahal mereka berdua baru saja bertemu sedangkan dengan dirinya seperti tatapan permusuhan pikir Devita.
"Kakak,apa aku boleh membeli Humburger sama kak Dafa.?" kali ini Dika menanyakan kakaknya.Devita kembali melihat kearah Dafa yang saat itu juga tengah melihat kearah dirinya namun segera mengalihkan pandangannya kearah adiknya.
"Belilah humburger kesukaan kamu tapi jangan banyak-banyak ya.."Ucap Devita berpesan dengan adiknya.
"Baik kak"Jawab Dika patuh.
"Kamu tidak perlu ikut.tenang saja,aku bisa menjaga adikmu,aku juga tidak berniat menculiknya.."Ucap Dafa yang membuat Devita kesal karena ucapannya namun beralih melihat kearah adiknya lagi.
"Kamu tunggu disini dulu ya,kakak ambilkan uangnya dulu." Ucap Devita.
"Tidak perlu!,aku yang akan membayarnya.Uangku bahkan bisa membeli toko humburger itu.." Devita melototkan matanya mendengar Ucapan Arogan Dafa lontarkan.ya ampun pria ini sombong sekali..! Pikir Devita.
"Dika nanti belanjanya jangan banyak ya,ingat kita baru mengenal kakak itu. kamu masih ingatkan pesan bunda selama ini.." Bisik Devita yang di angguki Dika.
"Baik kak.." Ucap Dika tersenyum.
"Pergilah.."Ucap Devita.
"Kami pergi dulu ya kak,buatkan masakan yang enak untukku dan kak Dafa..bye kakak.." Ucap Dika yang di angguki Devita.
Devita melihat kearah Dafa dengan tatapan tidak menyukai pria itu karena sudah menyombongkan dirinya tadi.
"Berhati-hatilah membawa adikku,aku tau kau tidak akan mungkin menculiknya.." ketus Devita yang membuat Dafa mengangkat sebelah alisnya lalu menarik pelan tangan Dika. Dafa mengangkat tubuh Dika kedalam mobilnya,tidak lama Dafa melajukan mobilnya menuju keluar dari rumah Devita.
"Ya ampun itu orang bikin kesal ya,udah ngomong kayak balok kayu,sombong sekali sikapnya...Aku tau kau itu orang kaya tapi tidak begitu juga kali..bilang bisa membelikan segala toko sekalian." Gerutu Devita kemudian masuk kedalam lalu mengemas dalam rumahnya.setelah itu memasak untuknya dan adiknya makan malam.
"Masak sajalah sekalian untuk Tuan Balok kayu itu,mau makan syukur,ngak mau makan masakanku juga syukur..." Omel Devita tengah memasak Ayam kecap kesukaan adiknya dan sayuran lainnya.
"Dika sudah kelas berapa?" Tanya Dafa yang saat itu masih mengendarai mobilnya menuju toko humburger.
"Baru masuk SD kak..,kak Dika sekolahnya apa..?" Ucap Dika balik bertanya.
"Kakak sudah selesai sekolah,dan sekarang kakak sudah bekerja." jawabnya.
"Bekerja seperti kakakku?" Tanya Dika lagi.
"Pekerjaan Kakak bukan Dokter seperti kakak kamu,kakak pemimpin disebuah perusahaan milik kakak sendiri..?" Dika mengernyitkan keningnya penjelasan Dafa.Dafa lansung mengusap kepala Dika.
"Tunggu kamu sudah besar,baru kamu akan mengerti apa yang kakak katakan barusan.sekarang yang perlu kamu pikirkan belajar dan belajarlah biar kamu menjadi anak yang pintar.." Ucap Dafa.
"Baik kak.." Ucap Dika.
Tidak lama mereka sampai di toko Humburger kesukaan Dika,keluar dari mobil lalu berjalan menuju kedalam.
Semua orang yang ada disana terkejut melihat,tidak menyangka Tuan muda Willen,keluarga yang sangat kaya raya itu berada disana bahkan bersama anak laki-laki.Dafa tidak perduli dengan tatapan mereka padanya.
"Kak aku mau makannya dirumah saja, kasian kakak pasti sudah memasak untuk kita.." Ucap Dika yang kemudian membuat Dafa menyuruh penjual itu membungkusnya.
Setelah membayar tagihannya,Dafa lansung membawa Dika segera masuk kedalam,dia tidak mau Dika menjadi bahan protetan orang-orang disana.
Dafa mengambil ponselnya lalu segera menghubungi Raka.
"Selesaikan masalahku barusan..?"
Raka mengernyitkan keningnya ingin menanyakan Atasannya itu mengenai maksudnya barusan,namun Dafa sudah mematikan teleponnya membuat Raka menghembuskan napas kasarnya lalu segera menghubungi Leo.
"Leo Tuan menyuruh kau membereskan masalah barusan..masalah apa Leo? Aku baru saja ingin meluruskan pinggangku ini.." Gerutu Raka.
"Banyak Media memberitakan Tuan muda sedang mengantar adik Nona Devita berbelanja Tuan.." Jelas Leo singkat.
"Apa!!" Leo lansung menjauhkan ponselnya dari telinganya mendengar triakan Raka.
"Aku sudah menghubungi semuanya untuk memberikan mereka peringatkan keras mengenai hal ini Tuan,tuan tenang saja." Ucap Leo.
Huh..."Kau sudah tau apa yang harus kau lakukan selanjutnya Leo.." Ucap Raka yang di pahami Leo.
"Baik Tuan.."
Raka lansung mematikan teleponnya lalu menyandarkan tubuhnya kekursi duduknya.
"Tuan sudah berani terang-terangan melakukan ini,apa dia tidak memikirkan keselamatan Nona dan adiknya..,aku harus memberitahunya.." Guman Raka kemudian bangun lalu menuju ruangan pribadinya.