NovelToon NovelToon
JINGGA

JINGGA

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:311.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rengganis Fitriyani

~Jingga melambangkan keindahan dan kesempurnaan tanpa celah ~

Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan cinta Jingga. Seorang yang rela menjadi pengantin pengganti untuk majikannya, yang menghilang saat acara sakral. Ia memasuki gerbang pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap di cintai.

Jingga menerima pernikahan ini, tanpa di beri kesempatan untuk memberikan jawaban, atas penolakan atau penerimaannya.

Beberapa saat setelah pernikahan, Jingga sudah di hadapkan dengan sikap kasar dan dingin suaminya, yang secara terang-terangan menolak kehadirannya.

"Jangan harap kamu bisa bahagia, akan aku pastikan kamu menderita sepanjang mejalani pernikahan ini"~ Fajar.

Akankah Jingga nan indah, mampu menjemput dinginnya sang Fajar? layaknya ombak yang berguling, menari-nari menjemput pasir putih di tepi pantai.

Temukan jawabannya hanya di kisah Jingga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rengganis Fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlakuan Kasar

Jingga yang mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Mama, mertuanya lekas mempercepat langkahnya untuk kembali ke kamar, rasanya begitu sakit menjadi seseorang yang sama sekali tak di harapkan, baik oleh suami dan mertua. Tak ada tempat berbagi dan berkeluh kesah selain sang Maha Pencipta.

.

.

.

“Jingga sangat layak menjadi bagian dari keluarga ini, justru Fajarlah yang tak layak bersanding dengan wanita sebaik Jingga. Papa berani jamin itu, sudah lama Papa mengamati sendiri segala kegiatan dan tingkah laku Jingga”. Pak Angga berlalu meninggalkan istrinya yang masih kesal.

Bu Nadin hanya diam tak menanggapi ucapan suaminya, baginya Jingga tetaplah seorang upik abu.

***

Pagi harinya Fajar terbangun dengan kondisi yang sudah membaik, kesadarannya kembali sempurna setelah semalam menghabiskan malam dengan minum-minuman beralkohol. Matanya menerjap-nerjap kala cahaya matahari masuk dalam kamarnya.

“Siapa yang berani membuka jendela kamar?”, teriaknya dengan kasar, dan melempar bantal ke arah wanita itu.

Ya dia adalah Jingga, Jingga membuka korden dalam kamar tersebut bertujuan untuk, mempersilahkan sang fajar yang hangat mengisi ruangannya, berharap fajar dapat memberikan sentuhan hangat untuk membuka hari yang lebih baik.

Fajar mengumpulkan tenaganya dan melangkah mendekat ke arah Jingga, yang tampak ketakutan dengan teriakan sang suami.

“Maaf...maaf...maafkan saya tuan’, ucapnya dengan terbata-bata dan menundukkan kepalanya.

“Kau benar-benar membuatku murka, dengan segala perilaku dan kehadiranmu di sini”.

Tangan Fajar terulur menarik tangan Jingga, dengan sangat kasar dan menyeretnya menjauh dari jendela, kemudian menutup kembali jendela tersebut, seakan tidak mempersilahkan sang Fajar yang hangat untuk masuk ke dalam kamarnya.

Kini Fajar beralih menarik kerudung Jingga, dengan sangat kasar.

“Siapa yang memberimu ijin untuk tinggal di kamar ini? Heh!”.

“Maafkan saya tuan maaf...”.

Jingga berusaha menahan tangisnya, namun ia tak dapat menahan ringisan rasa sakitnya kala tangan kekar itu dengan sangat kasar menarik kerudung dan rambut yang ada di dalamnya.

“Jangan berani sentuh apapun yang ada di sini, tempatmu di belakang upik abu”.

Lagi-lagi Fajar memperjelas ucapannya, tentang status Jingga, yang hanya di anggap sebagai upik abu.

Mendengar ringisan Jingga, yang tampak kesakitan membuat Fajar tertawa penuh dengan kepuasan.

“Lihat saja sampai kapan kamu akan sanggup dengan pernikahan ini, akan aku pastikan kamu yang meminta cerai dariku!”.

Fajar dengan kasar menghempaskan tubuh Jingga, hingga terjatuh dan kepalanya terbentur di atas ranjang mewahnya.

“Auh”, rintihnya dengan memegang pelipis kepalanya yang memar.

“Kau pergi dari sini sekarang juga”. Titahnya dengan menunjuk ke arah pintu keluar kamar tersebut.

Dengan sempoyongan Jingga keluar dari kamar menuju dapur.

***

Dapur

Sebelum sampai di dapur, Jingga menyempatkan diri untuk merapikan kembali jilbab dan bajunya, serta membasuh wajahnya di kamar mandi yang ada di ruangan lain dalam rumah itu. Ia membersihkan wajahnya, hingga tak terlihat wajah sembabnya setelah menangis. Jingga menari nafas dalam-dalam menetralkan segala kegundahan dalam hatinya, mencoba memberikan senyum termanis yang dia mampu meskipun hatinya sedang tercabik-cabik.

“Istighfar Jingga, istighfar, bagaimanapun juga dia adalah suami kamu, laki-laki yang harus kamu hormati”, ucapnya dalam hati dengan mengelus dadanya.

“Nak Jingga apa yang terjadi? Kok ke kamar mandi di sini?”, tanya Pak Angga yang tiba-tiba muncul dari ruangan rumah itu.

“Oh itu Tuan, kamar mandi mas Fajar menggunakan kloset duduk saya tidak terbiasa dengan itu”, ucapnya dengan senyum tak ingin memberitahu apa yang terjadi padanya dan suaminya.

Karena menjaga aib suami adalah bagian dari marwah istri.

“Jangan panggil saya Tuan, panggil Papa seperti Fajar”, ucap Pak Angga dengan tersenyum hangat.

Satu-satunya orang yang peduli dengan Jingga di rumah ini hanyalah pak Angga saja.

“Nak Jingga, Papa harap kamu bisa bersabar menghadapi sikap Fajar. Sebenarnya Fajar laki-laki yang baik nak, hanya saja dia sedikit sombong dan gengsi. Emosinya juga sering meledak-ledak kala sedang banyak pikiran. Kesalahan kami terlalu memanjakan dengan segala fasilitas yang ada”.

“Papa harap nak Jingga, dapat memberikan warna yang berbeda dalam kehidupan baru Fajar”.

Jingga kembali menganggukkan kepalanya, seakan mengerti tugasnya sebagai istri memanglah harus membawa suami dalam kebaikan, mengingatkannya kala ia sedang lalai.

“Jingga permisi dulu ya Pa, mau ke dapur menyiapkan sarapan”.

Pak Angga, tersenyum mendengar penuturan menantu barunya yang begitu baik.

Sesampainya di dapur Jingga, lekas menghampiri beberapa pelayan yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan pagi itu.

“Pagi bik, bisa saya bantu?”.

“Eh jangan Nona, nanti kalau Tuan besar lihat pasti marah”. ucapnya dengan takut kala melihat Jingga memasangkan celemek di tubuhnya.

“Tidak-tidak bi, saya mau bantu memasak. Papa Angga sudah tahu jika saya bantu masak hari ini, oh ya biasanya mas Fajar kalau pagi sarapan apa?”. Tanya Jingga, dengan kembali memasang celemek di tubuhnya.

Pelayan tersebut tak berani menolak permintaanya untuk membantu memasak, apalagi Jingga, mengatakan jika sudah izin pada Tuan Angga.

“Tuan muda biasanya sarapan nasi pecel non, kalau nyonya Nadin sarapan apa saja asalkan ada jus buah alpukat di sampingnya, jika tuan besar akan mengikuti menu yang ada asalkan ada kopi yang terhidang di atas meja”.

“Baiklah bik, saya kan membuat sarapan nasi pecel pagi ini’.

Beberapa pelayan membantu Jingga menyiapkan peralatan yang ada, karena memang Jingga, belum tahu seluk beluk rumah itu. Tangganya dengan cukup piawai meracik bumbu untuk nasi pecel. Tak butuh waktu yang lama nasi pecel dengan segala pelengkapnya sudah siap tersaji dan tinggal menghidangkan.

Semua pelayan yang ada di dapur hanya melongo, melihat kepiawaian Jingga dalam mengolah masakan, mereka tertegun tak biasanya seorang gadis cantik jaman sekarang pandai, dan begitu lincah ketika berhadapan dengan bahan-bahan yang ada di dapur.

Beberapa menit kemudian Jingga mampu menyelesaikan tugasnya membuat sarapan, berikut beberapa minuman khusus yang biasanya di minum baik oleh Mama dan Papa mertuanya. Jingga lekas menyajikan dengan begitu menarik semua makanan tersebut.

Setelah menyiapkan semua sarapan pagi itu, dengan cukup perlahan Jingga melangkahkan kakinya kembali ke kamar untuk mengganti baju yang terkena masakan. Langkahnya begitu pelan, mengendap-endap takut mengganggu penghuni kamar.

“Permisi Tuan saya mau ganti baju”, izinnya pada sang pemilik kamar dengan menundukkan kepalanya.

“Hem”.

Tak butuh waktu yang lama Jingga, lekas keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi bersiap untuk sarapan bersama.

“Tunggu”, ucap Fajar menghentikan langkah Jingga kala ia akan keluar kamar.

Fajar lekas berjalan di sebelah Jingga, untuk turun ke bawah, Fajar tak ingin membuat masalah dengan Papanya pagi itu, ia tak ingin Papanya membahas tentang acara mabuk-mabukan semalam. Jadi ia memutuskan untuk turun bersama Jingga agar tak kena masalah.

Semua sudah berkumpul dan bersiap untuk sarapan pagi, tak banyak obrolan yang di ucapkan semua fokus dengan makanan masing-masing yang terhidang di atas mejanya.

“Kok tumben nasi pecelnya terasa beda?”, tanya Mama pada pelayan kala telah menghabiskan satu porsi nasi pecel tersebut.

1
Yolia Agustina
Luar biasa
Erna M Jen
awal yang bagus ceritanya
Yolia Agustina
Luar biasa
Əŕø Błáčķ
thank ya
Siti Alfiah
fajar selalu datang dibagi hari awal mula untuk bangun bekerja serta beraktifitas,sementara senja untuk selalu kembali dan beristirahat,nama mereka berdua selalu berhubungan dengan alam,lanjutkan thorrr salam sehat selalu dan sukses selalu aamiin.
Sisilia Mulyanti Ketik
ceritanya bagus
Siti Alfiah
semoga oma sembuh karna bertemu dng sahabatnya aamiin lanjutkan thorrr seru nich,salam sehat dan sukses selalu aamiin.
Siti Alfiah
Alhamdulillah ya allah,perjuangan fajar,dan seorang bi mina,tidak sia",mempertemukan seorang cucu dan neneknya.dibantu juga oleh nnk jingga yg selalu berdoa,pd allah.dan allah juga yg mempertemukan mereka.perantara fajar dan bi mina.lanjutka thorrr salam sehat selalu dan sukses selalu aamiin.
Intan Permata: Hay,mampir yuk novel ku"RINDU UNTUK AISYAH
total 1 replies
Siti Alfiah
semoga ketemu jingga sama nenèknya,ehhh ternyata nnknua jingga sahabatnya pmanya fajar.
Siti Alfiah
kata orang bijak ada peribahasa tabur tuai,apa yg kita tabur itu yg kita tuai,ya seperti harmantuo tabur jelek ya dapat yg jelek,lanjutkan thorrr.
Siti Alfiah
keserakahan seseorang dapat menghalalkan segala cara,guna mendapatkan harta yg dia inginkan,walau dng Cara membunuh sahabat,keluarga.karna ada rasa iri hati.lanjut thorrr salam sehat selalu.
Siti Alfiah
keluarga serakah dan ambisi akan dapat bala yg tak terduga,lanjutkan thorrr salam sehat selalu.
Dewi Agustin
Lumayan
Siti Alfiah
aduhhh kasian sekali dahlia",fajar manfaatkan dahlia untuk menghancurkan orang tuanya dan keluarga demi mendapatkan kejayaan keluarga jingga,dng bantuan ayah fajar,mama fajar oma,serta jingga juga,semoga berjalan lancar,aamiin.orang busuk seperti hermawan harus dibasmi,sampai ke akar"nya aamiin.lanjut thorrr.
Siti Alfiah
emang enak yooooo laki"yg sudah bersuami,lo ko msh dikenalin sama pelakor yach....hahhahahahhaha.kasian hermawan"ada yach orang tua ngajarin anak ga genahhh,lanjutkan thorrr salam sehat.
kuncir
ternyata fajar tak sehebat yg dibayangkan.. udah eps 137 masih juga belum mampu ngalahin hermawan..
Siti Alfiah
fajar coba bicara sama jingga,semoga jingga bisa membantu fajar dalam menangani kasus dikantornya,seorang wanita yg biasa diam dan tenang akan ada sj solusinya.apa lagi jingga seorang yg sabar,semoga berhasil.aamiin.lanjutkan thorrr salam sehat selalu dan sukses selalu aamiin.
less22
Good Job👍👍👍👍
Evrin Dian Rukmawan
saya suka dgn critany
Maudy Martin: ikuti terus ya kak kisah mereka
total 1 replies
Susi Sidi
upsh.. ketauan Jingga nihh.. tapii lebih baik Jingga tau.. siapa pak Hermawan sebenarnya.. crazy up Thor 💪😘❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!