SAFFIYA RAY & RAYAN ADITNYA. Kisah gadis cantik yang mengejar cinta pria duda tampan, yang merupakan dosennya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
*******
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang.
" Sedang apa Yan? " tanya kiyai karena penasaran apa yang sedang dilihat anak angkatnya itu.
" Abah! nggak bah, cuma.. menikmati udara dan suasana aja disini. " jawab Rayan yang terlihat gugup.
Namun, Abahnya tidak percaya begitu saja dengan apa yang Rayan katakan.
Sebagai seorang Ayah, ia ingin membuktikan sendiri apakah anaknya benar atau hanya bercanda saja.
Namun, setelah ia melihat ke arah yang tengah di perhatikan Rayan, hatinya mulai berbunga.
Ternyata apa yang dilihatnya tadi menggambarkan jika pria itu tengah penasaran dengan sesorang, lebih tepatnya seorang gadis.
" Jujur aja sama abah, bohong dosa loh. " goda abahnya.
Rayan pun langsung tersenyum malu ketika melihat tatapan abahnya yang seakan-akan bisa membaca isi fikiranya.
Ia menyadari bahwa abahnya pasti bisa merasakan jika ia sedang berbohong, karena memang Rayan tipe orang yang tidak pandai berbohong.
" Kita bicara diruangan abah aja. " ajak Rayan.
Mereka pun langsung menuju kesana, dengan abahnya yang terus tersenyum.
" Duduk. " ucap abahnya setelah mereka sampai diruangan kerjanya.
Rayan terlihat gelisah untuk memulai pembicaraanya.
" Sekarang bicaralah. " ucap abahnya.
" Mm.. bah! abah kenal dengan salah satu santri perempuan disini yang bernama Saffiya? " tanya Rayan penasaran.
" Saffiya? ada beberapa santri yang mempunyai nama seperti itu disini. jadi yang mana yang kamu maksud? " tanya abahnya memperjelas.
" Namanya Saffiya Ray bah, abah kenal ngga? " jawab Rayan.
"Oh.. neng Sasa! kalau itu abah kenal, memangnya kenapa? " jawab abahnya.
" Kalau boleh Rayan tau, dia kenapa bisa ada dipesantren ini bah? " tanya Rayan penasaran.
"Kalau abah tidak salah ingat, dulu umimu pernah melihat gadis itu duduk sendirian di bangku taman tepi danau sambil menangis. Entah apa yang membuatnya sedih, tapi umimu merasa iba dan mengajaknya tinggal bersama di pesantren ini," ungkap abah sambil mengingat kembali kejadian pertama kali bertemu dengan Saffiya.
"Sampai sekarang, gadis itu memilih untuk tinggal di sini karena menurutnya, lingkungan di pesantren ini sangat damai dan memberikan ketenangan jiwa." Lanjut abahnya menambahkan.
" Jadi sudah lama dia tinggal disini? " tanya Rayan memperjelas.
" Udah dua bulan jalan tiga, abah juga udah nanya kemana keluarganya, tapi katanya dia udah nggak punya siapa-siapa lagi. " jelas abahnya.
" Apa umi nggak pernah minta dia untuk pulang? " tanya Rayan lagi.
" Umimu nggak mungkin lakuin hal itu Yan, kan kamu sendiri tau gimana sifat umimu kalau sudah berhubungan dengan yang namanya anak gadis, ia pasti tidak akan tega meminta siapa saja yang sudah nyaman tinggal disini untuk pergi. " jelas abahnya.
" Kenapa kamu tanya seperti itu? kamu kenal gadis itu? " tanya abahnya penasaran.
" Iya bah. " jawab Rayan jujur.
" Oh ya? berarti kamu tau dong dia tinggal dimana dan keluarganya? " tanya abahnya kaget.
" Dia tinggal di apartemen yang sama dengan Rayan bah, tepat disebelah unit Rayan. " jawab Rayan.
" Wah bagus dong, berarti kamu bisa bujuk dia untuk menghubungi keluarganya. abah cemas kalau mereka selama ini mencarinya. " pinta abahnya.
" Untuk itu Rayan nggak bisa bah, karena Saffiya tidak pernah membahas keluarganya dengan siapa pun apalagi dengan Rayan. " jawab Rayan terlihat sedih.
" Apa gadis itu yang sedang kamu cari selama ini? " tanya abahnya penasaran.
Rayan hanya mengangguk mengiyakan.
Abahnya langsung tersenyum melihat jawaban anak angkatnya itu.
" Udah kamu tenang aja, nanti biar abah yang bicara sama umimu dulu untuk membujuk gadis itu. " ucap abahnya.
" Maksud abah? " tanya Rayan bingung.
" Kamu kan demen sama gadis itu, nanti abah bilangin sama umimu untuk menjodohkan kalian berdua, abah rasa neng Sasa juga belum punya calon. " jawab abahnya.
" Jangan bah, apa kata Saffiya nanti. Rayan nggak mau buat Saffiya jadi benci sama Rayan cuma gara-gara hal ini. " ucap Rayan yang merasa tidak enak.
" Lah, terus gimana? apa kamu mau berusaha sendiri dulu? " tanya abahnya.
" Rayan akan berusaha dulu buat yakinin dia. " jawab Rayan yang ingin berusaha sendiri dulu.
" Nah gitu dong, baru namanya pria sejati. " puji abahnya.
" Tapi bah, Rayan bingung. gimana caranya bicara sama Saffiya, sedangkan dia tinggal disini. " ucap Rayan kebingungan.
" Untuk itu serahin aja sama abah, kamu tenang aja. " jawab abahnya yang merencanakan sesuatu.
" Maksud abah? " tanya Rayan penasaran.
" Udah.. nanti tunggu aja kabar dari abah, sekarang kamu pulang dulu lanjut kerja atau mengajar. " jawab abahnya.
" Tapi bah.." ucap Rayan masih penasaran dengan rencana abahnya itu.
" Udah pulang aja sana, abah mau kekelas dulu ada jam mengajar. " jawab abahnya yang keluar menuju kelas meninggalkan Rayan yang masih diam kebingungan.
Rayan semakin terperangkap dalam perasaan penasaran dan bingung, mencoba untuk mengerti rencana abahnya sekaligus menghadapi perubahan yang dialami oleh Saffiya.
Ia merasa semakin sulit untuk berkomunikasi dengan gadis itu, apalagi jika harus mengutarakan perasaannya pada Saffiya.
Dalam keheningan hatinya, Rayan merenung dan berusaha mencari jawaban atas segala pertanyaan yang menghantui pikirannya.
"Apa yang harus aku lakukan? gimana caranya aku untuk menghadapi perasaan ini? " Semua pertanyaan itu terus menggelayut di pikiran Rayan, membuatnya semakin tak mampu menemukan solusi yang tepat untuk menghadapi situasi yang semakin rumit ini.
Pria itu semakin prustasi harus bagaimana sekarang.
Rayan kembali ke apartemennya dengan harapan dapat mempersiapkan beberapa soal ujian minggu depan.
Namun, seolah ada magnet yang mengalihkan perhatiannya, dia merasa kesusahan untuk berkonsentrasi dan fokus pada pekerjaannya.
Pikirannya selalu melayang kembali ke omongan Abah di pesantren tadi.
Malam semakin larut, suasana di pesantren mulai sunyi.
Seluruh santri telah masuk ke dalam asrama masing-masing, menikmati waktu istirahat setelah sehari penuh belajar.
Di tengah keheningan, pimpinan pondok masih sibuk di ruang kerjanya.
Ia tersadar bahwa masih ada satu hal yang perlu dibahas; tentang niat baik Rayan.
Segera ia memanggil istri tercinta agar segera menyusul ke ruang kerja mereka, karena perlu membahas rencana yang terpenting itu.
" Assalamu'alaikum. " kata umi Salama yang masuk kedalam ruang kerja suaminya itu.
" Waalaikum'salam, masuk mih. " jawab sang suami yang beranjak dari kursi kerjanya pindah duduk disofa.
" Ada apa sih bah? kayaknya penting banget? " tanya umi Salama penasaran.
" Gini Mi, abah pengen diskusikan sesuatu tentang Rayan. " jawab sang suami.
" Rayan? memangnya kenapa dengan dia? " tanya umi Salama bingung.
" Umi tau kan dengan gadis yang bernama Sasa? " jawab suaminya.
" Tau, memangnya kenapa dengan Sasa? " tanya umi Salama yang semakin bingung.
" Rayan demen sama gadis itu. " jawab suaminya yang membuat umi Salama terkejut.
" APA? abah serius? " tanya umi Salama kaget dan memperjelas.
" Iya, tadi abah baru aja bicara dengan Rayan. " jawab sang suami.
" Jadi Rayan kenal sama Sasa? " tanya sang istri penasaran.
" Sebenarnya Sasa salah satu murid dikelas Rayan, kebetulan mereka satu gedung apartemen. dia tinggal tepat disebelah unit apartemen Rayan sebelum ia pindah kesini, Rayan sudah sangat mengenal dia dengan baik dan juga sudah menaruh hati cukup lama pada gadis itu. jadi abah mau minta pendapat umi tentang niat baik Rayan kepada Sasa. " jelas sang suami.
" Umi nggak bisa bilang apa-apa bah, kan abah tau sendiri seperti apa Sasa. ia sangat tertutup kalau untuk masalah perasaan, bahkan keluarganya saja ia tidak pernah cerita. jadi umi nggak bisa kasih saran apa-apa. " jawab sang istri bingung.
" Umi coba dulu bicara dengan Sasa, mungkin saja gadis itu bisa membuka hatinya sedikit untuk Rayan. abah merasa kasihan melihat Rayan yang kebingungan tentang masalah perasaanya. " saran sang suami.
" Ya udah, nanti umi coba bicara dulu dengan Sasa. " jawab umi salama.
Setelah selesai mendiskusikan masalah itu, umi Salama langsung pergi menuju asrama putri kekamar Saffiya.
" Assalamu'alaikum. " ucap umi Salama yang mengetuk pintu kamar mereka.
" Waalaikum'salam. " jawab Saffiya dan Sela dari dalam kamar, kemudian langsung membukakan pintu.
" Maaf umi ganggu. " jawab umi Salama yang masuk kedalam.
" Nggak kok umi. " jawab Saffiya yang merasa senang.
" Umi pengen ngomong sesuatu sama kamu, bisa? " tanya umi Salama.
" Bisa kok umi, silahkan. " jawab Saffiya mempersilahkan.
" Kita ketaman depan aja, Sela nggak apa-apa kan ditinggal sebentar? " tanya umi Salama kepada teman sekamar Saffiya.
" Nggak apa-apa kok umi, silahkan. " jawab Sela tersenyum manis.
Saffiya dan Umi Salama segera beranjak, menuju ke salah satu saung yang terletak dekat kolam air mancur.
Ketika mereka sampai di sana, Umi Salama duduk berhadapan dengan Saffiya, membuatnya terlihat bingung dan penasaran.
" Dari tadi, Umi terus menatapku, sepertinya ada sesuatu yang ingin dicurahkan? Apa Umi sedang khawatir dengan hal yang berhubungan denganku? Apa mungkin ada sesuatu yang terjadi? " Batin Saffiya penasaran yang semakin penasaran.
" Maaf sebelumnya, bukanya umi bermaksud membuat Sasa tidak nyaman karena bertanya seperti ini, cuma umi penasaran aja. " kata umi Salama yang mulai membuka cerita.
" Memangnya ada apa umi? " tanya Saffiya bingung sekaligus penasaran.
" Begini, umi mau tanya. kamu kenal nggak dengan pria yang namanya Rayan? " tanya umi Salama memastikan terlebih dulu.
Saffiya langsung terlihat kaget, karena bingung dari mana umi Salama mengetahui hal ini.
" Sa! " panggil umi Salama karena Saffiya terlihat melamun.
" Maaf umi, Saffiya kenal kok. " jawab Saffiya jujur.
" Terus gimana komunikasi kalian sekarang? " tanya umi Salama lagi.
" Untuk sekarang, Saffiya sudah tidak berkomunikasi lagi dengan pak Rayan umi, karena menurut Saffiya kita tidak sedekat itu. " jelas Saffiya
" Terus gimana kalau Rayan menghubungimu lagi? " tanya umi Salama penasaran dengan respon gadis itu.
" Maksud umi? " tanya Saffiya bingung.
" Kemarin dia datang kesini karena melihatmu disini, Rayan juga sudah menjelaskan semuanya pada abah. bagaimana dia mengenal kamu, siapa kamu, dan dimana tempat tinggal kamu dulu. " jelas umi Salama.
Saffiya hanya diam saja tidak mengatakan apa-apa.
" Gimana kalau Rayan punya niat baik sama kamu? " tanya umi Salama yang mulai membicarakan intinya.
" Niat baik? maksud umi niat baik apa? " tanya Saffiya yang semakin dibuat penasaran.
" Rayan sudah menaruh hati sama kamu nak, sejak lama. ia mendiskusikan hal itu dengan abah dan meminta pendapatnya. kami berdua tentu sangat senang mendengarnya, terlebih lagi gadis itu adalah kamu yang sudah kami kenal. " jelas umi Salama.
Saffiya yang mendengar penjelasan umi Salama langsung merasa terharu, karena mereka sudah begitu percaya padanya.
" Jadi gimana nak? apa Rayan bisa meneruskan niat baiknya itu? " tanya umi Salama penuh harap.
Saffiya merasa sangat bingung dan terperangkap dalam keputusannya.
Bagaimana ia bisa menjawab perasaan Rayan yang tulus dan baik hati? Sebagai wanita, dia tahu betul bahwa dirinya tak pantas untuk pria sebaik Rayan.
Ia merenung sejenak, berharap ada suara di dalam hatinya yang bisa membantu.
" Ada apa Sa? apa ada yang mengganjal dihatimu? " tanya Umi Salama yang terkejut melihat reaksi gadis itu.
" Maaf umi, bukanya Saffiya tidak menghargai niat baik Pak Rayan. tapi Saffiya nggak bisa menerimanya. " jawab Saffiya yang berusaha untuk tenang.
" Memangnya kenapa? apa alasanya? " tanya umi Salama penasaran.
" Saffiya bukan gadis yang tepat untuk pak Rayan umi, masih banyak gadis yang baik, cantik, bahkan lebih dari Saffiya diluar sana, yang lebih pantas untuk pak Rayan. " jawab Saffiya sambil menahan air matanya.
" Iya, tapi itu bukan menjadi alasan yang tepat untuk menolak niat baik Rayan nak. pasti ada hal lain kan? " tanya umi Salama yang masih kurang yakin dengan alasan gadis itu.
" Kehidupan keluarga Saffiya benar benar sangat buruk umi, Saffiya gadis yang broken home. masa lalu Saffiya benar benar sangat kelam, jadi Saffiya merasa tidak pantas untuk pak Rayan. dia pria baik berhak mendapatkan wanita yang lebih baik juga. " jelas Saffiya.
Begitu mendengar kejujuran Saffiya, Umi Salama langsung terkejut.
Selama di pesantren, Saffiya selalu bersikap seperti santri yang lain, dan sama sekali tidak menunjukkan adanya masalah di dalam kehidupannya.
Umi Salama menatap Saffiya dalam-dalam, seolah ingin memahami perasaan yang terpendam dalam hati gadis itu.
" Broken home? Bagaimana mungkin? Padahal ia tampak begitu kuat dan tegar. Mungkin itu semua hanya topeng yang ia gunakan untuk menyembunyikan luka di hatinya. " batin Umi Salama dalam hati.
Sementara itu, Saffiya merasa lega karena sudah mengungkapkan rahasianya.
Namun, ia juga merasa khawatir, apakah Umi Salama akan memandangnya berbeda setelah mengetahui perihal masa lalu yang menyakitkan itu.
" Jadi maaf umi, Saffiya nggak bisa. " lanjut Saffiya dengan berat hati.
" Sa.. semua orang punya masa lalu, umi juga punya, abah juga punya bahkan Rayan juga punya masa lalu yang tidak kalah kelam dengan kamu. " ucap umi Salama.
" Memangnya pak Rayan juga anak broken home umi? " tanya Saffiya dengan polosnya.
Umi Salama langsung tertawa mendengar pertanyaan gadis itu.
" Bukan nak, Rayan bukan anak seperti itu. " jawabnya tertawa.
" Terus, maksud umi punya masa lalu yang tidak kalah kelam dengan Saffiya apa? " tanya Saffiya penasaran.
Umi Salama pun diam sejenak, karena merasa tidak enak untuk menceritakan semuanya.
Namun ia memutuskan untuk menceritakan semuanya, karena mengingat itu untuk kebaikan niat Rayan kedepanya.
" Rayan itu seorang duda, dia sudah pernah menikah dua tahun lalu. " jawab umi Salama jujur.
Saffiya langsung terkejut mendengarnya.
" Rayan dulu jatuh cinta dengan seorang gadis yang ia lihat untuk pertama kali, karena tidak ingin menambah dosa untuk pacaran. sehingga ia memilih untuk langsung menghalalkan gadis itu, awal awal pernikahan mereka semua berjalan dengan lancar. Rayan selalu berusaha untuk menjadi suami yang baik, semua keinginan istrinya itu selalu ia penuhi. namun hal itu tidak membuatnya puas. hingga suatu hari istrinya menghiyanati ketulusan Rayan. kesalahanya begitu besar sampai Rayan sudah tidak bisa memaafkanya lagi, maka dari itu ia memutuskan untuk mengantarkan istrinya kembali keorang tuanya secara baik baik. " jelas umi Salama.
" Terus apa yang terjadi selanjutnya umi? " tanya Saffiya penasaran.
" Sejak mereka berpisah, Rayan sempat merasa terpuruk karena di hiyanati oleh wanita yang ia cintai. namun ia sadar, keterpurukannya bukan menjadi solusi untuk kehidupanya selanjutnya. Rayan bangkit dan mulai menyibukkan diri dengan semua kerjaanya, sampai sekarang ia berhasil melupakan masa lalunya yang begitu pahit. " jawab umi Salama.
" Jadi jangan pernah menyesal karena memiliki masa lalu Sa, semua orang punya masa lalu. kita sebagai manusia hanya penuh merubahnya, agar kehidupanya selanjutnya akan lebih baik dari yang sudah terjadi. " lanjut umi.
Saffiya pun langsung meneteskan air matanya mendengarnya penjelasan wanita paruh paya itu.
Keesokan harinya, umi Salama sedang sarapan bersama suaminya dirumah mereka, ia terlihat murung dan tidak berselera makan.
" Ada apa mi? kok murung begitu? apa ada masalah? " tanya suaminya penasaran.
" Begini bah, semalam umi sudah bicara dengan Sasa mengenaik niat baik Rayan padanya. " jelas umi Salma.
" Terus gimana? apa Sasa mau? " tanya suaminya penasaran.
" Saffiya nggak bisa menerimanya bah, dengan alasan jika ia anak broken home, kehidupan keluarganya benar benar sangat pahit. Saffiya nggak mau buat Rayan kecewa, makanya ia memilih untuk hidup tanpa ada ikatan dengan siapa pun. " jawab umi Salama.
Abah langsung terlihat sedikit kecewa, karena ia juga sudah sangat menyetujui jika Rayan bersama gadis itu.
" Tapi umi sudah menceritakan masa lalu Rayan juga bah, jika ia sudah pernah menikah sebelumnya. " lanjut umi Salama.
" Terus apa tanggapan gadis itu? " tanya suaminya penasaran.
" Saffiya bisa memaklumi hal itu, hanya saja tentang niat baik Rayan. ia masih belum merasa yakin bah. " jawab Umi Salama.
Keduanya terlihat bingung bagaimana cara menyampaikan semua ini kepada Rayan, terlebih lagi pria itu sudah sangat berharap dengan rencana mereka.
###NEXT###
Salam Hangat Dari Penuliss....