NovelToon NovelToon
Adik Angkat Tersayang

Adik Angkat Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / EXO / Trauma masa lalu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Chinchillasaurus27

Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .

Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.

Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gak Enak

Pagi ini Gaby lagi nyuapin gue bubur sama sekalian dia sarapan. Sean yang beliin buburnya tadi, tapi cuma satu padahal kan orangnya disini ada dua. Jadi buburnya satu mangkok buat berdua deh.

Gaby udah berseragam lengkap mau berangkat sekolah. Tinggal nunggu Ken yang belum dateng buat nganter.

Semalam Gaby pulang sebentar buat ngambil beberapa baju. Lalu kembali lagi ke sini, dia tidur sini juga.

Si Sean semalam juga nginep sini, dia tidur di sofa tapi sekarang dia pulang dulu buat siap-siap ke kantor.

"Gausah sekolah ya." rengek gue.

"Lah ntar dimarahin pak guru." jawab Gaby yang masih menyendok bubur.

"Sekali ini aja, biar gue yang tulis surat ijinnya." bujuk gue. Gue gak mau ditinggal sendirian, sepi.

"Hmmm enggak bisa hari ini tuh pelajarannya seru-seru."

"Ayo dong, gak kasihan apa sama gue." ucap gue sambil mengangkat tangan kiri gue yang terpasang infus.

Seketika Gaby bergidik ngeri ngeliatnya.

"Kak Ken nanti kan gak kerja, dia bisa nemenin disini." ucap Gaby.

Iya emang Ken lagi cuti karena ruangannya lagi direnov. Tapi kan..

Dahlah.

Gue akhirnya menyerah buat ngebujuk dia.

Selesai nyuapin gue, Gaby kemudian kembali lagi nyisir rambutnya sambil nungguin Ken dateng.

"Ntar rontok tuh rambut disisir terus."

Udah kali ketiganya si Gaby nyisirin rambutnya itu.

"Biar rapi Chan, rambutku tuh kalo di gerai gampang berantakan tauk." ucap Gaby yang masih asik nyisir.

"Siniin biar gue yang sisir."

Gaby langsung membalikkan tubuhnya yang tadinya menghadap cermin jadi ngehadap ke gue. Dia menatap gue dengan tatapan 'seriously?'.

Gue cuma mengangguk. Lalu dia duduk memunggungi gue. Gue langsung aja menyisir rambut dia. Gaby ini punya rambut hitam yang panjang. Rambutnya selalu licin karena dia setiap hari keramas. Gue paling suka sama wangi rambutnya, seger.

"Kok tumben lo gini?" tanyanya heran.

"Tumben gimana, dari dulu gue juga sering sisirin. Apalagi waktu lo kecil, lo gak mau tidur kalo belum gue sisirin. Masa udah lupa?"

Gaby diem, keknya dia lagi coba inget-inget.

"Kalo gue potong rambut jadi pendek, kira-kira cocok gak ya?"

Lah, kenapa tiba-tiba dia punya ide kek gitu?

"Gak, gini aja. Jangan aneh-aneh deh By."

"Tapi bosen segini terus, seumur-umur belum pernah potong pendek. Kayaknya dipotong kayak punya Amanda Manopo yang di sinetron kesukaan mama itu bagus deh."

"Gausah By."

Gaby kemudian membalikkan badannya kearah gue.

"Kenapa kan aku pengen Kak."

"Kakak sukanya rambut panjang." ucap gue, final.

"Ntar numbuh lagi."

"Udah gini aja."

"Tapi aku pengen banget loh." rengek dia.

"Gini aja cantik." Njirrr gue keceplosan. Gue harusnya gak bilang gitu nanti dia jadi besar kepala.

Si Gaby tiba-tiba senyum-senyum sendiri. Nahkan udah mulai gr nya.

"Bilang Gaby cantik dulu biar aku gak potong rambut." suruh dia.

Gue cuma mengernyitkan dahi. Mulut gue tiba-tiba menganga karena heran.

"Ayoo kak." suruh dia lagi sambil menggoyang-goyangkan kedua pundak gue.

Gue menggeleng.

"Ayo dong."

"Enggak mau." Gue memalingkan muka ke arah jendela.

"Ih kok gitu." Raut wajah Gaby mulai sedih.

Isengin dulu deh.

"Cium dulu baru mau." suruh gue sambil menunjuk pipi kanan gue.

Cup...

Mata gue auto melotot. Gue kaget ternyata Gaby bener-bener nyium pipi gue. Enggak biasanya dia kayak gini.

"Sekarang bilang!" tagih dia.

Gue yang masih syok karena dicium dia akhirnya ngomong dengan pasrah.

"Ga—Gaby cantik."

Dia langsung kesenengan, dia turun dari ranjang lalu loncat-loncat. Gue cuma ngelihatin dia sambil tersenyum.

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan tubuh Ken. Ternyata dia udah dateng. Gaby langsung berhenti loncat-loncat.

"Hei kata Kak Chandra aku cantik loh." ucap Gaby yang masih cengengesan.

Whattt?

Kenapa dia ngasih tau Ken tentang apa yang barusan gue bilang sih? Shit gue kan jadi malu di aduin Ken.

Si Ken cuma ngelihat Gaby dengan ekspresi bingung. Kemudian dia ngelihat gue sebentar. Gue cuma menaikkan kedua pundak gue.

"Ayokk berangkat." pekik Gaby setelah melihat jam digital yang ada di dinding. Udah pukul 06.32 ternyata.

Si Gaby lalu menghampiri gue buat berpamitan. "Aku berangkat dulu ya, jangan lupa minum obat nanti siang." Gue mengiyakan ucapannya lalu mencium puncak kepalanya seperti biasa.

Yang bikin gue tercengang tiba-tiba Gaby cium pipi kanan gue lagi.

Cup...

Anjay double kill. Jantung gue berdetak sangat kencang.

Ini si Gaby kenapa jadi kayak gini sih. Aduh gue malu mana di liatin Ken lagi.

Gaby dan Ken udah pergi, sekarang tinggal gue sendirian disini.

Karena bosen gue mainin ponsel gue aja. Saat gue lagi main ponsel tiba-tiba ada yang masuk.

"Surprise!!!"

Gue kaget bukan main.

"Loh kok?"

Gue bener-bener syok. Gue gak habis pikir kenapa dia ada disini.

Perempuan berambut coklat lurus itu menghampiri gue sambil bawa buket bunga mawar dan juga beberapa paperbag.

"Are you miss me? " tanyanya sembari menghamburkannya pelukannya ke gue. Dia lalu tersenyum ceria seperti biasanya.

Sumpah ini gue masih kaget.

"Always." lirih gue.

"Aku lagi libur kuliah, jadi aku pulang ke Indonesia. Sengaja gak ngabarin kamu biar surprise yang." ucap dia.

Gue masih melongo.

Oke gaes, jadi perempuan itu adalah cewek gue, Silvy namanya. Kita pacaran dari kelas 3 SMA. Silvy ini kuliah di Perancis ngambil S2, pulang ke Indonesia cuma kalo libur semester doang. Tapi kali ini kan belum libur semester. Eh gak tau deh, gue kan gak lagi kuliah.

"Why? Kenapa kamu kaget sekali? Oh my God ternyata rencana aku sukses." ucap dia sambil ketawa. Sekarang dia lagi megang tangan gue.

"Tapi kamu kok tau kalo aku disini?" tanya gue.

"Tadi di jalan ketemu Ken, dia yang ngasih tau."

Gue cuma mengangguk. Tiba-tiba dia naik ke ranjang gue. Dia meluk gue yang lagi duduk.

"Aku kangen banget sama kamu."

Gue mengangguk lalu membelai rambutnya.

Silvy kemudian mendongakkan kepalanya buat melihat wajah gue.

Gue pegang pipi kirinya, perlahan gue mendekatkan wajah gue dan kemudian mendaratkan bibir gue pada bibirnya.

Yaa, seperti yang gue bilang tadi. Gue disini juga sama kangennya.

Gue kangen menciumnya seperti ini.

.

.

.

.

.

.

.

Deby's POV

Sekarang kelasku waktunya pelajaran penjaskes. Jadi kita semua praktek olahraga di lapangan. Pak Han, si guru olga menyuruh kita semua buat pemanasan dulu sebelum mulai olah raga.

Selesai pemanasan kita disuruh membuat kelompok masing-masing 8 orang. Materi kali ini senam kebugaran.

Aku diajak satu kelompok sama Jevin dan kawan-kawan. Alhamdulilah ya gak kayak di sekolahku yang dulu, selalu dikucilin. Bersyukur banget aku bisa sekolah disini, anak-anaknya baik semua.

"Eh kelompok kita kurang satu nih." ucap Juno pada kita yang lagi duduk-duduk.

"Iya nih." timpal Chris.

"Siapa lagi orang semua kelompok udah pas 8 8." kata Jiko.

"Ya gak ada lah, kan jumlah anak di kelas kita tinggal 39. Si Husen baru aja pindah." Jevin menjelaskan.

Tiba-tiba Pak Han menghampiri kita. "Lohhh ini kenapa cuma duduk-duduk. Lihat tuh yang lain udah pada bikin gerakan." 

"Kelompok kita cuma 7 pak." Hafi ngadu ke pak guru. Lalu pak guru mencoba menghitung jumlah kita. Dia terlihat berpikir sebentar. Kemudian dia manggut-manggut.

"Gak papa deh 7 aja. Ayok sekarang buruan buat gerakan." suruh Pak Han.

"Susah pak, nanti formasinya gimana?" tanya Hafi.

"Salah satu di depan pura-pura jadi instruktur gitu. Paham gak?"

Kita bertujuh menggeleng bersamaan.

Pak Han menepuk jidatnya. Lalu beliau menyuruh kita buat berdiri. Beliau mengarahkan kita membentuk sebuah barisan 3 didepan dan 3 lagi dibelakang. Tinggal tersisa aku doang yang belum masuk barisan.

"Kamu yang cewek, berdiri didepan tengah sini. Jadi instruktur ya." suruh Pak Han.

Hah?

Aku kaget dong, masa iya aku yang jadi instrukturnya, kan aku gak bisaan.

"Kok saya Pak? Saya gak bisa."

"Udah ayo coba dulu." ucap Pak Han, aku lalu menurut.

"Nah kamu kan cewek, anggap aja itu anak-anak kamu. Tugas cewek kan membimbing. Jadi mereka harus ngikutin kamu. Oke sip!" Pak Han menepuk pundakku dua kali setelah itu berlalu pergi.

Hah? Apa-apaan nih?

Jevin dan kawan-kawan cuma ngelihatin aku yang lagi berdiri didepan.

"Aduh gaes jangan gue dong. Gue gampang lupaan. Gue gak bisa." ucapku sambil memelas. Memohon pokoknya jangan akuuu.

"Bisa bisaa dicoba dulu By." seru Refran yang ada dibelakangnya Jevin.

Jam pelajaran penjaskes sudah selesai. Kata Pak Han minggu depan waktunya praktek senam masing-masing kelompok. Sebentar banget ya ngasih jangka waktunya, jadi khawatir kalo kelompokku belum hafal sama gerakannya. Mudah-mudahan cepet hafal Ya Allah...

Setelah minum air putih, aku lalu ke kamar mandi buat ganti baju. Aku ganti bajunya sama anak cewek kok gak sama Jevin dan kawan-kawan.

"Vin tungguin gue ya." pintaku pada Vina, temen sekelas. Dia cuma ngangguk lalu nyender di tembok toilet.

Aku gantian yang masuk lalu kunci pintu takut ada yang ngintip.

Gak sampek 5 menit aku selesai ganti baju. Aku keluar tapi udah gak ada si Vina. Aku udah panggil-panggil tapi tetep aja gak nyaut.

"Kok gue ditinggalin sih??" batinku.

Biarin lah, lagian aku berani kok balik ke kelas sendiri.

Sebelum balik ke kelas aku ngaca dulu di cermin yang ada ditoilet. Aku gerai lagi rambutku yang barusan kuiket karena olah raga. Aku sisir sebentar pakek jari tangan biar rapi.

Dah, sip.

"Hei Gaby." Tiba-tiba ada yang panggil. Aku auto menoleh ke sumber suara. Ada 4 orang cewek lagi melihat ke arahku.

"Itu bukannya Lily yang nabrak aku kemarin ya?" tanyaku pada diri gue sendiri.

"Oh ini yang namanya Gaby." ucap salah satu dari mereka.

"Kenalin gue Jena." ucap dia lagi.

"Gaby." Aku lalu menyalami dia.

"Gue Mawar." ucap cewek yang satunya lagi. Aku pun mengangguk lalu menyalami dia juga.

"Jesica, Jesi aja juga boleh." satu lagi cewek memperkenalkan namanya. Tak lupa aku menyalami dia juga.

"Kalo sama gue udah tau kan."

Aku mengangguk pada Lily.

"Santai aja lah, kenapa tegang gini?" Lily terkekeh kemudian melingkarkan lengan kanannya di tengkukku. Aku bingung harus ngomong apa. Jadi akhirnya aku pilih diem aja.

Bukannya mau su'udzon, tapi karena udah pengalaman dari kejadian-kejadian dulu, aku menyadari ada suatu hal disekeliling mereka ini.

Aku mencium bau-bau perisak disini.

...***...

Sekarang aku sama Jevin udah ada diparkiran buat ambil motor. Aku jadinya pulang sama Jevin lagi karena dia maksa.

Tiba-tiba diparkiran Jevin nyodorin sebuah helm. Aku kaget dong, ternyata demi diriku dia rela loh bawa dua helm ke sekolah. Ya ampun Je kenapa repot-repot sih?

Jevin kemudian memakaikan helmnya ke kepalaku, aku ya cuma nurut aja. Padahal sumpah deh aku bisa sendiri, tapi ya udahlah biar dia seneng. Eh aku juga seneng sih hahaaa...

"Ayok naik." suruh dia.

Aku langsung naik ke motor dia. Seperti waktu itu, kali ini aku juga pegangan sama dia biar aman.

Waktu keluar gerbang, motor Jevin tiba-tiba berhenti. Bukan karena mogok, emang dia sengaja memberhentikan motor dia.

Ternyata dia sedang ngobrol sama cewek yang ada disebelahnya, cewek ini naik motor juga. Aku kepo dong siapa dia, alhasil aku ikutan noleh kearah cewek ini. Ooh ternyata Krista.

Hmm, Krista lagi Krista lagiii.

"Lo kok gak bales wa gue?" tanya Jevin pada Krista.

Krista yang sebelumnya pakek masker kemudian melorotin masker dia kebawah dagu.

"Ponsel gue ilang." kata Krista.

"Ilang lagi?" Reaksi Jevin begitu kaget.

Lagi ya katanya? Brarti ponsel Krista pernah hilang sebelumnya. Kok Jevin tau banget yahh?

"Minta nomer lo kalo gitu." ucap Jevin lalu Krista mengangguk.

"By lo bisa gak keluarin ponsel gue didalem tas. Resleting nomer 2." suruh Jevin kepadaku. Aku langsung menuruti perintah Jevin itu.

"Tolong lo ketikin ya By nomernya." suruh Jevin lagi.

Aku mengangguk dan bersiap-siap membuka ponselnya.

Hah?

Loh kok wallpapernya gambarnya Krista sih?

Aku syok sekali. Apa jangan-jangan mereka itu pacaran?

"085xxxxxxxxx." ucap Krista mendekte nomer dia.

Aku udah ketik, udah aku simpen juga. Lalu langsung aja aku masukin ponselnya Jevin ke dalam tasnya.

"Udah by?" tanya Jevin.

"Udah."

Jevin kemudian pamitan sama Krista, lalu melajukan motor klx nya.

Dalam perjalanan aku masih berpikir apa iya mereka pacaran. Kalo emang pacaran kenapa Jevin malah boncengin aku terus. Kalo enggak pacaran kenapa wallpapernya Jevin gambarnya Kristal.

Tanpa aku sadari, dari tadi aku udah melepaskan peganganku pada Jaemin. Lalu saat di lampu merah, Jevin mengambil tanganku yang ada dibelakangnya kemudian meletakkannya di perut dia.

"Na sumpah gue gak enak sama Kristal." rengekku di dalam hati.

~to be continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!