~Jingga melambangkan keindahan dan kesempurnaan tanpa celah ~
Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan cinta Jingga. Seorang yang rela menjadi pengantin pengganti untuk majikannya, yang menghilang saat acara sakral. Ia memasuki gerbang pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap di cintai.
Jingga menerima pernikahan ini, tanpa di beri kesempatan untuk memberikan jawaban, atas penolakan atau penerimaannya.
Beberapa saat setelah pernikahan, Jingga sudah di hadapkan dengan sikap kasar dan dingin suaminya, yang secara terang-terangan menolak kehadirannya.
"Jangan harap kamu bisa bahagia, akan aku pastikan kamu menderita sepanjang mejalani pernikahan ini"~ Fajar.
Akankah Jingga nan indah, mampu menjemput dinginnya sang Fajar? layaknya ombak yang berguling, menari-nari menjemput pasir putih di tepi pantai.
Temukan jawabannya hanya di kisah Jingga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rengganis Fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Bekerja
Happy Reading Teman-Teman 💕💕💕
Hari masih terbilang cukup pagi untuk memungut rezeki, namun sayangnya langit sudah hendak berperang menurukan pasukannya untuk membasahai bumi. Jingga mulai melangkahkan kakinya meninggalkan istana nan indah yang berada jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota.
Matanya menciut kala melihat sekeliling tak menemukan pemukiman padat penduduk, kakinya terus melangkah mengikuti jalan yang terbentang. Sejauh mata memandang hanya hamparan lahan kosong yang ia temukan.
Tiga puluh menit sudah kaki jenjang itu melangkah namun tak kunjung juga menemukan tempat yang ia cari. Jingga kembali mengalunkan kakinya melangkah ke sembarang arah. Hingga tibalah ia di salah satu tempat pemberhentian bus.
“Sepertinya aku harus naik bus ini untuk ke kota, aku harus menemukan pekerjaan sebelum matahari terbenam”. Jingga menatap satu lembar uang yang ia punya.
***
Kota.
Jingga yang sudah berada di pusat kota Surabaya tampak di buat bingung harus kemana untuk memulai melangkahkan kakinya. Ia tak memiliki bekal apapun untuk mencari pekerjaan jangankan ijazah surat lamaran saja ia tak terfikir untuk membuatnya.
Jingga yang hanya lulusan SMK tampak kebingungan di tengah teriknya matahari yang mulai menyapa bumi. Cuaca berubah dengan begitu cepatnya jika saat ia keluar dari rumah Fajar tadi udara terasa begitu dingin dan pasukan hujan hampir datang menyerang, berbeda dengan sekarang udara terasa hangat cenderung panas. Buliran-buliran keringat mulai membasahi kening saat kaki itu melangkah.
“Ah andaikan saja manusia dapat berubah sikapnya dengan cepat”, gumamnya dalam hati dengan kembali melangkahkan kakinya.
Kini ia mulai berjalan menuju salah satu butik yang ada di tengah-tengah kota. Butik itu cukup besar dengan beberapa pengunjung yang tak terlalu banyak. Tempat itu begitu megah dan elegan. Terlihat beberapa wanita kelas atas sedang keluar masuk dengan membawa barang belanjaan mereka.
Jingga ragu untuk memasukinya.
Wajah dan penampilannya sangat tidak mendukung untuk bekerja di sana.
Dengan segenap tenaga dan keberanian yang ada, ia memberanikan diri untuk memasuki tempat itu. Melangkahkan kakinya dengan begitu percaya diri. Hingga salah satu kaki itu menyentuh lantai Butik.
“Maaf pengemis dan gelandangan di larang masuk”, hadang salah satu petugas keamanan yang mencegah Jingga untuk masuk ke sana.
“Tapi saya buka pengemis Pak, saya mau melamar pekerjaan”.
Petugas kemanan meneliti penampilan Jingga dari atas hingga ke bawah, tatapan tidak suka begitu terpancar sempurna pada raut petugas kemanan itu.
“Sebaiknya mbak pergi saja dari sini, Butik ini tidak membuka lowongan pekerjaan untuk pengemis”. Tuturnya dengan sinis sekaan meremehkan Jingga.
Jingga yang kala itu menggunakan masker dan tak membukanya tampak tak terima dengan perlakuan petugas kemanan, yang hanya melihat seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. Andai ia melihat wajah Jingga seluruhnya yang tak kalah dengan model-model ibu kota pasti ia akan terpesona kala itu juga.
“Tapi Pak di sana tertera (sedang membuka lowongan pekerjaan)”. Jemari lentik itu menunjuk salah satu kaca besar yang tertempel tulisan lowongan pekerjaan.
“Maaf sudah penuh dan tidak menerima karyawan baru, silahkan mbak pergi saja”. Kini tangan petugas keamanan tersebut terulur dan mengibas-ngibaskannya seakan sedang mengusir hewan ternak.
“Apakah aku semenjijikan itu?, pantas saja tuan Fajar sama sekali tak tertarik dan menganggap ku ada, seorang petugas kemanan saja jijik melihat penampilanku yang usang”.
Kini ia meninggalkan butik tersebut, tak dapat di pungkiri hatinya dongkol mendapat perlakukan seperti itu dari sesama manusia apalagi dengan kasta yang sama.
Kini ia kembali mengalunkan kakinya mencari pekerjaan. Mata Jingga memindai setiap area yang ada di sekitarnya.
Kakinya kembali melangkah dengan di iringi terik yang begitu menyengat. Seakan matahari ingin menunjukan kuasanya. Tak terasa Jingga sudah berjalan cukup jauh.
Pandangannya terhenti di salah satu Resto yang tak begitu besar namun terlihat begitu asri dari luar. Terdapat beberapa pohon yang cukup rindang di sana dan beberapa tanaman bunga hias nan cantik. Resto di desain layaknya kebun di tengah kota.
Mata Jingga semakin terbelalak kala melihat tulisan yang terbentang di depan pagar Resto itu. Tak butuh lama ia langsung menuju resto. Melangkahkan kakinya dengan pelan dan mengumpulkan segenap keyakinannya.
“Permisi apakah di sini masih membutuhkan lowongan sebagai pelayan?”, sapanya dengan cukup pelan pada petugas kemananan yang sedang berjaga di depan resto, guratan rasa kurang percaya diri hinggap sempurna di tubuh Jingga.
“Iya mbak masih di butuhkan, silahkan mbak langsung saja masuk ke dalam dan temui kasir untuk mengantarkan ke pemilik Resto, kebetulan beliau sedang berkunjung ke sini”.
Mendapat jawaban seperti itu sekaan menemukan oase di tengah gurun pasir yang panas dan gersang.
Jingga memasuki Resto tersebut, segala lantunan do’a-do’a iba baca berharap Allah akan memberikan keberkahan dalam hidupnya.
Robbi anzilni munzalam mubarakan wanta khairul munzilin.
“Ya Allah Tuhanku, sempatkanlah aku pada tempat yang di berkahi, dan engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat (Al-Mukminun ayat 2)”.
Tak butuh waktu yang lama Jingga dapat dengan mudah untuk masuk dalam Resto tersebut, salah satu kasir juga langsung mengantarkan Jingga bertemu pemilik Resto. Siang itu pengunjung resto cukup ramai terlihat dari parkiran yang penuh dan hampir seluruh meja yang ada berlabel reservasi. Pelayan tampak hilir mudik membawa baki yang penuh dengan aneka makanan.
“Assalamualaikum permisi”. sapa Jingga dengan mengetuk pintu ruangan.
“Waalaikumsalam masuk”, suara pemilik resto terdengar begitu ramah dan menenangkan.
“Bu saya mau melamar untuk menjadi pelayan di sini, tapi maaf saya tidak membawa berkas-berkas surat lamaran, saya juga tidak membawa ijazah tapi saya punya pengalaman menjadi pelayan di salah satu keluarga di kota ini”. Jingga melontarkan serangkaian kata tersebut tanpa jeda tapi tak bisa di pungkiri rasa gugup itu begitu nyata, terlihat dari nada bicaranya.
Jingga mengatakan semuanya dengan menunduk tak berani menatap wajah pemilik Resto.
“Kamu yang waktu itu bertemu di masjid bukan?”.
Jingga mendongak mendengar suara kalem itu. Ia memberikan diri untuk menatap wajah paruh baya yang damai.
“Iya bu”. Jingga mengutuk dirinya sendiri kala itu tak terpikir untuk menanyakan namanya.
“Siapa nama kamu nak?”.
“Saya Jingga Bu”.
“Baik saya terima kamu bekerja di sini, silahkan ganti pakaian kamu di belakang”.
Senyum sumringah menghampiri wajah keduanya.
Kini Jingga mulai mengganti pakaiannya dengan seragam yang sudah menjadi ketentuan Resto. Jingga menggunakan masker ketika ia sedang bekerja. Jingga ingin menjaga marwah suami dan juga keluarganya dengan tak ingin orang mengenalinya. Ia takut jika beberapa rekan kerja mertua dan suaminya mengenalinya mengingat acara pernikahan Jingga dan Fajar di hadiri cukup banyak undangan.
“Hay anak baru, antar makanan ini di meja 70”. Teriak salah satu senior memanggilnya.
Mendengar perintah itu Jingga lari dengan tergopoh-gopoh menuju sumber suara.
Bruk.....
.
.
.
.
.
Jangan lupa like, komen dan subscribe dan vote juga ya 😊✌️