Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Selalu saja itu yang menjadi senjatanya. Mentang mentang dia yang menjadi Bos. Aku berdoa suatu saat dia bangkrut, agar tak menyusahkan karyawannya lagi," Riana meruntuk.
"Berhenti menggerutu, cepat carikan!!"
"Pak, apa tidak ada makanan lain yang ingin Bapak Makan? Nasi padang, nasi rames, atau nasi kebuli gitu??" tawar Riana.
"Nasi goreng titik!!" Darren tetap kekeuh.
"Bapak ini seperti suami yang sedang mengidam. Selalu saja minta yang aneh-aneh. Siang bolong begini siapa yang mau jualan nasi goreng Pak?? Nasi goreng adanya malam hari." Riana mendesah kesal.
"Aku tidak perduli, yang jelas aku mau makan nasi goreng sekarang juga, titik."
"Sa--"
"Kalau kamu masih membantah, tamat riwayatmu." sela Darren saat Riana ingin mengeluarkan protes lagi.
"Dan jangan kembali sebelum menemukan nasi goreng." ancam Darren.
Riana pun mendesah kesal.
"Jangan melotot, atau aku akan mencongkel bola matamu. Pergi sana !!"
Riana pun membalik tubuh tanpa protes lagi. dan Saat di luar ruangan, dia pun menghentak-hentakkan kakinya karena sangat kesal. "Ya Tuhan ... Berikan aku kemampuan untuk menyihir seseorang. Aku ingin menyihir si Bos gila itu menjadi cacing, atau kecoa, agar aku bisa menginjaknya sampai penyok sekalian," gerutu Riana.
"Mau kemana Ri??" tanya Rama saat bertemu Riana di parkiran.
"Biasa Mas, mau beli makanan buat si Bos manja," jawab Riana sambil menekuk bibirnya.
"Yang sabar ya, Ri!" ucap Rama sembari tersenyum.
"Aku nggak habis fikir Mas, sebenarnya aku ini sekertaris atau pembantu rumah tangga ya? Bukannya sekertaris itu kerjaannya di kantor? Tapi kenapa aku selalu di suruh membeli makanan, membuat kopi, dan yang menyebalkan, Pak Darren itu selalu saja meminta hal di saat yang tidak tepat. Bayangin Mas, masa dia minta nasi goreng di siang bolong begini. Yang benar aja, tukang nasi goreng kan adanya malam, kalau siang begini mereka lagi pada mimpi indah. Nggak tau diri memang, pantas saja tidak ada sekertarisnya yang betah, karena dia memang tidak waras," ucap Riana panjang lebar, sehingga membuat Rama tertawa.
"Sabar Ri ... Pak Darren memang seperti itu." ucap Rama.
"Iya Mas, aku memang selalu sabar. Setiap hari aku selalu melatih kesabaranku. Jika tidak, mungkin aku sudah menendang bokongnya."
Rama semakin di buat tertawa terpingkal pingkal oleh ucapan Riana. "Cukup Riana, perutku sakit gara gara kamu." ucap Rama sembari memegang perutnya.
"Ya sudah Mas, aku pergi dulu." Tanpa melanjutkan obrolannya lagi, Riana pun segera menaiki motornya dan meninggalkan area perkantoran.
Sepanjang jalan Riana terus mencari warung pinggir jalan, mana tau ada tukang nasi goreng khilaf, tapi tetap saja dia tidak menemukannya.
Akhirnya Riana membeli nasi putih di warteg juga ayam goreng dan seafood. Tidak ada pilihan lain, Riana akan membuat nasi goreng di rumahnya, karena jika terus mencari, sudah di pastikan dia tidak akan menemukan apa pun juga.
Setelah membeli perlengkapannya, Riana pun menuju rumahnya, dan mulai sibuk mengiris bawang dan juga pelengkap nasi gorengnya. Setelah itu ia pun mulai membuat nasi goreng sesuai yang ia kuasai, jika nantinya Darren tidak menyukainya, maka Riana tidak akan perduli.
Tiga puluh menit kemudian, nasi goreng buatan Riana pun sudah selesai, lengkap dengan sosis dan telur mata sapi, juga suiran ayam dan seafood. Astaga... Aromanya sangat menggoda.
Riana pun segera membungkusnya karena takut dia akan khilaf dan justru ia yang akan menghabiskannya.
Setelah selesai, Riana pun bergegas kembali ke kantor untuk memberikan nasi goreng buatannya pada Darren.
"Dari mana Neng??" tanya security yang berjaga di pos saat melihat Riana turun dari motornya.
"Biasa Pak, cari makanan buat Pak Bos," jawab Riana sembari tersenyum ramah pada security tersebut.
Karena sudah paham dengan situasi, security itu pun tak lagi mengajak Riana untuk mengobrol, karena sudah pasti Darren menunggunya.
Riana pun bergegas menuju ruangan Darren, dan saat ia melewati kubik milik karyawan yang ada di sana, Riana mendengar ucapan yang membuat telinganya panas.
"Dia itu sebenernya sekertaris atau Babu sih?? Aku curiga deh, dia itu nggak bisa apa apa, makanya Pak Darren memperlakukan dia seperti Babu, di suruh ini, di suruh itu. Kasian banget. Lagian nggak bisa apa apa kok ngelamar kerja di sini," ucap Litta, wanita yang selalu menatap sinis Riana semenjak Riana bekerja di kantor Darren.
Riana sebenarnya ingin meladeninya, tapi ia takut Darren semakin marah jika ia berlama lama untuk meladeni Litta, jadi Riana mengabaikannya dan meneruskan langkah menuju ruangan Darren.
"Aku kira kau akan menghabiskan waktu untuk mencari nasi goreng di luar sana. Tapi tumben kau hanya sebentar, aku kira kau akan menunggu sampai malam untuk mencari makanan yang mudah di temukan seperti ini."
"Mudah gundulmu," ucap Riana dalam hati. Lalu memberikan nasi goreng yang di buatnya tadi pada Darren.
Setelah itu ia pun kembali ke mejanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu Darren yang memang sudah kelaparan sejak tadi, segera membuka bungkusan nasi goreng tersebut, dan mencium aroma nasi goreng yang sepertinya beda dari yang lain.
Darren pun mulai mencobanya, dan saat suapan pertama itu masuk ke dalam mulutnya, Darren terbelalak kaget akan rasanya.
Rasanya sangat enak, bahkan lebih enak dari yang sering ia makan di restoran. Entah di restoran mana Riana membelinya. Darren pun enggan bertanya karena sedang menikmati makanannya.
Sementara Riana sesekali melirik Darren yang kini terlihat sangat menikmati makanannya, dan membuatnya bernafas lega karena ternyata Darren menyukainya dan sepertinya tidak akan ada keluhan.
Sehingga Riana pun bisa melanjutkan pekerjaannya dengan tenang.
Beberapa jam kemudian Darren merasakan ada yang berbeda dari tubuhnya, tiba-tiba ia merasa kulitnya gatal-gatal, ia pun sesekali menggaruk leher juga tangannya, nafasnya pun terasa sedikit sesak.
Semakin lama semakin terasa gatal, dan semakin tidak tertahankan.
"Riana!!" teriak Darren.
Riana memegang dadanya karena sangat kaget. Saking kagetnya, jantungnya serasa hampir lompat dari tempatnya.
"Bapak ngagetin saya," ucap Riana kesal, tapi kekesalannya tiba-tiba berubah saat melihat sekitar leher Darren yang memerah dan tangan Darren yang terus menggaruk-garuk.
"Cepat panggil Rama, aku sesak nafas dan gatal. Aku harus segera ke rumah sakit," ucap Darren.
"Tapi... Mas Rama kan tadi minta izin pulang lebih dulu, karena ada urusan Pak. Apa ada yang bisa saya bantu Pak, nanti biar saya yang mengerjakannya." Jawab Riana.
"Nafasku sesak Riana, aku harus segera ke rumah sakit." lirih Darren.
Riana pun segera bangkit dan mendekati Darren.
"Ya Tuhan ... Kulit Bapak juga memerah. Kenapa ini bisa terjadi Pak ??"
"Jangan banyak tanya, cepat bawa aku ke rumah sakit, aku tidak tahan lagi."
Riana pun segera memapah Darren yang kini terlihat sangat lemas.
"Saya akan mencari taxi untuk Bapak." ucap Riana saat sampai di parkiran.
Karena ini jam lembur, hampir seluruh karyawan pun sudah pulang dan hanya beberapa yang ikut lembur di kantor, dan masih sibuk dengan pekerjaannya, jadi tidak ada yang bisa di mintai tolong.
"Itu akan lama, saya sudah tidak tahan." ucap Darren dan membuat Riana kembali kebingungan.
"Ya sudah Bapak naik motor saya aja." Karena tidak ada pilihan lain,Riana pun terpaksa membonceng Darren menggunakan motornya, dari pada terjadi hal yang tidak di inginkan.
Sangking paniknya, Riana sampai hampir menabrak gerobak bakso, beruntungnya dia mengerem mendadak, dan membuat Darren memeluknya karena hampir terjatuh.
"Bisa bawa motor gak sih?? Aku tidak ingin mati konyol di tanganmu," ucap Darren, meski matanya terus terpejam karena nafasnya semakin sesak.
"Maafkan saya Pak, saya tidak sengaja."
Bebebrapa saat kemudian Riana pun sampai di rumah sakit, lalu Darren pun segera di tangani oleh Dokter.
"Untungnya Mbak segera membawanya kemari, kalau tidak, mungkin saja dia tidak akan tertolong," ucap Dokter menjelaskan.
"Memang Bos saya kenapa ya Dok??" tanya Riana penasaran.
"Bos anda ini alergi terhadap sesuatu makanan, contohnya seperti seafood. Apa hari ini dia makan semacam itu??" tanya Dokter itu lagi.
Riana pun berpikir sejenak, lalu seketika menepuk keningnya.
"Astaga!!" Riana baru sadar kalau jam dua tadi Darren memakan nasi goreng yang ia tambahkan udang dan cumi.
Hampir saja, jika Bosnya ini sampai kenapa kenapa, sudah di pastikan dia akan berakhir di dalam penjara.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya Mbak," pamit sang Dokter pada Riana.
"Iya Dok." Riana mengangguk pelan, setelah Dokter pergi Riana pun duduk di dekat Darren sambil memperhatikannya.
Beberapa saat kemudian Darren pun bangun dan melihat Riana yang saat ini sedang tertidur dengan menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangannya.
Darren pun bergerak untuk bersandar pada kepala ranjang, dan saat itu juga Riana menyadari pergerakan Darren.
"Bapak butuh sesuatu??" tawar Riana.
"Nggak perlu. Kamu ... Di sini dari tadi??"
"Iya Pak."
"Kenapa nggak pulang??" Darren mengernyit heran.
"Karena ... Saya mau nunggu Bapak sampai sadar dan baik-baik saja baru saya pulang."
Darren pun terdiam, selama ini banyak wanita yang menemaninya di atas ranjang, tapi saat di rumah sakit, baru Riana lah yang menemaninya hingga tengah malam.
"Harusnya kamu pulang, saya baik-baik saja," ucap Darren pelan.
"Saya ... Bersalah Pak. Karena saya, Bapak jadi.masuk rumah sakit. Seandainya saya tidak memasukkan udang dan cumi ke nasi goreng Bapak, Bapak tidak akan seperti ini. Sekali lagi maafkan saya Pak." Riana sangat menyesal.
Meski ia tidak sengaja, tapi tetap saja ia hampir membahayakan nyawa seseorang.
"Jadi kamu bikin sendiri nasi goreng itu??"
"Iya Pak, karena saya tidak menemukannya di mana pun, jadi dari pada Bapak marah, saya akhirnya membuat sendiri."
"Untung enak, kalau tidak, aku akan memecatmu."
"Saya berharap Bapak memecat saya, saya akan sangat bahagia." ucap Riana.
Ya, jika saja Darren memecatnya, mungkin Riana akan terbebas dari segala hal yang menyebalkan, terutama sikap Bosnya yang semena mena.
"Aku akan memecatmu saat waktunya tiba."
*******
*******
coba penulis dan pembaca siapa yg pingin pasangan Jihan Rendi bahagia?
aku sih terserah saja
tapi kalo dikampung kami pasangan pelakor oenghianat itu kita minta baik-baik untuk meninggalkan kampung demi kebaikan warga dan kebaikan pelaku zina tsb
kalo bahagia itu kan tergantung usaha
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
tokohnya berat buat jujur