Kisah perjuangan seorang anak manusia yang berusaha bangkit meskipun dunia tidak menghendakinya.
Kelahirannya dianggap pembawa sial dan bala bencana bagi keluarga nya,ibunya meninggal saat melahirkannya,dan sang ayah yang sangat mencintai istrinya itu,menganggap sang anaklah pembunuh istrinya,sehingga memendam dendam kesumat luar biasa.
Dengan berbagai tekanan dan siksaan,dia berusaha bangkit melawan takdir nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Perguruan Rajawali Emas.
Sang bocah meletakan tubuh kakek Po Peng di atas bale bale kayu di ruangan depan rumah itu.
Selanjutnya dia bermaksut untuk kembali ke hutan lagi,tetapi tangan nenek An Ning mencekal tangan nya.
"Tinggallah disini nak, paling tidak beberapa hari hingga si kakek sembuh, gantikan kakek menyapu seluruh halaman ya,siapa tahu nanti bisa diangkat jadi murid di perguruan ini,kau bisa menjadi orang sakti nak" kata sang nenek.
"Iya nak,tolonglah kakek ya, gantikan sementara tugas kakek hingga kakek kuat bekerja kembali" kakek Po Peng memohon kepada sang bocah.
Lama sang bocah bimbang untuk memberi keputusan.
"Siapa dia Po Peng?" tiba tiba terdengar suara seorang laki laki di depan pintu.
"A ah ma maap leluhur,hamba bersalah,dia hamba temukan di hutan,dialah yang menolong hamba hingga hamba bisa sampai kerumah kembali ke luhur"kata kakek Po Peng kepada seorang laki laki berbadan tinggi berkulit putih,berambut dan kumis panjang yang juga putih, pada jubah putih nya terdapat sulaman gambar se ekor burung Rajawali terbuat dari benang emas,dialah Bu Tek Cong, sang leluhur perguruan Rajawali emas.
Sang leluhur perguruan itu menatap sang bocah dengan seksama,alis nya berkerut.
"Katakanlah,kau dari perguruan silat mana ?" tiba tiba terdengar pertanyaan dari sang leluhur.
"Maap kek,aku tidak mengerti,aku tidak pernah berguru kepada siapapun juga kek"kata sang bocah.
"Plak!".
"Plak!".
Dua kali hantaman telapak tangan sang leluhur mendarat telak di pipi sang bocah, membuat sang bocah terpelanting ke lantai dengan bibir yang ber darah.
"Katakan,sekali lagi,kau murid perguruan mana ?" tanya sang leluhur lagi.
Tanpa mengeluh kesakitan,juga tanpa tangisan,sang bocah berdiri menatap muka sang leluhur,tiba tiba ada satu kilatan aneh dari dalam mata sang bocah,yang membuat jantung sang leluhur serasa mau meledak.
"Kakek,aku menolong kakek ini dengan ikhlas tanpa minta sesuatu imbalan apa pun,aku memang tidak berasal dari perguruan manapun, atau murid siapapun kek, langit menertawai nasip ku, bumi menolak kehadiran ku,dan semua manusia mengejek ku sebagai Si Chun kek,yang bersedia menerima ku cuma hutan rimba kek, bila itu tidak membuat kakek puas, kakek boleh membunuh ku sekarang, aku akan berterimakasih kepada kakek semoga di kelahiran yang lain,dewa tidak lagi menjadikan aku manusia,tetapi seekor anjing,agar aku tidak menderita dan bisa membalas kebaikan mu kek,aku ingin bertemu ibu ku kek!" kata sang bocah dengan ucapan lantang.
sang kakek Po Peng dengan susah payah bangkit berlutut dihadapan sang leluhur perguruan itu, "ampuni saya leluhur,saya yang salah, dia cuma bermaksud mengantarkan saya yang terkilir di hutan sana tuan,sudilah tuan memaafkan nya" kata kakek Po Peng.
Sang Leluhur terdiam sesaat,hatinya kini menjadi bimbang,jelas jelas dia melihat bocah ini memiliki tingkat kultivasi yang cukup tinggi,tetapi saat dia pukul tadi,tidak ada reaksi sedikit pun untuk mengelak atau menangkis.
Biasanya seorang yang pernah belajar silat,bila diserang secara dadakan,jurus jurus nya pasti secara reflek akan keluar dengan sendirinya, kenapa bocah ini tidak ada reaksi apa pun, sepertinya bocah ini benar benar tidak pernah tahu masalah ilmu silat sama sekali.
"Sudahlah,kau boleh tinggal disini,tetapi satu tugas untuk mu,setelah selesai menyapu halaman latihan,kau harus mengisi bak mandi ku di atas hingga penuh,setiap hari,dan nenek An Ning akan memberitahukan kepada mu"kata kakek tua leluhur dari perguruan Rajawali emas sambil menepuk pundak sang bocah.
Seberkas cahaya biru tipis tiba tiba keluar dari telapak tangan sang leluhur dan masuk menyusup kedalam kulit sang bocah.
"Maapkan aku nak,aku harus menutupi pancaran kultivasi mu,agar tidak menjadi masalah bagi diri mu,kelak aku yakin kau akan menjadi seorang pendekar utama di benua ini"pikir sang leluhur sambil melangkah keluar dari rumah kecil itu.
"Terimakasih leluhur, terimakasih, kau dengar tadi nak,kau di terima di sini,dan yang menerima mu adalah leluhur sendiri, mulai besok kau baru bertugas nak,nenek yang akan memberitahukan kamu apa saja yang harus di kerjakan,dan ingat nak,disini banyak anak anak orang kaya Sera anak anak para pembesar,bila kau di ganggu,hindari saja,jangan di lawan,atau kau bakal mendapatkan kesulitan baru" kata kakek Po Peng menasihati sang bocah.
"Ayo nak,bawa kakek ke dapur,kita makan dulu "ajak sang nenek kepada si bocah.
sang bocah segera memapah kakek Po Peng menuju dapur mengikuti Neneng An Ning.
Mereka duduk diatas lantai beralaskan tikar daun lontar.
Tidak seberapa lama,nasi dan lauk pauk sederhana di hidangkan oleh nenek An Ning untuk mereka.
Ini untuk pertama kalinya setelah setahun,si bocah merasakan kembali rasanya nasi dan sayuran.
Mulai hari itu dia tinggal bersama kakek Po Peng dan nenek An Ning sebagai cucu kedua orang tua itu.
Pagi pagi sekali dia menyapu halaman tempat latihan para murid perguruan,setelah selesai,dia ber gegas memikul dua gentong air dengan pikulan yang di bawa dari perguruan di bawah,menuju tempat leluhur perguruan di atas gunung Sin Tao disebelah Utara perguruan Rajawali emas itu.
Untuk membawa dua gentong air dari bawah ke atas,dia harus melalui lima ribu anak tangga berkelok-kelok hingga mencapai atas.
Di atas ada sebuah rumah tidak terlalu besar namun bagus,serta sebuah rumah panjang yang merupakan tempat menyimpan semua kitab dan pusaka perguruan.
sebuah bak air terbuat dari batu ukuran satu depa kali dia depa dengan tinggi satu depa terdapat di atas sebuah puncak batu.
Untuk mencapai atas bak itu,masih harus menaiki sepuluh anak tangga lagi.
Menjelang tengah hari,barulah dia selesai mengisi bak air itu,lantas makan siang,setelah itu,dia mencari kayu bakar di hutan belakang perguruan itu.
Cuma disaat mencari kayu bakar itulah dia bisa bersama sang sahabat nya si putih.
Tetapi tentu saja semua itu dia lakukan tanpa mengeluh kepada siapapun juga,semuanya dia kerjakan dengan ikhlas.
Tanpa terasa,beberapa purnama pun berlalu.
Apa bila ada bahan mainan dan tertawaan,maka anak anak nakal akan melakukannya dengan senang hati.
Hari ini seperti biasa nya,sang bocah menyapu daun daun di halaman tempat latihan para murid perguruan itu.
Murid murid perguruan di bagi beberapa kelompok tergantung dari tingkatan mereka masing masing, dari yang pemula,tingkat dua,hingga tingkat dua belas bagi para murid yang sudah senior dan hampir menyelesaikan pendidikannya di perguruan Rajawali emas itu.
Saat dis sudah menyelesaikan pekerjaan menyapu nya,murid murid perguruan itu juga sudah selesai latihan dasar pagi hari di tempat itu.
Seorang gadis kecil seusia sang bocah yang baru duduk di tingkat satu itu datang menghampiri nya.
"Hei kau!, ambilkan aku secangkir air,cepat ya,jangan lambat!" teriak bocah perempuan bernama Mou Yi Hua itu.
"Baiklah nona kecil,akan aku ambilkan,tunggulah sebentar " kata sang bocah sambil berlari ke arah dapur.
Beberapa saat kemudian dia datang dengan membawa secangkir air putih.
Gadis kecil itu menerima cangkir itu dari sang bocah dan berkata, " Hei t*l*l,kenapa lama sekali,haus ku sudah hilang,nih kau minum sendiri!" sambil menyiramkan secangkir air ke muka sang bocah.
"Maap nona kecil,itu sudah yang paling cepat"kata sang bocah membela diri.
"Plak!"hantaman telapak tangan gadis kecil itu mampir di pipi sang bocah, "kau bohong !"...
Dua orang anak laki laki usia sembilan dan sebelas tahun datang menghampiri mereka.
Mereka berdua adalah Mou Fang Liuo yang berusia sebelas tahun sudah duduk di tingkat lima,dan Mou Fang Liu yang berusia sembilan tahun sudah duduk di tingkat tiga.
Mereka bertiga merupakan kakak beradik,putra dari Mou Qin Ruan dan Zhang Liu Jian.
Sedangkan Zhang Liu Jian merupakan kakak kandung dari Zhang Yong Kai,ayah kandung dari sang bocah sendiri sebenarnya,tetapi mereka tidak saling mengetahui dan tidak saling mengenal.
"Ada apa adik,kenapa marah marah ?" tanya Mou Fang Liuo kepada sang adik yang masih marah marah.
"Bagai mana aku tidak marah kak,dia si jelek itu mencoba melecehkan aku " adu gadis kecil itu kepada sang kakak.
"Apa ?,berani sekali kau melakukan itu kepada adik ku heh,bangsat!" kini Mou Fang Liu yang berteriak nyaring.
"Tidak tuan muda,tidak seperti itu cerita nya!" kata sang bocah mencoba menerangkan.
"Jangan dengarkan kak, dia pembohong besar, dasar Si Chun tidak berguna!" teriak sang gadis kecil seolah olah memang dia yang tersakiti.
"Buk!".
"Buk!".
"Buk!".
"Buk!".
Terdengar gebukan ria dari kedua bersaudara itu tanpa ampun lagi.
Sedangkan sang bocah perempuan itu cuma tersenyum senyum puas melihat sang bocah dipukul dan di tendang oleh kedua kakaknya.
Entah karena apa,hatinya merasa sangat puas melihat penderitaan sang bocah yang babak belur di pukul kedua kakaknya itu.
Sedikit pun tidak terlintas rasa sesal maupun kasihan di raut wajah nya.
Kini muka dan sekujur tubuh sang bocah telah penuh dengan lebam dan luka luka.
Sang kakek Po Peng yang memperhatikan sedari tadi,cuma terdiam tanpa bisa berbuat apapun juga, cuma air mata nya yang berlinang menatap sang cucu angkat yang diperlakukan seperti itu.
Sedangkan sang nenek An Ning,terduduk di sudut bangunan,tanpa berani melakukan apapun juga,diperas nya ingusnya yang keluar bersama dengan air mata nya yang mengalir di pipi tua nya.
Seorang laki laki tua datang menghampiri sang bocah yan masih di pukuli oleh dua bersaudara itu.
"Fang Liuo!,Fang Liu!, hentikan,apa yang kalian lakukan heh " tanya laki laki tua itu.
"Kakek,kami sedang menghukum seorang bajingan yang mencoba melecehkan adik ku!"jawab Fang Liu sambil terus memukuli sang bocah.
Laki laki tua itu adalah salah satu dari tetua perguruan bernama Mou Cai Lang,paman dari ayah mereka, Mou Qin Ruan.
Makanya tidak ada seorangpun yang berani kepada mereka,karena mereka tahu bahwa tetua perguruan adalah kakek paman oleh ketiga bocah itu.
"Apa ?,benarkah itu Yi Hua?"tanya sang tetua perguruan.
"Lha iya lah kek,masa saya bohong,saya mau dihina dan di lecehkan oleh Si Chun itu kek!" kata Mou Yi Hua seolah olah benar benar yang tersakiti.
"Plak!".
"Plak!".
"Plak!".
"Plak!".
Berulang ulang tongkat orang tua itu menghajar tubuh sang bocah itu,hingga sekujur tubuh nya penuh dengan darah.
Sang tetua perguruan itu benar benar seperti ingin membunuh sang bocah itu.
Namun pada pukulan yang kesekian kalinya,
"Buk!".
Terdengar suara ber gedebuk nyaring,dan tiba tiba tubuh sang tetua perguruan itu terlempar sejauh enam tombak dengan bibir yang mengeluar kan darah.
Di hadapan mereka kini sudah ada leluhur perguruan dengan sikap agung nya.
"kenapa guru membela bocah setan yang tidak tahu di untung itu?"tanya sang tetua perguruan.
"Bangkitlah Cai Lang,dan lawan lah aku,jangan cuma berani kepada bocah kecil yang tidak ber daya saja,kau ayam betina Cai Lang,dan kau gadis kecil,apa kau kira aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan heh, aku sudah semenjak awal memperhatikan kalian bertiga,besok pagi, kemasi barang barang kalian bertiga, perguruan ini selamanya tertutup untuk keluarga Mou,aku tidak Sudi memiliki murid murid yang berwatak biadab!"kata leluhur perguruan itu sambil membawa tubuh sang bocah yang sudah tidak berdaya itu.
...****************...