NovelToon NovelToon
Toxic Love

Toxic Love

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen School/College
Popularitas:621
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Abigail, seorang murid Sekolah Menengah Atas yang berprestasi dan sering mendapat banyak penghargaan ternyata menyimpan luka dan trauma karena di tinggal meninggal dunia oleh mantan kekasihnya, Matthew. Cowok berprestasi yang sama-sama mengukir kebahagiaan paling besar di hidup Abigail.

Kematian dan proses penyembuhan kesedihan yang tak mudah, tak menyurutkan dirinya untuk menorehkan prestasinya di bidang akademik, yang membuatnya di sukai hingga berpacaran dengan Justin cowok berandal yang ternyata toxic dan manipulatif.

Bukan melihat dirinya sebagai pasangan, tapi menjadikan kisahnya sebagai gambaran trauma, luka dan air mata yang terus "membunuh" dirinya. Lalu, bagaimana akhir cerita cinta keduanya?

© toxic love

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 : Surat Untuk Kekasih Impian

“Hah! Siapa yang mengirim ini?”

Abigail terkejut, diam terpaku menatap ponselnya. Tubuhnya mendadak membeku sejenak, sementara pikirannya dipenuhi rasa penasaran. "Siapa ini?" batinnya terus bertanya-tanya.

Dia memandang ke sekeliling, mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, tapi tak ada satu pun orang di sekitar. Koridor kosong, tak seorang pun yang terlihat di sana. Jadi, siapa yang mengambil foto dirinya dari kejauhan dan mengirimkannya?

Dengan tergesa-gesa, Abigail masuk ke rumah, berlari menuju kamarnya di lantai atas. Kebetulan rumah sedang kosong, Eliza dan Clara masih di butik.

Abigail mengirim pesan kepada nomor tak dikenal itu: "Siapa kamu?"

Beberapa menit kemudian, sebuah panggilan suara masuk. Abigail ragu-ragu sebelum akhirnya mengangkatnya, rasa penasaran dan sedikit ketakutan memenuhi hatinya. Sosok di balik panggilan ini ternyata adalah… Justin.

"Ya, halo, ini siapa?" tanyanya hati-hati.

"Hai Abigail, aku Justin, yang kemarin ada di perpustakaan bersamamu! Hehe… boleh nggak aku bilang, aku suka sama kamu?" suara Justin terdengar hangat, tapi membuat Abigail makin terkejut. Ia pun teringat perkataan Yeon sebelumnya.

"Anya itu suka sama Justin, tapi justru Justin sepertinya suka sama kamu!"

"Iya, halo juga Justin. Eh, boleh saja, hehe," jawab Abigail dengan senyum tipis, merasa canggung sekaligus lega karena ini bukan teror yang ia bayangkan.

"Kamu cantik banget, tahu? Kemarin aku perhatikan kamu, dan rasanya langsung jatuh cinta. Aku ingin ngobrol banyak sama kamu, sayangnya selama ini aku nggak terlalu kenal kamu. Padahal, kamu itu… wah banget! Karena kamu introvert banget, aku nggak sadar ada perempuan secantik kamu di sekolah ini," kata Justin.

Abigail tersipu, "Ah, bisa saja kamu, Justin."

"Lusa, berangkat sekolah bareng yuk," ajak Justin dengan nada penuh harap.

Abigail berpikir sejenak, merasa ragu, "Aduh, Justin, sepertinya aku tidak bisa deh. Tidak enak sama temanku…"

"Temanmu bisa ikut kita juga kalau kamu mau. Ayolah!" kata Justin dengan nada meyakinkan.

Saat Abigail hendak menjawab, terdengar suara Eliza memanggil dari bawah, "Abigail, Bunda pulang!"

"Justin, aku tutup dulu ya. Nanti kita ngobrol lagi. Ada Ibu di rumah," kata Abigail dengan cepat.

"Iya, tidak masalah. Sampai ketemu lagi ya," jawab Justin sebelum Abigail menutup telepon.

Abigail segera turun dan bertemu Eliza, yang baru pulang dari butik bersama Clara. Eliza tersenyum hangat, "Iya, Nak, kami baru pulang dari butik. Sekalian Ibu bawakan makanan untuk makan malammu dan Clara."

O0O

Malam semakin dingin, ditemani rintik hujan yang turun perlahan. Abigail duduk di kamarnya, merenung, sambil menatap ke luar jendela. Beberapa kali Justin mencoba menghubunginya lewat panggilan suara, tapi Abigail masih meragu, perasaannya campur aduk. Rasa takut dan rindu menyatu saat ia memikirkan mantan kekasihnya yang telah tiada, Matthew, yang wajahnya mengingatkan pada Justin.

Di masa kecil, kehidupan Abigail penuh kebahagiaan. Ia memiliki ayah yang sangat mencintainya, tetapi ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja. Setelah beberapa waktu, ia menemukan cinta pada Matthew, kekasihnya yang akhirnya meninggal akibat sakit. Abigail bertanya-tanya, "Apakah Justin ini reinkarnasi dari Matthew?" Pertanyaan itu terus bergulir dalam pikirannya hingga akhirnya ia terlelap.

O0O

“Abigail, Abigail!”

Sosok cantik dengan rambut tergerai berjalan menyusuri koridor, langkahnya tenang. Orang-orang yang melihatnya seakan terpukau oleh kesempurnaan sosoknya. Di belakangnya, Yeon berjalan mengikuti, si cantik kedua dengan darah blasteran Korea yang anggun.

"Abigail juara dua olimpiade? Wah, anak baru yang hebat!" bisik siswa-siswa di sekitarnya. Mereka tidak tahu bahwa Abigail sebenarnya ada di dekat mereka. Abigail hanya tersenyum, memilih untuk diam.

"Abi, sayang!" Suara yang familiar memanggilnya. Justin berjalan mendekat dengan senyum lebar.

"Kamu menang olimpiade! Hebat sekali, aku sangat mencintaimu," ucapnya dengan penuh antusias. Abigail hanya tersenyum tipis, menahan debar di dadanya. Meskipun dalam hatinya dia merasa tersentuh, ia masih ragu menanggapinya terlalu jauh.

"Terima kasih, Justin," jawab Abigail singkat.

Hanya itu. Justin tampak sedikit kecewa, namun dia tetap tersenyum dan diam-diam mencari cara untuk lebih dekat dengannya. Di koridor itu, nama Abigail terpampang di majalah dinding sebagai murid baru yang berprestasi. Abigail tersenyum bangga melihatnya. Semua ini seperti mimpi yang tak pernah ia bayangkan.

Tak lama kemudian, Abigail dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk menerima piala dan medali sebagai juara olimpiade matematika. Dengan senyum lebar, ia mengucapkan, "Terima kasih, Pak, Bu."

Keluar dari ruang kepala sekolah, Justin menatapnya dari jauh. "Anak berprestasi yang selalu mencuri perhatian," gumamnya dengan senyum penuh kagum.

Beberapa siswa berbisik, berharap bisa mendapat sedikit trik belajar dari Abigail. Di sisi lain, Yeon segera menarik tangan Abigail untuk mengajaknya pergi dari situ.

"Abi, ayo ikut aku sebentar!" kata Yeon, sambil berlari menariknya.

Di ujung lain, Anya menarik tangan Justin, berharap Justin tetap di sisinya. "Mau ke mana, sayang?" tanyanya genit.

"Mau mengejar Abigail," jawab Justin dengan acuh, tak menggubris perasaan Anya.

Anya hanya bisa menatap dengan wajah cemberut, merasa cemburu. Mengapa harus Abigail lagi? Pikirnya, bukankah dia hanya anak baru yang biasa saja?

"Apakah kamu merasa ada yang aneh?" tanya Yeon pada Abigail setelah mereka berhenti di tempat yang sepi. "Justin baru kenal kamu, belum genap sebulan, tapi sudah bicara soal cinta."

"Apa yang aneh?" Abigail menggeleng. Baginya, saat ini yang penting hanyalah prestasinya dan kehadiran Yeon sebagai sahabat.

Tak lama, Justin muncul dan bertanya, "Aneh soal apa?" Mendengar suaranya, Yeon langsung diam.

Justin mengeluarkan setangkai bunga dari belakang tubuhnya, disembunyikan dari pandangan. Orang-orang yang berada di sekitar mulai penasaran, ingin tahu apa yang akan Justin lakukan pada Abigail.

"Abigail, maukah kamu menerima perasaanku?" tanya Justin dengan tulus sambil menyodorkan bunga kecil ke arah Abigail.

Abigail yang tadi sibuk dengan pialanya, menoleh pada Justin, terkejut melihat pengakuan yang serius dari siswa paling populer di sekolah. Dengan wajah berseri, Justin menatapnya penuh harap.

"Abigail, aku sangat mencintaimu," ucap Justin, suaranya terdengar mantap.

1
Achazia_
awas naksir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!