"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Kecewa
Malamnya, Marni langsung menceritakan apa yang diketahuinya pada Danu. Danu juga awalnya terkejut tidak percaya. Apalagi sebelumnya, Danu juga sempat menghina Farhan yang hanya menggunakan motor butut, saat dimalam mereka berdua dinikahkan.
"Maka dari itu, Ayah tolongin Raya untuk mendapatkan Farhan. Ayah kan, tahu sendiri, jika Alvin gak bisa membahagiakan Raya." pinta Marni memijit pelan lengan Danu.
"Apa maksudmu? Kamu dan Raya mau merebut Farhan. Hai, sadar, sadar. Aku ini udah pernah menghancurkan Fira. Dan jangan lagi kamu minta aku kembali menghancurkannya." tolak Danu.
"Tapi Raya anak kita Yah, dia satu-satunya anak kita." ujar Marni.
"Aku lebih baik kehilangan Raya, dari pada kembali menjadi penghalang bahagia Fira." balas Danu.
"Yah, kamu tega benar jadi orang tua. Memangnya kamu gak bahagia apa melihat anakmu bahagia?" cetus Marni jengkel.
"Bukannya, dulu Raya mengatakan mencintai Alvin? Dan siap hidup bersamanya? Dan sekarang, saat tahu Farhan lebih kaya, kenapa dia kembali ingin merebut Farhan?" beruntun Danu. "Bahkan sekarang, aku merasa jika kamu dan Raya harus di rukiyah, penyakit iri hati kalian sudah menjalar ke seluruh tubuh." lanjut Danu.
Kemudian Danu pergi meninggalkan Marni yang berteriak tidak terima.
Danu datang ke kedai Fira. Kebetulan sekarang baru jam delapan, jadi kedai Fira masih buka, karena biasanya dia buka sampai jam setengah sebelas malam.
"Nak ..." sapa Danu menghampiri Farhan dan Fira.
Karena saat malam hari, Asma di anjurkan untuk istirahat oleh Fira dan Farhan.
"Eh Pak Danu, mau belanja?" tanya seorang bapak yang kebetulan ingin membeli rokok.
"Iya, ada beberapa barang yang ingin dibeli." sahut Danu dengan senyuman.
"Ya udah, duluan ya Pak." pamit lelaki tersebut.
"Fira, Farhan. Paman mau bicara sesuatu." kata Danu setelah kedai sepi.
Karena sejak tadi masih ada beberapa orang Ibu-ibu dan anak-anak yang membeli jajan.
"Ada apa? Sepertinya serius. Kita duduk di depan." ajak Farhan. Karena di depan, ada bangku panjang. Yang dimana muat untuk mereka bertiga.
"Sebelumnya, apakah kalian berdua bahagia?" tanya Danu.
"Peduli apa Paman pada kebahagian ku?" cibir Fira.
"Sayang ..." Farhan langsung meremas pelan tangan Fira yang berada di samping pahanya.
"Kami sangat bahagia Paman, dan kurasa Paman juga bisa merasakan itu." sahut Farhan menatap manik mata Fira, yang juga menatap kearahnya.
"Syukurlah, karena sampai saat ini Paman masih dihantui rasa bersalah sama kalian. Terutama padamu Fira." tutur Danu, menatap Fira. "Dan Paman mohon padamu, agar kamu memaafkan Paman nak." pinta Danu.
"Kalian ini kenapa? Apa sih sebenarnya mau kalian? Tadi pagi Raya yang minta maaf, sekarang Paman!" beruntun Fira emosi. Bahkan dia sampai melepaskan genggaman tangan Farhan.
"Oo ... Aku tahu, mungkin paman ataupun Fira sudah tahu, jika Bang Farhan anak Papa Alan kan? Jadi kalian berdua berbondong-bondong minta maaf padaku." tebak Fira jengkel.
"Bu-bukan bukan begitu nak, Paman memang merasa bersalah, sungguh, Paman tidak berbohong." bantah Danu. "Paman memang sudah tahu, jika Farhan anak dari pemilik toko mas. Tapi, bukan karena itu Paman minta maaf. Bukan Fira, bukan!" tekan Danu merasa sedih.
"Lantas, kenapa baru sekarang Paman? Kenapa baru sekarang Paman minta maaf? Bukannya itu sudah terjadi dalam waktu satu tahun lebih?" lagi Fira beruntun.
"Maafkan Paman, tapi bukankah, tidak ada kata terlambat untuk minta maaf?" tanya Danu, membuat Fira mendengus kesal.
"Sayang, duduk lah dulu." ujar Farhan pada Fira yang masih diliputi amarah.
"Paman, aku memang gak tahu dengan jelas apa alasan Paman membatalkan lamaran Fira saat itu, tetapi setidaknya aku harus berterima kasih pada Paman, karena ulah Paman aku bisa menikahi Fira." ujar Farhan, mengharap Fira bisa meredakan emosinya karena mendengar pujian darinya. "Akan tetapi, bukan kah itu sungguh tidak terpuji? Membatalkan dari Fira dan menjodohkan dengan anak sendiri? Jangankan Fira, tapi siapapun itu, pasti merasakan sakit yang luar biasa." lanjut Farhan.
Danu langsung menunduk sedih, kala mengingat dia yang tidak tegas dalam mengambil keputusan.
"Maaf ,,," Danu hanya bisa bergumam.
"Apa sebenarnya alasan Paman, melakukan hal itu?" tanya Fira. "Mungkin, aku bisa memaafkan Paman, jika alasan itu masuk akal." lanjut Fira.
"Karena Raya mencintai Alvin, dan dia akan bunuh diri, kala Alvin dan kamu jadi nikah." terang Danu jujur. "Dan tentu saja itu bukan sekedar ancaman, Ayah mana yang ingin kehilangan anaknya? Makanya, Paman mengorbankan kamu, demi Raya."
Fira langsung terisak, setidaknya rasa penasarannya hilang lah, sudah. Walaupun dia sudah tidak mencintai Alvin, namun dia masih teramat kecewa saat mengingat kejadian tersebut.
"Paman minta maaf, dan biarkan Paman menebusnya, dengan kembali melindungi mu, sama seperti dulu." mohon Danu. "Paman, akan melakukan apapun, asalkan kamu mau memaafkan Paman nak."
"Paman pulang lah, kami mau istirahat." Fira mengusir Danu secara halus.
Farhan yang mengerti keadaan istrinya, langsung bangkit mengantar Danu yang lebih dulu berdiri dibandingkan dirinya.
"Maafkan Fira Paman, mungkin dia masih merasa kecewa." ujar Farhan saat melihat Fira bersiap-siap menutup kedai.
"Iya Paman mengerti, memang tidak mudah memaafkan perbuatan Paman." sahut Danu menepuk pelan bahu Farhan. "Tolong jaga dia, jangan pernah tinggalkan dia, apapun yang terjadi. Tundukkan pandanganmu, saat ada wanita lain yang menghampirimu." nasihat Danu.
Farhan pun, langsung bergegas membantu Fira. Agar kedai tersebut bisa ditutup lebih cepat.
Saat di kamar, Fira kembali meluapkan emosinya. Dia tidak menyangka jika Raya berani melakukan aksi bunuh diri, agar bisa mendapatkan Alvin.
"Sayang, kamu emosi gini kok Abang sedih ya?" rajuk Farhan. Fira langsung menoleh pada Farhan yang duduk di kasur mereka.
"Iya ,,, karena Abang merasa jika kamu masih mencintai Alvin, makanya kamu sampai emosi seperti ini." ujar Farhan.
"Maafkan aku Bang, tapi aku sungguh tidak lagi cinta padanya. Bahkan aku membencinya." jelas Fira.
"Tapi, bukankah, cinta dan benci itu beda tipis?" Farhan mulai cemburu.
"Tapi, kamu lah satu-satunya lelaki yang aku cintai. Kamu adalah suamiku, milikku, dan separuh jiwaku." ucap Fira, merayu Farhan.
"Bukan kah, kamu dulu juga mengatakannya pada Alvin?" entah kenapa Farhan tiba-tiba cemburu.
"Dan kamu percaya? Bukankah, cinta seorang istri hanya pada suami? Bukan pada lelaki yang bahkan tidak ingin aku pandangi, apalagi aku ratapi." ujar Fira.
"Tetapi, kenapa sampai segitunya sayang? Kenapa sampai segitunya kamu marah bahkan bisa dikatakan benci pada Paman mu? Mungkin ini lah, jalan takdir kita. Kamu jodoh yang Tuhan siapkan untukku, makanya kamu batal lamaran sama Alvin. Kamu jodoh ku Fira." tekan Farhan.
"Maafkan aku Abang, aku hanya kecewa. Bukan membenci." bela Fira.
Kemudian dia langsung merebahkan kepalanya pada pangkuan Farhan. Hal yang sangat disukainya, bahkan menarik tangan Farhan agar mengelus lembut rambut panjangnya.
"Berikan aku waktu untuk memaafkan Paman Danu, aku tidak membencinya, karena sadar, selama ini dia lah, yang membantu kehidupan kami. Cuma sedikit kecewa." lirih Fira.
tp klo crta romantis2 ga ada konflik jg mls bacanya.
berti othor berhasil klo bs menciptakan emosi pembaca kaya aku ini.. gemeshh kali sama org yg ga tau diri dan ga ngaca kaya jalan raya ini.