Rafael Hutama, sang putra sulung keluarga Hutama terjebak one night stand dengan Milea yang datang untuk mencari sang dosen pembimbing sesuai alamat yang tertera di data kampusnya. Tentu saja Rafa yang berada dibawah pengaruh obat tak bisa berpikir jernih hingga berakhir di tempat tidur bersama Milea. Sebagai pria keluarga terpandang tentu dia berniat menikahi Milea. Tapi anehnya Milea malah menolak. Bagaimana bisa dia menerima pertanggung jawaban Rafael jika yang dia cintai adalah Richard Hutama, sang adik yang juga merupakan dosennya di kampus??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sushanty areta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria vs pria
Milly membulatkan matanya saat melihat Leon mendorong tubuh tinggi tegap Rafael hingga terhuyung memasuki kamarnya untuk kemudian menutupnya kembali dari luar. Rafa yang tak pernah masuk ke kamar gadis menggaruk lehernya yang tidak gatal, salah tingkah. Bagaimanapun ini pengalaman pertamanya berada satu ruangan dengan seorang gadis yang sudah dia ubah statusnya menjadi wanita walau tak seratus persen sadar kala melakukannya.
"Kita akan pulang ke rumah orang tuaku malam nanti, jadi bersiaplah." ujar Rafa datar. Milea hanya mengangguk, beringsut dari ranjangnya seolah memberi ruang pada Rafael yang masih berdiri di dekat pintu. Tak ada niat untuk pergi ataupun memarahi lelaki yang sudah merampas kehormatannya itu. Milea hanya pasang wajah lempeng saja.
Rafa yang melihat reaksi Milea segera duduk disofa empuk dekat tempat tidur, melepas sepatunya lalu berbaring di ranjang besar milik Milea. Dalam hati dia berpikir, kenapa ranjang seorang gadis sebesar ini? bukannya Milea hanya tidur sendiri?
"Apa kau keberatan dengan pernikahan ini?" pancing Rafa saat melihat Milly bersikap cuek padanya, mengannggapnya makhluk astral yang sama sekali tak menganggunya. Milea meliriknya sekilas.
"Tidak. Aku selalu mensyukuri hidupku. Mungkin ini jalan yang dipilihkan Tuhan agar aku bisa dekat dengan cintaku." jawab Milea seraya mengembangkan senyumnya, amat manis hingga Rafa dibuat tertegun menatapnya.
"Cintamu?" ulang Rafa hati-hati. Ada perasaan hangat menyelusup di rongga dadanya saat mengucapkapkan kata itu, entah apa penyebabnya. Sungguh dalam relung hatinya yang paling dalam dia sangat menginginkan dicintai oleh seseorang seperti momynya yang amat mencintai dadynya. Seperti Richard yang juga jadi pujaan kaum hawa. Tak seperti dirinya yang beku tak tersentuh. Apakah Milea adalah sosok itu? ahhh dia tak berani menduga-duga.
"Ya, aku mencintai pak Richard...sangat!! Mungkin dengan pulang ke rumahmu kami bisa setiap hari bertemu. Ahh ya Tuhan..membayangkannya saja sudah membuat aku bahagia." oceh Milea dengan wajah berseri tanpa memperhatikan Rafael yang dingin, sedingin hatinya. Baru saja dia berharap, saat itu pula hatinya terpatahkan. Apa salahnya hingga wanita yang dia nikahipun jatuh cinta pada adiknya? setampan apa Richard pada pandangan kaum wanita? wajah mereka memang hampir mirip, tapi nasib mereka jauh berbeda.
"Apa kau tau..melihat bayangannya saja sudah membuat jantungku berdebar. Apalagi melihat dia tersenyum...manisnyaaaa...." lagi dan lagi celotehan Milea membanggakan adiknya terasa membuat hatinya tersayat. Belum lagi sebuah foto Richard yang mungkin diambil diam-diam saat dia mengajar sudah nangkring manis diatas nakas dengan pigura motif ikan yang tadi sempat diliriknya. Rafa turun dari tempat tidur Milea. Langkahnya menuju ke luar kamar. Dadanya terasa amat sesak sekarang.
"Kau...kenapa kau keluar lagi Raf?" tanya Leon yang tiba-tiba sudah ada di ujung tangga.
"Bisa kita bicara Lee??"
"Tentu saja." Leon segera mengajak Rafa menuju ke taman belakang, tak lupa menyuruh pelayan membuat minuman dan kudapan untuk diantarkan ke gazebo tunggal disana.
"Katakan!" Rafa melirik Leon sejenak sebelum menggulirkan pandangannya ke arah kolam ikan di dekat gazebo.
"Apa kau tau jika Milea mencintai Richard?" tentu saja Rafa yang tak suka basa-basi memilih bertanya langsung ke intinya. Ini hari pernikahannya, ini juga hari kehancurannya. Dan ini semua juga karena seluruh keluarganya, juga keluarga Ibrahim.
"Ya." Rafa tersenyum miring. Sekarang hatinya benar-benar pedih. Semua yang terjadi padanya seakan sebuah sekenario yang mengharuskannya menjadi korban. Orang tuanya...kenapa setega itu padanya.
"Kau sahabatku Lee..orang yang kuanggap amat dekat denganku, tapi kamu juga tega membuatku berada dalam situasi seperti sekarang. Bukan aku yang mestinya kalian jodohkan dengan Milea, tapi Richard." Rafa masih berusaha menata hati dan nada bicaranya. Dia tak ingin terlihat lemah atau butuh belas kasihan. Saat semua orang menghianatinyapun dia masih ingin tegar.
"Raf, Milea hanya mengagumi Richard karena kami lalai akan hal ini. Dia hanya gadis polos yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Biarkan waktu yang akan membuatnya mencintaimu. Karena kami percaya Milly kami hanya akan bahagia bersamamu." Rahang Rafael mengetat.
"Kau tak hanya mempermainkan aku Lee..tapi juga adikmu. Kebahagiaan apa yang kalian inginkan untuk Milea saat dia sama sekali tak mencintaiku? atau kau...hanya ingin Milea hidup bahagia karena materi keluarga kami. Karena aku adalah penerus utama keluarga Hutama? Jika itu maumu maka kupastikan Milea tak akan mendapatkannya. Aku akan membuat dad menjadi penerusnya."
"Apa keluargaku terlihat materalistis? lakukan saja jika kau mau. Tapi kami akan tetap menikahkanmu dengan Milly. Kau tau Raf, adikku bahkan tergila-gila pada Richard karena yang dia tau adikmu hanya dosen biasa, bukan anak bungsu Fernando Hutama. Kau boleh pergi dari keluargamu, tapi kupastikan Milly akan tetap ada disampingmu." Rafael tersenyum smirk.
"Baiklah. Aku sudah putuskan. Aku hanya akan menikahi Milly beberapa bulan saja. Saat kupastikan dia tak mengandung anakku maka aku membebaskan dia dari pernikahan ini. Semua keputusan berada ditangannya." Kali ini rahang Leon yang mengeras. Cepat dia meraih krah kemeja Rafa lalu menariknya.
"Kau ingin menjadikan adikku janda di usia muda? Ingat Rafael..aku tak akan segan membunuhmu jika kau melakukannya." gertak Leon dengan aura kemarahan yang membuat matanya memerah.
"Kau mau membunuhku? Itu lebih baik Lee..dengan begitu aku tak perlu memikul dosa karena bunuh diri." ucap Rafa lemah. Tak ada perlawanan atau kata-kata keras yang biasa terlontar dari bibir sahabatnya itu saat marah padanya. Pelan, Leon melepaskan cengeramannya. Tangannya beralih menepuk pundak sang sahabat.
"Maafkan aku." ujarnya tak kalah lemah dari suara Rafa. Cukup lama bersahabat membuatnya tau jika Rafa sedang tak baik-baik saja.
"Semua sudah terjadi Lee." Leon terkesiap saat lagi dan lagi suara lembut itu yang keluar dari bibir Rafael. Dia tau Rafa sedang hancur.
"Raf, aku hanya punya satu adik. Dia adik perempuanku, kewajibanku juga untuk mencarikannya jodoh terbaik hingga papa mamamu datang melamar Milly untukmu. Aku yang awalnya tak suka perjodohan dipaksa berpikir ulang hingga aku tau tak akan ada pria sebaik dirimu untuk Milly kami. Jika kau memang sangat tersiksa dengan pernikahan kalian...anggap saja aku menitipkan adikku epadamu untuk sementara waktu. Baiklah jika kau ingin menikahi Milly beberapa bulan saja, aku bisa menerima. Aku tau seperti apa hati dan perasaanmu Raf. Tapi tolong...berpisahlah secara baik-baik agar hubungan keluarga kita tetap terjalin. Kau menikah dengan Milly atau tidakpun aku akan tetap menjadi sahabatmu." ulas Leon dengan tatapan menerawang. Jika ada seseorang yang paling terluka mendengar keputusan Rafa, tentu saja itu dirinya. Tapi dia juga pria yang tau perasaan pria lainnya.
"Sekarang ayo ke kamarku. Kau butuh istirahat."
iki onok nofel kocak