Kesalahan satu malam yang mengubah hidup Hanum, dimana di malam itu seseorang datang dan merenggut kehormatan yang selama ini Hanum jaga. Steven Nicholas Dirgantara adalah lelaki yang telah memperkosa Hanum, Steven adalah aktor terkenal juga seorang pengusaha, keluarganya juga adalah keluarga paling kaya di kota ini. Hingga hari dimana Hanum mengandung anak dari Steven dan Hanum harus melahirkan anak itu karena bagi keluarganya dia adalah pewaris selanjutnya dari keluarga Dirgantara. Akan tetapi kejadian tidak terduga terjadi dimana Hanum mengalami keguguran hingga membuat keluarga Steven merasa kecewa dengan Hanum karena tidak bisa menjaga anak itu dengan baik.
Saat itu juga Hanum memutuskan untuk pergi dari kehidupan Steven di saat benih cinta mulai tubuh.
Bagaimana kelanjutan cerita nya, apakah Steven akan mencari Hanum atau membiarkan cinta itu pudar seiring berjalannya waktu simak terus kelanjutan ceritanya dalam novel Kesalahan Satu Malam..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikromatul Fasila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Saat ini Hanum dan juga Steven pun telah tiba di Villa milik keluarga Dirgantara, Hanum benar-benar sangat terkejut saat melihat Villa yang cukup besar di depan mata nya karena baru kali ini Hanum melihat sebuah tempat tinggal yang mewah.
Hanum sama sekali tidak berani menyapa ataupun berbicara kepada Steven melihat Steven yang sejak tadi terlihat tidak suka saat bersama dengan dirinya.
Hanum dan juga Steven pun berjalan masuk ke dalam Villa tersebut akan tetapi Steven sama sekali tidak membantu Hanum membawa koper yang berisi barang-barang nya bahkan Steven berjalan meninggalkan Hanum di belakang.
"Tuan, Tuan sudah datang," ucap Bibi Ani yang bekerja untuk menjaga Villa tersebut.
"Iya Bi," jawab Steven berjalan masuk ke dalam Villa.
Saat ini Bibi Ani dan juga Paman Herman tampak melihat ke arah seorang wanita yang terlihat kesusahan membawa kopernya.
"Pak! Cepat bantu Nyonya untuk membawa kopernya, kenapa malah bengong!" kata Bibi Ani menyadarkan Herman suaminya untuk membantu Hanum.
"Mari saya bantu, Nyonya," kata Paman Herman kepada Hanum.
"Tidak usah, saya bisa membawa nya sendiri," kata Hanum menolak bantuan Paman Herman untuk membantu dirinya.
"Tidak apa-apa, Nyonya. Biarkan saya bantu." kata Paman Herman lalu membawa koper Hanum.
Saat ini Paman Herman menaruh koper Hanum di kamar yang sama dengan Steven.
"Apa yang kau lakukan di dalam kamar ku, Paman? Dan kenapa kamu membawa koper wanita itu masuk ke dalam kamar ku?" Steven tampak menatap marah ke arah Paman Herman yang membawa koper milik Hanum masuk ke dalam kamarnya.
"Bukankah Nyonya akan tinggal satu kamar dengan Tuan karena sekarang Nyonya kan istri Tuan," jawab Paman Herman dengan wajah polosnya.
"Istri? Dia hanya istri sementara ku, dia tidak akan pernah benar-benar menjadi Nyonya dari keluarga Dirgantara, setelah anak itu lahir dia akan pergi meninggalkan Villa ini dan kembali pada asal nya jadi cepat bawa koper kotor itu keluar dari kamar ku. Bawa koper itu di kamar pembantu yang ada di sebelah kamar kalian," kata Steven dengan nada marahnya menyuruh Paman Herman untuk membawa koper milik Hanum ke kamar pembantu.
"Tapi Tuan kenapa harus kamar pembantu bukankah ada kamar tamu yang masih kosong. Kenapa Nyonya tidak tinggal di kamar itu saja?"
"Kau sudah berani membantah ku, Paman! Bukankah sudah aku katakan bahwa dia akan tinggal di kamar pembantu jadi bawa koper itu ke kamar pembantu. Cepat! Jangan membantah lagi," bentak Steven tampak memarahi Paman Herman.
Mendengar perintah dari Steven saat ini Paman Herman benar-benar tidak bisa berbuat apapun dan membawa koper milik Hanum menuju ke kamar pembantu.
Hanum yang saat ini berada di ruang tamu mendengar semua apa yang dikatakan oleh Steven pun hanya bisa menghela nafas panjang karena apa yang dikatakan oleh Steven memang benar karena setelah anak ini lahir maka dirinya akan kembali pada kehidupan nya.
"Nyonya, maafkan atas perkataan Tuan Steven. Dia memang seperti itu tapi percayalah Nyonya Tuan Steven adalah orang baik," kata Bibi Ani berusaha untuk menghibur hati Hanum.
"Tidak apa-apa, lagian apa yang di katakan oleh Steven memang benar bahwa setelah anak ini lahir maka aku pergi dari sini dan kembali pada kehidupan ku," jawab Hanum tersenyum manis kearah Bibi Ani.
Saat ini Bibi dan juga Paman Herman pun mengantarkan Hanum ke kamar yang berada cukup dekat dengan kamar mereka berdua. Kamar itu terlihat kotor karena memang sudah lama tidak di tempati.
"Maaf Nyonya kamar nya sangat kotor karena kamar ini sudah lama tidak di gunakan," kata Bibi Ani sambil membersihkan kamar tersebut.
"Tidak apa-apa Bi, sini biar aku bantu." ucap Hanum dengan senang hati membantu Bibi Ani membersihkan kamar nya.
Pagi hari pun telah tiba, saat ini Hanum sedang berada di dalam kamar mandi merasakan mual yang tidak bisa dia tahan.
"Uuwwekk, UuWwekk," suara Hanum mengeluarkan semua isi di dalam perutnya.
"Nyonya, apa Nyonya baik-baik saja?" tanya Bibi Ani menghampiri Hanum yang saat ini tengah berada di dalam kamar mandi.
"Aku tidak apa-apa, Bi hanya saja semenjak beberapa Minggu ini setiap pagi aku pasti akan merasa mual dan aku tidak tau apa penyebab nya. Padahal aku sudah makan dengan cukup," jawab Hanum sambil membersihkan mulutnya.
"Hehe, itu sudah biasa Nyonya untuk wanita yang sedang hamil muda. Nyonya pasti akan merasakan mual di pagi hari tapi setelah beberapa Minggu lagi mual itu akan hilang dengan sendirinya,"
"Benarkah? Karena kehamilan ku? Apakah semua wanita hamil mengalami hal seperti ku?"
"Tidak semuanya Nyonya tapi kebanyakan memang seperti itu, Nyonya harus bersabar dan jangan lupa untuk memberikan nutrisi yang cukup untuk janin yang saat ini Nyonya kandung karena masa-masa seperti ini sangat penting untuk pertumbuhan janin Nyonya," kata Bibi Ani tampak menjelaskan kepada Hanum tentang apa yang dia rasakan.
"Terima kasih banyak Bi,"
"Sama-sama Nyonya."
Saat ini Hanum sedang membantu Bibi untuk memasak sarapan, Hanum terlihat sangat antusias membantu Bibi Ani menyiapkan sarapan.
"Nyonya, Nyonya duduk saja di sana biarkan saya yang menyiapkan sarapannya,"
"Tidak apa-apa, Bi. Lagian aku tidak enak jika tidak melakukan apa-apa," jawab Hanum lalu membantu Bibi Ani memotong ikan.
Saat mencium aroma ikan tersebut, Hanum kembali merasa mual lalu saat itu juga Hanum berlari menuju ke kamar mandi.
"Ada apa dengan wanita itu?" tanya Steven yang melihat Hanum berlari ke arah kamar mandi.
"Tuan, seperti nya saat ini Nyonya mengalami morning sickness," jawab Bibi Ani.
"Apa itu morning sickness?"
"Gejala mual di awal kehamilan Tuan bahkan Nyonya tidak bisa mencium bau-bau amis dan itu akan membuat Nyonya merasa mual," kata Bibi Ani menjelaskan kepada Steven apa yang saat ini terjadi kepada Hanum.
"Tuan, masa-masa seperti ini sosok suami adalah yang paling di butuhkan oleh Nyonya dimana dia pasti akan merasa lebih baik jika mendapatkan dukungan dari suaminya jadi sebaiknya Tuan menemani Nyonya," sambung Bibi Ani merasa sedih saat melihat sikap dingin Steven kepada Hanum apalagi saat ini Hanum sedang hamil anaknya.
"Bi, itu tidak akan pernah terjadi. Aku tidak sudi jika harus bersama dengan wanita itu, Bibi jangan tertipu oleh wajah polos yang dia tunjukkan kepada Bibi. Sebenarnya dia hanya ingin membuat Bibi merasa kasihan padanya, dia wanita yang licik." jawab Steven menatap benci ke arah Hanum yang saat ini berada di depan nya.