Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Dia memang bukan perawan. Tapi setidaknya, teman ku wanita baru di dunia malam. Kalau Madam tidak mau, ya sudah, tak apa. Ayo, Rane. Tubuh dan wajah mu yang ayu tidak dihargai oleh nya."
Ivana menggertak dengan cara meraih tangan Rane, bermaksud akan membawa pergi temannya.
Karena Rane memang kepepet uang, ia balas menggenggam erat Ivana untuk menahan.
Ivana memberi isyarat dari sorot mata 'Nurut dan percaya padaku,' sembari menyentak Rane melangkah.
Dalam langkah pelan, Ivana menghitung dalam hati, menunggu respon Madam yang sialnya sama sekali tak ada tanda - tanda untuk menghentikan mereka.
"Iva..." rengek Rane putus asa karena pintu ruangan Madam malah tertutup rapat oleh Ramos alih-alih dihentikan.
"Rane, percaya padaku. Madam bukan orang bodoh yang bersedia kehilangan mesin uang nya__"
Ceklek...
Ivana mengerling ke Rane karena belum selesai ucapan nya, pintu di belakang mereka terbuka kembali.
"Madam ingin bernegosiasi," seru Ramos.
Meski akan menghadapi jalan pahit dengan keputusan nya masuk ke dunia malam, Rane antusias masuk bersama Ivana.
"Seratus juta. Harga kontrak pertama itu sudah oke bagi yang sudah tak perawan. Lagian, dia akan mendapatkan bonus nya tergantung kerjanya menyenangkan klien," nego Madam to the point.
Ivana berdecak jengkel. "Madam. Dia sedang membutuhkan uang. Kau punya uang banyak, jangan lah perhitungan seperti itu. Yang benar saja di tawar seratus juta dari lima ratus juta untuk tanda tangan kontrak dalam perbudakan mu." Pengalaman yang membuat Ivana tetap ngotot. Jangan sampai, Rane mengulang kebodohannya.
"Madam, putri ku sekarang menderita gagal jantung. Ku mohon..." Rane menambahkan dengan suara mengiba. Hati nya peri, merasa dirinya saat ini seorang pengemis di tempat yang tak seharusnya ia injak.
"Ck, kau mencongkel paksa rasa empati ku dengan membawa nama anak kemari. Baiklah, Lima ratus juta akan kuberikan setelah selesai jam kerja mu malam ini. Kerja yang baik dan jangan kecewakan kepercayaan ku. Kalau kau menjadi salah satu primadona ku, bonus banyak menanti mu."
Madam sengaja membahas bonus untuk memacu semangat Rane.
"Pasti, Madam. Pasti." Rane sangat berterima kasih pada perempuan yang mengapit rokok di antara jari itu.
Dande, Mama sedang berjuang, Nak. Kau pun harus berjuang di sana. Ku mohon, tetap tumbuh dalam dekapan Mama.
Setelah membaca teliti, Rane tak berpikir panjang lagi untuk membubuhkan tanda tangannya di surat kontrak yang membelenggu dirinya di Skybar Club milik Madam.
"Di sini ada atribut mu. Pakai dan bersiap-siap lah cepat."
Madam melempar paperbag yang spontan ditangkap oleh Rane.
"Dan kau, Ivana ... balik ke pekerjaan mu. Sebagai Bargirl bisa-bisanya bersantai di sini," usir Madam..
"Rane, jaga diri mu baik-baik. Kalau kau mendapatkan pelanggan pertama yang kasar maka tendang saja burung nya."
Masukan bar-bar Ivana yang bisa saja berdampak buruk ke Club nya, membuat Madam melotot horor ke Ivana.
Wanita itu tak menghiraukan, berlalu cuek ke pintu.
Hari pertama Rane, di urus sendiri oleh Madam. Dari make up dan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi.
***
Irama EDM yang dipimpin oleh disk jockey, mengalun keras bak menembus nadi para tamu Skybar Club. Lantai dance di sana terlihat dihiasi lautan manusia.
Di sisi club, nampak kepulan asap rokok dan aroma alkohol menyeruak di meja yang telah diisi pengunjung. Kebanyakan dari mereka sudah memiliki Bargirl atau pelayan plus-plus yang seperti Ivana kerjakan. Bahkan, ada satu pria di sana di temani dua Bargirl sekaligus.
Rane sedikit mual dan pusing menghirup aroma alkohol bercampur aduk dengan nikotin dan parfum-parfum beragam, karena belum terbiasa oleh suasana itu.
"Madam, apa aku akan menari di depan mereka semua?" tanya Rane sedikit berteriak di belakang wanita yang berpenampilan glamor itu, agar suaranya tak kalah dengan musik.
Madam terus berjalan tanpa menjawab.
Entah akan di bawa kemana? Berjalan terus yang sesekali mendapat colekan genit dari pria-pria lapar yang dilewatinya.
Rane risih, ingin marah namun sadar dirinya kini adalah calon wanita malam yang tak ada harga dirinya lagi, Rane pun memutuskan terus melangkah mengikuti Madam dengan tenang yang saat ini sampai di umbakan tangga menuju lantai dua.
"Jelas nanti kau akan menari untuk mereka semua. Tapi khusus malam ini, kau hanya perlu menari di sini."
Jawab Madam saat sampai di depan pintu bertuliskan VVIP Star Gold di depannya.
"Masuk cepat!"
"Ba-baik, Madam" Rane tergagap.
"Eh, tunggu dulu." Tiba-tiba saja, Madam memakaikan topeng cantik yang menutupi sebagian wajahnya. "Benar dugaan ku. Mata indah mu semakin menonjol di pakaiin topeng. Dan plus nya, kau terlihat misterius. Dengan bertopeng begini, orang yang tertarik padamu akan menjadi penasaran. Masuk, beri salam menggoda, minta izin menari lalu nyalakan musik. Jangan kecewakan Madam di hari pertama mu. Ingat, anak mu membutuhkan biaya besar, Cantik. Dan biasanya, kalau kerja mu bagus, mereka tak segan-segan memberi bonus."
Diingatkan Dande, Rane segera mengangguk patuh dengan hati terasa diremas.
Meski berat, ia tetap membuka pintu.
Seketika, Rane tertunduk mendapat pandangan dari orang-orang di dalam nya.
Semuanya pria termasuk pelayan yang berjalan ke arah nya.
"Apa kau penari striptis nya?" tanya seorang pengantar minuman itu.
Rane mengangguk.
"Jangan membuat kesalahan, salah satu empat orang di sana memiliki senjata api di balik jas nya. Aku tidak sengaja melihat nya. Jangan sampai kepala mu berlubang karena menyinggung mereka."
Rane ciut mendengar bisikan itu. Namun ia tetap melangkah karena tak ada pilihan mundur.
"Permisi, Tuan. Saya adalah penari striptis yang kalian pesan." Seperti petunjuk Madam, Rane memperkenalkan diri dengan gestur tubuh tertunduk tak berani memandang wajah siapapun di hadapannya.
Rane yang pekerja baru di dunia malam, belum bisa bergaya centil menggoda seperti nasehat Madan tadi.
"Izin menghibur Anda."
Rane hendak melangkah menyalakan musik yang tersedia di ujung ruangan. Namun, nama familiar menusuk gendang telinga menghentikan langkah nya.
"Tuan Billy, Tuan Devon, semoga Anda suka dengan hiburan yang aku siapkan. Sebelum kita memulai pembicaraan bisnis, mari kita manjakan mata dulu."
Tuan Billy?
Semoga hanya nama saja yang mirip.
"Kau sungguh totalitas, Tuan Albert. Aku menyukai pertunjukan yang memacu adrenalin. Hahaha."
"Hahaha ... terimakasih, Tuan Devon. Bagaimana dengan Anda, Tuan Billy?"
"Tapi aku tidak suka! Suruh wanita itu keluar!"
Deg...
Pemilik suara dingin terakhir itu, sangat-sangat tidak asing. Billy, mantan kekasihnya. Benarkah dia?
Dengan perasaan berkecamuk, Rane menoleh pelan.
Itu benar benar Billy. Ayah dari anak nya.
Rane sampai oleng saking terkejutnya bertemu dengan pria yang menghancurkan hati nya tujuh tahun lalu.
Suara gaduh yang ditimbulkan Rane, mau tak mau pasang mata semuanya menoleh, termasuk Billy.
"Kau?"
Rane langsung menunduk berpura-pura membenarkan topeng yang bertengger di area mata nya.
"Ada apa, Billy? Kau mengenal wanita bertopeng itu?"
Billy menggeleng di tanya Devon. Ia ragu. Tak mungkin dia Rane. Wanita masa lalu nya itu terlalu alim ke tempat semacam club yang dipenuhi oleh orang-orang lapar.
"Tidak. Aku tak mengenal nya."
Rane lega, tapi sekaligus sedih karena pria yang dulu memanjakannya terlalu mudah melupakan. Miris sekali diri nya.
Ah, ini sudah tujuh tahun, wajar dia melupakan ku.
Kemunculan Billy yang tak terduga ini, membuat Rane melalang buana terlempar ke masa lalu.
"Jangan, Bil, ini sudah kelewatan batas."
Tangan yang hendak menyelusup ke balik kain, dihentikan oleh jari jemari lembut.
"Ayolah, Rane, please. Aku, aku menginginkanmu, Sayang. Kau tau, aku tidak akan berpaling darimu karena hati ku sudah kau miliki sejak lama. Toh, nanti kita akan menikah dan hidup bahagia bersama."
"Tapi, Bil__"
"Kau meragukan ku?"
Rane menggeleng.
"So?"
"Aku takut."
"Takut apa?"
Lidah Rane keluh mengatakan kecemasannya.
"Sayang..." Satu kecupan hangat menghadiahi kening Rane. "Kau tidak perlu takut apa pun."
Bujuk rayu menyakinkan itu, meluluhkan hati seorang wanita muda yang pikirannya masih labil. Umur nya kala itu baru 18 tahun.
Ini, bukan bujukan pertama Billy yang meminta lebih dari sekadar ciuman. Sebelum-sebelumnya, Rane si gadis yatim piatu yang selama ini memang bergantung hidup di apartemen kecil sang pacar, tak bisa menolak lagi karena terbuai kata 'nikah dan hidup bahagia bersama.'
Billy adalah satu-satu nya orang yang ia miliki dan percayai. Tak ada keluarga satu pun sejak ditinggal mati karena kecelakaan. Sebatang kara mengantarkan dirinya ke Billy, pria baik hati yang mengulurkan bantuan saat ia diganggu preman jalanan dulu.
"Ini sudah malam. Tidak baik berkeliaran. Pulang lah sebelum kau dimangsa."
"A--aku tidak punya tempat tinggal."
"Rane, kau memikirkan apa?"
"Aku..." Lamunan Rane buyar dari awal pertemuan mereka saat mendapat sentuhan manja di pipinya.
"Kau percaya padaku, kan?"
Tatapan sayu Billy menghipnotis Rane. Kekasih nya ini sangat baik, satu tahun bersama cukup bagi Rane melihat ketulusan dan kebaikan Billy. Jadi, apa lagi yang ia ragukan?
"Rane, mau kan?"
Kepala itu mengangguk kecil, membuat seutas senyum indah terbit dari bibir sang kekasih.
"Aku mencintaimu," bisik Billy penuh mesra.
Rane tersenyum dengan wajah merona menggemaskan.
Setelah nya, mereka kehilangan logika bersama untuk pertama kalinya melebihi batas. Memadu kasih terbang ke awang-awang dibutakan oleh kenikmatan sesaat.
kasihan rane nanti