setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Darah segar mengalir keluar dengan deras. Seketika waktu terasa berhenti. Amran berlari merebut pecahan itu lalu membuangnya.
" astaga Zahira!" Amran berhasil menjauhkan pecahan itu dari tangan Zahira.
Meskipun saat merebutnya tangannya juga ikut tergores, namun Amran sama sekali tidak menyadarinya.
Karena di depannya Zahira terlihat limbung. Amran segera memeluk tubuh istri yang lemah. Zahira tidak melakukan perlawanan. Rasanya tanah yang dia pijak begitu lembek. membuat keseimbangan nya goyang.
Darah tidak berhenti mengalir bagaikan sungai dengan arus deras. Tubuh kurus Zahira ternyata masih menyimpan banyak darah, aliran hangat itu tidak kunjung berhenti meski Amran sudah menekannya menggunakan kain.
Dari jarak manapun warna darah itu begitu kontras dengan kulit putih pemilik nya. Wajahnya berubah pucat dalam seketika.
Dia kehilangan banyak darah!.
" kita ke rumah sakit!" Amran tak kuasa melihat penderitaan Zahira, dia langsung menggendong Zahira keluar kamar.
Pelayan yang melihat nyonya Renaldi bersimbah darah dalam pelukan tuan Renaldi segera ikut membantu. memanggilkan sopir agar segera menyiapkan mobil.
Beberapa yang lain sibuk membersihkan tetesan darah yang berjatuhan mengikuti langkah kaki Amran.
Dalam gendongan lelaki itu, Zahira sudah di ambang kesadaran. Dia bahkan tidak ingat bagaiman caranya hingga sampai di rumah sakit. Padangan gelap menyambut tak kala keluar dari kamar utama.
Malam itu Amran sengaja melarang siapapun untuk mengatakan keadaan Zahira yang sebenarnya. Zahira langsung di tangani di rumah sakit Renaldi Grup dengan cepat.
Amran duduk menunggu di depan ruang IGD saat penanganan itu di lakukan. Dalam hening nya suasana dia menatap pakaiannya dan kedua tangannya.
Semuanya berlumuran darah. Bau anyir sangat kuat tercium di hidung. Darah Zahira terasa masih hangat di tubuhnya.
" pak Amran ... Saya sudah membawa baju ganti untuk anda" Sekertaris Erisa datang begitu mengetahui hal buruk telah terjadi di Villa Renaldi.
Dia juga harus mengurus beberapa perkejaan di kantor jadi mana mungkin dia tidak di beritahu.
Amran masih menunduk dan meneliti kedua tangannya
" anda juga harus menerima pengobatan, tangan anda sepertinya ikut terluka" Lanjut Sekertaris Erisa dengan tatapan cemas.
Amran mengangkat wajahnya menatap sebuah tas yang berisi pakaian di samping nya.
" apa menurutmu penampilan ku begitu menyedihkan, Erisa?" Suaranya lemah, gamang dan bergetar. Amran tidak mengerti jika saat ini dia tengah di landa ketakutan. Dadanya terus berdetak cepat dan pikirannya hanya tertuju pada Zahira.
Dia hanya berpikir jika Zahira sungguh amat membenci nya sampai memilih untuk menggores tubuhnya.
" beberapa orang merasa tidak nyaman dengan noda darah pada baju anda pak" jawab Erisa hati -hati.
Dari pandangan nya, Amran begitu menyesal dan terpukul atas apa yang terjadi pada Zahira. Sekertaris Erisa tidak pernah melihat Amran yang seperti ini.
Pada moment inilah Sekertaris Erisa sejenak menyadari betapa Amran mencintai seorang wanita. Dia selalu gusar jika Zahira tidak bersedia pulang atau memiliki teman lelaki. Lalu saat ini, ketakutan terlihat jelas dalam raut wajah atasannya.
Amran bahkan rela begitu detail memperhatikan Zahira dalam segi apapun. Bagi Erisa, Amran tak ubahnya seperti anak anjing yang tersesat. Tak mengerti apapun tentang perasaannya pada Zahira.
Amran berdiri dengan tubuh lemah. Dia mengambil tas berisi pakain lalu berjalan melewati Erisa. Baru beberapa langkah lelaki itu berhenti tepat di samping tubuh Erisa.
" ini hanya beberapa noda darah. Zahira kehilangan darah jauh lebih banyak dari ini, Sekertaris Erisa. Dia menggores lengan dan kaki nya untuk melunasi hutangnya padaku. Dia tidak tau jika dia harus hidup untuk membayar semuanya " kalimat itu terasa mengambang, ekspresinya datar dengan manik yang tak berkedip. Amran lebih terlihat seperti mayat hidup.
Sekertaris Erisa menatap dengan sedih, Amran kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Erisa.
Beberapa saat setelahnya, penanganan Zahira sudah selesai. Wanita itu di pindahkan ke bangsal perawatan. Kamar VVIP sesuai dengan keinginan Amran.
Lelaki itu tak kunjung masuk, dia menunggu di depan pintu. Rasa keberanian nya tiba -tiba saja menghilang entah kemana.
Padahal Amran tau jika di dalam Zahira masih belum sadar karena efek bius. Tetapi tetap saja Amran tidak berani menatap dan menunjukkan wajahnya pada Zahira.
Lelaki itu akhirnya memilih pergi menuju ke salah satu jendela lorong. Amran mengeluarkan sebatang rokok. Beberapa hari kebelakang dia terus meminta anak buahnya untuk membawa rokok untuknya.
Di sela-sela rasa penat nya Amran tidak pernah memiliki keinginan untuk merokok. Namun saat ini keadaan yang begitu sulit dia terima membuat Amran ingin segera merilekskan pikiran dengan merokok.
" Siall.. " umpatnya saat menyadari dia tidak membawa korek api.
Amran melemparkan rokok itu lalu terdiam di sana. Angin fajar menerpa wajah serta menerbangkan rambut hitam nya. sosok Amran semakin terlihat dingin dan kalut.
Nampak wajahnya sama sekali tidak rileks. Banyak sekali hal yang dia pikirkan namun sama sekali tidak bisa menguraikan nya. Amran begitu tertekan dengan semua pikirannya.
Hingga saat cahaya matahari terlihat, barulah Amran pergi ke kamar Zahira. Saat masuk Zahira masih belum sadar. Amran duduk di sofa samping ranjang dengan perasaan campur aduk. Sejak tadi wajahnya masih murung dan sendu.
Amran bersandar sambil sorot mata lurus ke arah Zahira. Tanpa sadar lelaki itu menutup mata. Semalaman tidak tidur membuat fisiknya lelah dan langsung mengantarkannya ke dunia mimpi.
Berselang beberapa lama, sayup-sayup terdengar suara yang menggugah tidurnya. Amran terbangun saat perawat sedang berbincang dengan Zahira.
Bersamaan dengan itu, Amran segera berdiri begitu melihat dokter masuk.
" pak Amran, saya ingin berbicara dengan anda mengenai kondisi nyonya " ucap dokter dengan wajah serius.
Amran mengangguk, sebelum pergi dia melemparkan pandangan ke arah Zahira. Wanita itu membalas tatapannya dengan raut wajah tak terbaca. membuat Amran sama sekali tidak berani menyapa.
Amran dan Dokter tengah duduk di ruangan. Dokter tersebut memberikan sebuah lampiran.
" apa kondisi Zahira sangat buruk dokter?" Amran mengungkapkan kekhawatirannya.
Namun Dokter menggeleng pelan.
" luka terbuka pada tubuh nyonya Zahira sudah berhasil kami tangani dengan baik. Meskipun harus melakukan transfusi darah dalam jumlah banyak"
" syukurlah" Amran menghembuskan nafas lega.
" namun pak. Kondisi ini sangat mengancam nyawa bayi yang di kandungnya. Hampir saja kami melewatkannya, dan melakukan tindakan yang buruk. "
" tunggu... maksudnya saat ini Zahira sedang hamil?" dengan nada setengah percaya.
" iya pak, berdasarkan pemeriksaan awal nyonya Zahira tengah hamil. Namun untuk detailnya masih harus melakukan pemeriksaan lanjutan"
Amran terbengong beberapa lama dan tidak tau harus mengatakan apa. Sejujurnya dia senang dengan hal ini, tetapi yang menjadi alasan kecemasan nya adalah apakah Zahira mau menerima bayi itu di tengah kondisi hubungan mereka yang hancur.
" jangan katakan apapun pada Zahira. Biarkan aku yang menjelaskan nya padanya nanti" pesan Amran sebelum pergi meninggalkannya ruangan.
cuma istrinya aja kelewat bego, mau²nya di manfaatin sm laki modelan kek gt
na'udzubillah...