Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Memperbaharui Kesepakatan.
“Kenapa kamu tidak mengatakan jika sedang mencari tempat magang?” Tanya Dirga pada Gista yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Kemarin, setelah pulang dari kantor Wijaya Group, Gista langsung pergi bekerja ke kafe. Pulang ke apartemen di malam hari, dan tidak bertemu dengan Dirga.
Gadis itu mengira jika Dirga tidak pulang ke apartemen. Namun, di pagi hari ini ia terbangun dalam pelukan pria itu.
Entah jam berapa Dirga menyusup masuk ke dalam kamar yang Gista tempati?
“Anggista.” Seru Dirga sekali lagi, sebab gadis itu tidak kunjung menjawab.
“Ya, pak?”
Gista membawa dua piring di tangannya.
Meletakkan satu piring nasi goreng, lengkap dengan telur mata sapi dan irisan timun, di hadapan Dirga. Dan satu lagi untuk dirinya.
Gadis itu kemudian duduk di samping Dirga.
“Pak Dirga mengatakan apa tadi?” Tanya gadis itu, sebab ia memang tidak begitu mendengar ucapan Dirga.
Dirga menghela nafas pelan. Tangannya terulur untuk meraih sendok dan garpu.
“Apa kamu sengaja tidak memberitahu saya, jika kamu sedang mencari tempat magang?” Pria itu mengubah pertanyaannya. Sembari menunggu Gista menjawab, ia pun mulai menikmati sarapannya.
Gista yang sedang mengunyah pun menggeleng pelan. “Bukannya sengaja, tetapi saya rasa tidak penting juga. Lagi pula di luar apartemen kita ‘kan tidak memiliki hubungan. Jadi, tidak seharusnya —
“Kenapa kamu selalu saja mengungkit tentang hal itu, Anggista?” Tanya Dirga sembari menatap gadis itu dengan lekat.
Gista menelan makanannya dengan susah payah. Tatapan Dirga sangat menusuk hingga ke dalam hatinya.
“Kenapa kamu selalu mengingatkan saya tentang hal itu, Anggista?” Ulang Dirga sekali lagi. Pria itu meletakan sendok dan garpu di atas piring kosong. Kemudian meneguk air putih dari dalam gelas kaca.
Porsi sarapan pria itu memang tidak banyak. Hanya sekitar enam kali suapan saja sudah habis.
“Hanya mengingatkan saja. Siapa tau pak Dirga lupa. Biar kedepannya, kita bisa selalu bersikap profesional.” Ucap gadis itu dengan tenang.
“Saya tidak pernah melupakannya.” Tukas Dirga.
“Lalu kemarin? Siapa yang memeluk saya di kantor tanpa permisi?”
Pria itu mencebikkan bibirnya. “Bagaimana jika kita membuat kesepakatan baru? Lebih tepatnya, merubah kesepakatan yang sebelumnya.”
Dahi Gista berkerut halus. Gadis itu hendak bangkit untuk mencuci piring kotor, seketika kembali duduk.
“Merubah kesepakatan?” Gumam Gista, dan Dirga pun mengangguk pelan.
“Ya.”
“Seperti apa?” Tanya Gista lagi.
Dirga menyunggingkan sudut bibirnya. “Jika sebelumnya, hubungan ini hanya terjadi di dalam apartemen saja, mari kita perbaharui kesepakatannya.” Pria itu menjeda ucapannya, sembari menyandarkan punggung pada sandaran kursi.
“Mulai sekarang, Hubungan ini tidak hanya di apartemen saja. Tetapi, dimana saja, dan kapan pun. Asalkan kita hanya berdua.” Imbuh pria dewasa itu.
Dahi Gista berkerut halus. Ia berusaha mencerna maksud dari ucapan Dirga itu.
“Apa maksud pak Dirga seperti kemarin di kantor?” Tanya Gista saat ia sudah mengerti maksud ucapan pria itu.
Dirga kembali mengangguk. “Ya. Kurang lebih seperti itu.”
‘Licik sekali pria duda ini.’ Monolog batin Gista.
“Apa saya boleh menolak?” Pancing gadis itu.
Ia melihat Dirga menyeringai.
“Apa kamu bisa membayar hutang lebih cepat?” Tanya pria itu dengan santai.
Gista menghela nafas kasar. Dirga sepertinya memiliki cara untuk menekannya. Benar - benar sangat licik sekali pria itu.
“Saya bisa apa, pak Dirga? Lakukan sesuai keinginan bapak. Saya menurut saja apa keputusan anda.” Ucap Gista kemudian.
“Bagus.” Ucap Dirga kemudian.
Gadis itu pun bangkit, meraih piring kotor di hadapan Dirga. Kemudian pergi ke dapur untuk mencucinya.
“Hallo, Di. Kamu dimana? Aku akan menjemputmu sekarang.”
Ingin rasanya Gista membanting piring yang sekarang ia pegang. Baru saja pria itu merubah kesepakatan mereka. Namun, belum lewat lima menit, sudah berbicara dengan wanita lain, dan akan menjemputnya.
Sungguh pemain yang sangat handal.
“Mungkin pak Dirga yang tidak setia lebih dulu, sehingga membuat mantan istrinya ikut mendua.”
\~\~\~
Seperti biasa, pulang kuliah Gista akan pergi ke kafe Dirga untuk bekerja. Magang baru akan di mulai awal pekan depan. Selama masih ada waktu yang tersisa, gadis itu pun memanfaatkan dengan baik.
Ia akan tetap bekerja di kafe meski sudah magang nantinya. Tekad gadis itu masih tetap sama. Mengumpulkan sebanyak - banyaknya uang, untuk bisa membayar hutang pada Dirga.
“Selamat sore, ka — Bobby?” Gista menganga melihat penampilan Bobby.
Pemuda itu tidak lagi datang dengan menggunakan jaket parasut berwarna hijau. Tetapi, memakai setelan kemeja rapi, lengkap dengan jas hitam.
“Hai, Ta.” Sapa Bobby dengan ramah. Pemuda itu mengambil tempat duduk di salah satu meja.
Gista pun mengikuti sembari membawa buku menu.
“Kamu sudah bekerja di kantor pak Rich?” Tanya gadis itu sembari meletakkan buku menu di hadapan Bobby.
“Sudah.” Jawab Bobby dengan tersenyum lebar.
“Wah selamat ya, Bob.” Gista mengulurkan tangan dan Bobby pun menyambutnya.
“Berarti, sekarang aku sudah tidak bisa order kamu lagi dong, ya?” Gurau gadis itu.
Bobby berdecak. “Kamu masih bisa menghubungi aku secara pribadi, Ta. Aku siap mengantar kamu pulang kerja. Kalau berangkatnya, maaf tidak bisa karena aku masih di kantor.” Ucap pemuda itu.
Gista menggeleng pelan. “Tidak perlu, Bob. Kamu pasti lelah setelah bekerja seharian.”
“Spesial untuk kamu.” Gurau pemuda itu.
“Oh ya, apa kamu sibuk, Ta? Aku mau traktir kamu minum secangkir kopi. Sebagai perayaan kecil - kecilan aku dapat pekerjaan.” Imbuh Bobby. Kepala pemuda itu berputar memindai sudut kafe yang tidak terlalu ramai.
“Kenapa mentraktir aku? Seharusnya kamu traktir Renatta. ‘Kan dia yang mencarikan kamu pekerjaan di kantor Wijaya.”
“Ya. Aku sudah mengirim ucapan terima kasih pada Renatta. Tidak enak juga mengajak dia ketemu. Nanti aku kena amukan pak Rich. Jadi, kamu bisa ‘kan mewakili Renatta untuk menerima traktiran ku?” Bobby menatap gadis itu penuh harap.
Gista kemudian mengangguk pelan. “Tapi aku tidak bisa duduk disini.”
“Tidak apa - apa. Kamu bisa membungkus dan meminumnya sembari bekerja.” Saran pemuda itu.
Gista kemudian mencatat pesanan Bobby. Setelah itu membawanya untuk di proses.
Tak berapa lama pesanan pemuda itu siap. Gista kembali mengantarkan ke mejanya.
“Terima kasih, Ta.”
“Sama - sama, Bob.” Gista mengangkat gelas kopi yang terbuat dari terbuat dari kertas itu.
Gadis itu pun berbalik. Namun tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Mebuat kopi di tangannya tumpah. Dan mengenai orang itu.
Gista pun gelagapan. Menunduk, membersihkan tumpahan kopi pada jas orang yang tanpa sengaja ia tabrak.
“Maafkan saya —
“Lain kali lebih hati - hati, Anggista.”
Deg!!
Gista mendongak. Dirga menatapnya dengan tajam.
“Maafkan saya, pak Dirga.” Gumam Gista.
“Dirga kamu tidak apa - apa?” Suara Dianna menyela. Memutar tubuh Dirga untuk melihat keadaan pria itu.
“Astaga. Jas kamu kotor sekali.” Tangan wanita itu dengan cepat melepas kancing jas yang Dirga gunakan.
“Mau apa Dianna?” Dirga mencegah ketika Dianna hendak melepas jas itu dari tubuhnya.
“Lepaskan Dirga. Biar aku cuci.” Ucap Dianna.
Dirga melepaskan jas sesuai ucapan wanita itu.
“Biar dia saja. Kamu tidak perlu repot - repot.” Pria dewasa itu menyerahkan jas miliknya pada Gista.
“Tolong cuci dengan bersih, ya. Dirga sangat suka dengan sesuatu yang kotor.” Ucap Dianna.
Gista mengangguk pelan. “Sekali lagi saya minta maaf, pak.”
Namun Dirga menghiraukannya. Pria itu pun berlalu begitu saja.
...****************...
Posesif ato protektif.. 🤔🤔🤔🤔🤔
♥️♥️♥️♥️♥️