Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Devil
Aira yang berjalan santai keluar dari ruangan dosen merasa mendengar suara orang sedang berbicara dengan mesra dari ruangan yang jaraknya tidak jauh dari ruangan dosen itu.
Karena penasaran dia mendekati suara itu, Aira sangat terkejut melihat ada Addrian dan Noura yang terlihat sedang berbicara dengan tangan Noura yang melingkar pada leher Addrian dan tangan Addrian memegang pinggang Noura dengan mesra mendekatkan tubuh Noura pada tubuhnya.
"Ups...! Sorry. Aku tidak tau kalau itu kalian," ucap Aira, seketika dia langsung memutar badannya berjalan pergi dari sana. Addrian yang melihat hal itu dengan cepat melepas tangannya yang memegang pinggang Noura.
"Ih...! Gadis itu. Kenapa dia selalu mencari masalah denganku?" Mimik wajah Noura berubah kesal.
"Aira!" ucap Addrian perlahan.
"Iya, dia Aira, dan kamu tau dia itu gadis menyebalkan yang pernah kamu tolong waktu itu. Aku sangat membencinya, dia itu sok baik, lugu, padahal dia itu gadis yang sukanya mencari muka di depan orang lain," ucapnya ketus.
"Apa benar?" tanya Addrian dengan pandangan mata tidak percayanya.
"Iya, dia itu modelnya saja terlihat polos dan lugu, kenyataanya dia itu rubah licik. Oleh karena itu aku dan Hany tidak menyukainya." Noura berbohong.
Addrian berjalan pergi dari sana meninggalkan Noura yang tampak bingung dengan sikap Addrian. "Kak Addrian...! Mau ke mana?" teriakan Noura yang tidak di pedulikan oleh Addrian. "Ih...! Awas saja kalau sampai si gadis sok lugu itu berani merebut kak Addrian dari tangan aku. Aku akan membuat hidupnya hancur," ucapnya kesal dan penuh amarah.
Addrian berlari mengejar Aira, dan dia berhasil menarik tangan Aira. "Lepaskan! Kamu mau apa ke sini?" tanya Aira kesal dengan napas naik turun.
"Kenapa tadi kamu mengintip di sana?" Tangan Addrian mencengkeram kedua lengan tangan Aira dengan erat dan pandangannya menatap tajam pada mata Aira.
"Aku tidak mengintip kamu, lagian aku juga tidak tau kalau itu adalah kamu dan Noura si penyihir itu. Kamu tau? Ini kampusku, dan ini bukan kampus kamu, jadi berbuatlah yang sopan sedikit di tempat orang!" seru Aira kesal.
"Memangnya kenapa? Aku tidak berbuat yang aneh-aneh di sini, para gadis di sini saja yang sikapnya terlalu agresif terhadapku. Bukan aku yang memulainya, Aira!" Addrian mendekatkan wajahnya sangat dekat dengan Aira.
"Dasar playboy! Tapi kamu memang cocok dengan si Noura itu. Sama-sama menyebalkan!" Aira melepaskan cengkraman tangan Addrian dan dia pergi dari sana.
"Oh Tuhan! Kenapa setiap bertemu dengan gadis itu ada rasa yang benar-benar aneh di hatiku?" Addrian bermonolog sambil melihat punggung Aira.
Aira kembali ke stand Bazaar dengan muka cemberut. Niana yang melihat tampak aneh. Ini anak kenapa lagi? Apa dia bertemu dengan musuh yang mukanya tampan itu?"
"Kamu pasti...."
"Jangan diteruskan, Na. Aku tidak mau membahas si devil itu." Aira mencari botol minumnya dan meneguk airnya dengan sangat cepat seperti orang habis maraton.
Sahabatnya itu malah terkekeh pelan mendengar ucapan Aira. "Tidak mau meneruskan, tapi dia menyebutkan si devil itu."
"Dia benar-benar tidak tau malu, bisa-bisanya dia malah berpacaran dan berciuman dengan Noura di ruangan sepi. Dasar playboy tidak punya malu!" ujar kebencian dari Aira.
"Kamu serius? Dia melakukan hal itu sama si nenek sihir?" Aira mengangguk. "Hem... mereka jika satu kampus bisa menjadi pasangan yang cocok, pasangan yang menakutkan tapi. Bagaimana tidak menakutkan, yang satu devil yang satu nenek sihir." Niana terkekeh kecil.
"Iya, benar juga apa kata kamu, Na."
"Sudahlah, Ai, kamu itu jualan cupcake, tapi kenapa muka kamu asem begitu? Cupcake kamu rasanya manis eh yang jual mukanya asam begitu!" cerocos Niana melihat Aira yang duduk di belakangnya dengan muka masih ditekuknya.
Aira menghela napasnya pelan. "Aku ingin acara ini cepat selesai dan kita bisa cepat-cepat pulang, Na!" ucapnya pelan dengan mengerucutkan bibirnya.
"Makannya, muka kamu jangan begitu. Kak Addrian itu benar-benar playboy sejati, Ya? Dia di mana-mana menebar cinta, Ai!"
"Memang. Dia devilnya playboy, Na. Kamu baru tau?" ucap Aira kesal.
"Tapi selera si devil itu hebat juga ya, Ai. Dia pintar mencari pasangan." Niana sedang berpikir sambil mengetuk-ketukan telunjuk pada dahinya.
"Mereka itu memang cocok, Na! sama-sama menyebalkan dan pasangan yang sempurna."
"Eh, Ai! Aku jadi mikir. Si devil itu suka banget tebar cinta di mana-mana, kasihan gadis yang jadi istrinya kelak. Apa si devil itu bisa setia ya sama istrinya? Aku jadi kasihan."
"Lah! Kenapa kamu jadi mikirin tentang masa depan istrinya si devil? Biarkan saja, bodoh amatlah, Na." Aira memutar bola matanya jengah.
"Ya kasihan saja, Ai! Secara aku, kan, juga seorang perempuan dan aku pasti bisa merasakan perasaan seorang perempuan yang punya kekasih dengan top rekor playboy. Kasihan, Ai." Muka Niana menunjukkan rasa iba.
"Siapa tau, besok dia mendapatkan istri yang sangat galak, bisa disebut neneknya devil, biar dia bertekuk lutut sama istrinya tidak berani macam-macam." Muka Aira tampak serius dengan apa yang diucapkan.
Seketika Niana tertawa dengan kerasnya. "Mana ada neneknya devil?" Niana memegangi perutnya karena tidak tahan mendengar ucapan Aira yang lucu.
"Apa sih, Na? Aku itu serius." Muka Aira ditekuk.
"Sudah ah! Gantian kamu yang jaga, aku mau ke kamar mandi dulu. Dari tadi aku menahan mau ke belakang, tapi gara-gara kamu ajak mengobrol jadi lupa." Niana meletakkan capitan kue yang dari tadi dipegangnya dan dia berjalan pergi dari sana.
Aira menghela napasnya pelan. "Dia celingukan sendiri karena tidak ada yang menghampiri standnya kali ini.
Tidak lama terdengar bunyi dering ponsel Aira, Aira merogoh kantong celana jeansnya, dia melihat nama Mas Dewa di sana. Wajah Aira langsung berubah senang.
"Halo, Sayang!" jawab Aira cepat.
"Hai! Kamu sedang apa, Sayang?" tanya Dewa.
"Ini masih menjaga stand Bazaar aku, kamu sendiri sudah selesai urusannya di sana?"
"Sebentar lagi selesai dan aku nanti mau langsung pulang. Aku kangen kamu, Ai!" suara Dewa terdengar mesra.
"Kita, kan, baru beberapa hari tidak ketemu, sudah kangen lagi? Gombal banget sih kamu, Sayang!"
Terdengar suara tawa Mas Dewa. "Aku itu berkata jujur, Sayang. Aku kangen sama kamu."
"Kalau kangen cepat pulang."
"Iya, ini urusan aku sebentar lagi selesai dan nanti malam aku akan menjemput kamu makan malam di rumah sama mama dan ayahku. Mau, Kan?"
"Iya, aku mau. Mau banget, Sayang!" serunya senang.
"Ya sudah, aku tutup dulu teleponnya dan bersiap-siap untuk pulang. Bye! I love you, Aira."
"I love you too, Mas Dewa." Aira mematikan panggilannya.
Aira memeluk ponselnya, dia mendekapnya dengan erat. Terlukis senyum di sudut bibir Aira. Mas Dewa dari kemarin malam berada di luar kota karena ada urusan bisnis restorannya yang baru dia buka di sana.