"jangan berharap banyak didalam pernikahan ini, karena aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada kamu Rayya" ucap Deril pada Rayya disaat malam pertama mereka sebagai suami istri
"anda tidak perlu mengingatkan saya tuan, saya tidak pernah berharap apa pun didalam pernikahan ini tuan Deril" tegas Rayya
Pernikahan Deril dan Rayya atas dasar perjodohan, mereka terpaksa untuk menikah dengan alasan hutang budi
Apakah mereka bisa bertahan didalam perjikahan itu atau berpisah jalan terbaik yang mereka akan ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1- Ditinggal dimalam pertama
Pesta pernikahan Deril dan Rayya sudah selesai dilaksanakan disebuah hotel, pesta pernikahan yang dilaksanakan cukup mewah, dengan mengundang rekan bisnis keluarga Tuan Bramantyo
Setelah pesta selesai Deril langsung mengajak Rayya pulang ke kediaman yang sudah dia siapkan
"apa kamu tidak menginap di hotel ini Deril?" tanya Tuan Bramantyo ketika Deril meminta izin untuk langsung pulang ke kediamannya yang baru
"Deril mau langsung ke kediaman yang baru saja pa, biar besok pagi tidak ribet dan buru buru untuk pulang ke rumah" jawab Deril
"kamar pengantin kalian sudah disiapkan di hotel ini Deril, besok bisa balik sore sore nak, jadi tidak perlu buru buru" sahut nyonya Lena
"tidak apa apa ma, akan lebih baik kalau kami pulang ke kediaman yang baru, disana juga sudah ada kamar pengantin nya ma" balas Deril yang bersikeras untuk segera pulang
"kamu sudah tidak sabar ya, dan kalian tidak mau diganggu karena mau berdua saja di kediaman kalian yang baru" goda nyonya Lena kepada kedua pengantin baru itu yang disambut tatapan dingin deril dan senyum kecut di wajah kedua nya
Tuan Bramantyo dan nyonya Lena saling menatap melihat reaksi kedua pengantin itu, lalu mereka saling tersenyum
"kamu beneran mau balik kekediaman kalian sekarang?" tanya Tuan Bramantyo kepada kedua pengantin yang ada di depan nya saat ini
"iya pa, Deril mau jalan sekarang saja, bukan begitu Rayya?" jawab Deril sambil meminta pendapat dari Rayya yang dari tadi hanya diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun
"aku sih terserah kepada kamu mas Deril, mau pulang ayo mau disini juga tidak apa apa, aku tidak ribet orang nya" tegas Rayya
Jawaban Rayya tadi membuat Deril kesal mendengar nya, seolah hanya dia yang ingin pulang segera kekediaman mereka yang baru
"kalau begitu kita pulang saja Rayya, aku lebih nyaman kalau kita langsung pulang" sahut Deril
"tidak masalah mas Deril" balas Rayya dengan senyum manis di bibirnya
"ya sudah ma, pa, Rayya tidak keberatan kok untuk langsung pulang" ucap Deril yang membuat Tuan Bramantyo menarik nafas panjang karena melihat sifat keras kepala dari putra nya itu
"ya sudah kalau itu sudah keputusan kalian berdua, papa mau bilang apa lagi, silahkan kalau kalian mau balik sekarang ke kediaman baru kalian" tukas Tuan Bramantyo
Deril menoleh kearah Rayya yang hanya tersenyum mendengar ucapan Tuan Bramantyo
"ayo, Rayya kita pulang, kami pergi dulu"ucap Deril
"Rayya pulang dulu mah pah" ucap Rayya dengan sopan lalu mencium tangan kedua mertua nya itu
"iya nak" jawab nyonya Lena pada Rayya setelah pamit pada mereka berdua Rayya dan Deril langsung berjalan kearah pintu keluar di lobby sudah menunggu mobil yang akan mengantarkan mereka pulang ke kediaman yang baru
Didalam mobil sudah menunggu assiten nya Deril yang siap mengantar kan mereka pulang, Rayya yang masih berpakaian pengantin nya berjalan dengan pelan memasuki mobil dibantu oleh Deril, banyak pasang mata yang melihat kearah mereka berdua
"langsung ke kediaman yang baru Roni" ucap Deril setelah mereka duduk didalam mobil
"oke tuan Deril, kita berangkat sekarang?" tanya Roni membuat Deril melotot kan matanya pada asisten sekaligus sahabatnya itu
Roni hanya tertawa kecil lalu menjalankan mobil dengan perlahan keluar dari hotel dimana tadi diadakan acara pernikahan Deril dan Rayya, tidak ada yang membuka pembicaraan di dalam mobil itu,mereka bertiga sibuk dengan pikiran masing masing
Apalagi Rayya dia hanya bisa diam melihat perlakuan Deril yang tidak bersahabat dengannya, dia tau kalau Deril saat ini sedang kesal karena pernikahan ini
Deril sibuk memainkan handphone nya dia sibuk bertukar pesan dengan seseorang, terlihat raut wajah Deril yang berubah berubah ketika berbalas pesan dengan seseorang
Tidak terasa mereka bertiga sudah sampai di kediaman Deril dan Rayya yang baru, Rumah yang dibeli Deril untuk mereka tinggal setelah menikah, setelah mengantarkan kedua pengantin Roni pun segera meninggalkan kediaman itu
Rayya berjalan memasuki rumah dengan pelan karena saat ini dia masih memakai pakaian pengantin nya yang lumayan bikin ribet untuk berjalan
"bik marni tolong dibawa koper ini kedalam kamar disebelah kamar utama, antarkan sekalian nona Rayya kesana" perintah Deril kepada bik marni yang sudah lama bekerja dengan keluarga Bramantyo
"iya tuan Deril, mari nona Rayya saya antar ke kamar nya" ucap bik marni lalu mengajak Rayya untuk diantarkan ke kamar yang disuruh Deril tadi
Walaupun bik marni bingung kenapa bukan ke kamar utama nona Rayya di antarkan tapi malah kamar yang di sebelah nya
Rayya hanya mengangguk lalu mengikuti bik marni yang membawa koper yang berisi pakaian Rayya, memasuki kamar itu
"silahkan masuk nona Rayya" setelah meletakkan koper di dekat lemari bik marni pun keluar dari kamar tersebut setelah berpamitan pada Rayya
"terima kasih bik marni" ucap Rayya
"sama sama nona Rayya" sahut bik marni lalu dia membuka pintu kamar Rayya dan menutup nya kembali
"huff akhir nya selesai juga drama pernikahan ini, capek sekali menghadapi tamu undangan dengan berpura pura bahagia" gumam Rayya dalam hati
"mending aku bersih bersih dulu, lengket sekali rasanya badan, aku mau mandi air hangat pasti akan sangat menyenangkan" ucap Rayya
Lalu Rayya pun berdiri di depan meja rias nya dan mulai membuka satu satu perhiasan yang melekat di tubuh nya, sedang sibuk dengan kegiatannya tiba tiba pintu kamar nya dibuka dengan keras dari luar terlihat Deril sedang berjalan menghampiri nya
"jangan pernah berpikir kalau kita akan menjalani pernikahan ini seperti pernikahan orang orang diluar sana" ucap Deril dengan ketus
"maaf mas Deril bicara apa ya, kok aku kurang paham ya" tukas Rayya yang masih sibuk membuka accesories yang ada di kepalanya
"kamu jangan belagak tidak tahu apa yang saya maksud, dan tolong kalau lagi berdua jangan panggil saya dengan sebutan mas, aku mual mendengar kau memanggil ku dengan kata mas" terang Deril
"oke tidak masalah" jawab Rayya dengan santai membuat Deril kesal mendengar nya
"untuk selanjut nya kamu dan saya akan tidur terpisah, jangan berharap kita akan satu kamar sampai kapan pun" tegas Deril sambil menatap tajam pada Rayya yang masih sibuk membuka perhiasannya
"oke, itu lebih baik" jawab Rayya dengan singkat
"jangan kamu pikir setelah menikah akan bisa membuat aku mencintai mu, jangan mimpi Rayya" terang Deril dengan muka kesal dari tadi Rayya menjawab dengan santai apa yang dia ucapkan itu membuat dia merasa tidak dihargai
"maaf tuan Deril, anda datang ke kamar saya ada apa ya, dari tadi marah marah tidak jelas, kalau ada masalah diluar jangan bawa bawa saya" tegas Rayya
Deril sampai melotot mendengar apa yang dikatakan Rayya tadi, dia tidak menyangka kalau Rayya bisa bicara begitu kepadanya
"aku mau pergi malam ini, tidak ada malam pertama yang akan kita lakukan" tukas Deril
"silahkan tuan Deril, kalau anda mau pergi" jawab Rayya lagi
mudah''an kelak km berjodoh dgn gavin