Misi balas dendam seorang Duda arogan plus gila, pada seorang gadis yang ada sangkut pautnya dengan target balas dendam nya.
Duda itu mengira dia sudah paling gila, namun ternyata gadis yang dinikahinya secara paksa lebih gila darinya.
"Aku sudah tahu kau lah yang sebenarnya menjebak ku tidur dengan mu! Lihat dan rasakan nanti, akibat kau berani menjebak seorang Denada...!" ancam gadis itu dengan wajah pongah, dia tidak terima menikah paksa dengan duda beranak dua, bahkan usia mereka terpaut jauh 15 tahun.
"Hei bocah! Kau kira aku takut dengan ancaman mu?! Aku...?! Seorang pebisnis yang bahkan tak kenal ampun pada pesaing-pesaing nya! Jangan mimpi kau bisa membalas perbuatan ku! Sekarang, aku adalah suamimu! Kau harus patuh padaku! Akan ku pastikan pernikahan kita adalah neraka bagimu...!" Arjuna seorang duda berusia 34 tahun menyeringai licik.
Karakter keduanya sama-sama kuat dan keras, siapakah yang berhasil menaklukan pasangan nya lebih dulu dalam jeratan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Gadis Galak Tetapi Menarik.
Duda gila memang sematan yang pantas bagi Arjuna, sekarang niat pria bule itu seketika berubah. Tadinya dia tidak ingin bertanggung jawab dan membiarkan gadis tengil di depannya itu menderita. Namun kini dia sangat tertarik pada karakter berani gadis itu, lebih tepatnya ia dijadikan penasaran seolah tertantang untuk menjinakkan gadis galak namun menarik yang sudah berhasil ia hisap madunya.
"Oke, aku akan bertanggung jawab padamu! So... kamu jangan menantang adu kekuatan dengan ku, itu hanya akan merugikan mu sebagai perempuan! Seharusnya kau meminta pertanggung jawaban ku untuk menikahi mu. Jadi, gimana? Kapan kita married?"
Kini giliran Denada yang dibikin melongo, gadis yang masih berkuliah semester dua itu merasa dirinya sedang bermimpi.
"Jangan takut kau akan kelaparan, aku banyak uang untuk kuberikan padamu. Bahkan setiap hari kau berfoya-foya, uangku nggak akan ludes! Soal usia, kita memang agak terpaut jauh... tapi sepertinya itu nggak akan menjadi soal. Kita bisa menyesuaikan sifat kita berdua," dengan percaya diri Arjuna terus saja bicara.
Wajah Denada menggelap, gadis itu merasa sedang melakukan transaksi penjualan kegadisan nya yang telah terenggut. "Om om edaannnn! Siapa yang mau sama Om-Om gila kayak kamu! Mendingan aku terus menjadi GADIS RASA JANDA... daripada harus menikah dengan tua bangka bongkotan kayak kamu!"
Dengan geram Denada memunguti satu persatu pakaiannya nya yang tergeletak berantakan di lantai. Lantas dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari noda.
"Dasar laki-laki nggak tahu diri! Emangnya siapa yang mau nikah sama dia! Arghhtttt! Sebenarnya apa yang terjadi semalam di pesta?!" Denada mencoba mengingat kejadian semalam seraya mengguyur tubuhnya di bawah air shower. Dia merasa buruk dan jijiikk dengan tubuhnya sendiri.
Di atas ranjang Arjuna memandang ke arah pintu kamar mandi, dia benar-benar diterapi syok dengan tanggapan penolakan yang diberikan Denada padanya.
"Oh shittttt!!! Gadis songong!" gerutu nya.
Sekitar lima belas menit, Denada dengan pakaian kusut dan rambut basah keluar dari kamar mandi. Gadis itu mendekati ranjang, menatap dingin pada Arjuna membuat duda dua anak itu menelan saliva berulang kali.
"Apa?!" bentak Arjuna baik menatap dingin Denada.
"Kita sudahi situasi itu, ingat! Om jangan pernah mencari ku dan menemui ku! Atau Om akan rasakan akibatnya!" ancam Denada.
Gadis itu membalikkan tubuh menuju pintu kamar, langkahnya terhenti saat Arjuna memanggilnya.
"Hei, bocah galak! Bagaimana jika kau hamil?"
Wajah Denada berubah ketakutan, namun dia berusaha menormalkan kembali wajahnya. Tangannya meremas gaun kusutnya, giginya bergemelutuk menahan emosi.
"Jika itu terjadi, aku akan membesarkan nya sendiri. Kau nggak ada hak mencampuri hidup ku!"
Tanpa menunggu jawaban dari Arjuna, Denada melanjutkan langkah kemudian membuka kunci pintu lalu keluar dari kamar tragedi baginya itu.
Blam!
Pintu tertutup dengan kencang, sudut mulut Arjuna terangkat dia menyeringai. " Gadis berani, bahkan jawaban nya sangat bagus. Dia nggak mengatakan akan menggugurkan kehamilan nya jika benar mengandung! Nice... tantangan sempurna! Tunggu saja gadis kecil, kau akan bertekuk lutut padaku dan saat itu terjadi... aku akan meninggalkan mu!"
.
.
Sesampainya di rumah besar milik kakaknya, Denada berjalan mengendap-endap. Dia ingin menghindari kakak iparnya yang tidak pernah akur dengannya, setiap hari kakak iparnya itu selalu playing victim atau sengaja berbuat masalah agar kakak laki-laki Denada bernama Devan semakin membenci adik perempuan satu-satunya itu.
Sejak Devan menikah dan Renata hadir dalam kehidupannya, Denada begitu tersiksa.
Sejak lima tahun lalu, Denada hanya tinggal berdua dengan Devan setelah kedua orang tua mereka meninggal beberapa tahun lalu karena sebuah kecelakaan yang direncanakan oleh pesaing bisnis. Sejak itu pula Devan begitu protektif dalam menjaga Denada, sampai-sampai orang lain iri dengan kedekatan dan keharmonisan mereka berdua sebagai saudara kandung.
Bahkan saking melindunginya, Devan selalu memantau setiap kegiatan Denada. Namun, Itu dulu...
Sejak dua tahun lalu perlakuan Devan berubah padanya, setelah tiba-tiba Devan sering berhubungan dengan Renata. Devan berubah cuek tak perduli pada Denada, terkadang pulang ke rumah terkadang tidak. Kadang menanyakan kabar Denada terkadang tidak.
Kehilangan! Itu yang dirasakan Denada saat sosok Renata hadir diantara dua bersaudara itu.
Prok
prok
"Bagus ya! Kelakuan perempuan murahaaan ya kayak gini! Katanya pergi ke pesta teman, tapi keluyuran semalaman...! Lihat penampilan mu, sudah terlihat seperti wanita panggilan malam! Pelacuuurr!" sembur Renata yang kini sudah menguasai rumah Devan, bahkan wanita itu sedang hamil 4 bulan. Semakin semena-mena Renata pada adik iparnya itu.
Denada mengepalkan kedua tangan, dia sudah sering sakit hati dengan perlakuan buruk Renata namun kata-kata kakak iparnya yang di lontarkan padanya barusan lebih menusuk harga dirinya.
Denada membalikkan tubuh menghadap Renata dengan tatapan mata dingin, "Aku memang pergi ke pesta Jeselyn, jika kamu nggak percaya itu terserah! Yang penting aku nggak merugikan kamu, toh selama kamu menikah dengan kak Devan... aku mencari uang sendiri. Kau yang sudah memotong uang sehari-hari ku dari kak Devan, bahkan uang untuk kuliah... aku membayarnya sendiri! Jadi, kau tidak berhak bicara buruk tentangku!"
"Hoho! Hahahaha.... ceritanya singa betina sedang mengaum! Hello! Kau itu jangan bangga bisa membiayai hidupmu sendiri tanpa uang suamiku! Sedangkan kau masih menjadi benalu di rumah tangga ku! Kalau kau masih punya harga diri, pergi dari rumah ini...!" usir Renata dengan wajah congkak.
"Ada apa ini?!" suara seorang lelaki mendekat.
Mendengar suara suaminya, raut wajah congkak Renata berubah. Dia kini berwajah memelas dan sedih.
"Mas, maafkan aku nggak bisa didik adikmu dengan baik." Renata berwajah lesu, dia lantas memeluk suaminya yang sudah bersiap akan pergi ke perusahaan.
"Ada apa lagi? Nada bikin ulah lagi, iya?!" geram Devan, dia menatap tajam ke arah adiknya.
Denada balik menatap tajam kakak kandung laki-laki nya, dia sudah terbiasa di fitnah bahkan Renata sering playing victim dengan menyalahkan nya dengan cara licik.
"Nada enggak salah, Mas. Aku yang salah... hiks..." kini Renata terisak.
Devan memeluk tubuh istrinya dengan lembut, "Kamu lagi mengandung anak kita, sayang. Jangan sedih-sedih, ya. Katakan apa yang terjadi sampai kamu seperti ini?"
Sementara Renata berakting, Denada mencebikkan bibir mencemooh ketololan kakaknya yang mudah sekali percaya dan terperdaya kata-kata istrinya.
“A-aku hanya bertanya baik-baik sama adikmu, darimana dia baru pulang sepagi ini. Padahal pesta ulang tahun Jeselyn selesai pukul 12 malam, adik temanku juga hadir disana jadi aku tau. Ta-tapi... Nada malah membentak ku dan bilang kalau aku bukan siapa-siapa nya, dia bilang aku jangan ikut campur dengan hidupnya. Aku merasa gagal menjadi kakak iparnya sekaligus ingin menjadi teman nya di rumah, Nada masih nggak suka sama aku. Hikssss... apa salahku Mas..."
Wajah Devan sudah mengeras, dia paling tidak tega mendengar istrinya menangis apalagi Renata sedang dengan mengandung benih-benih cinta mereka berdua. Dulu, dia juga yang merebut Renata dari mantan suaminya sebab Renata mengatakan padanya sering disiksa oleh Arjuna.
Setelah perceraian Renata dan Arjuna, tiga bulan kemudian dia melangsungkan pernikahan dengan Renata.
Prok
Prok
Kini giliran Denada bertepuk tangan, dia tersenyum sinis menatap Renata dengan segala sandiwara wanita ular itu.
"Selamat semakin terjerat oleh kelicikan istri mu ini, kak! Kau akan menyesal saat mengetahui siapa sebenarnya wanita berbisa ini! Dia tak lebih dari wanita manipulatif dan pembohong besar! Selalu playing victim seolah dia yang sedih dan tersakiti! Disini... aku yang terluka di perlakukan bak seorang pengemis di rumah ini! Aku benci kau wanita munafik...!"
PLAKKKK
Satu tamparan Devan berhasil mendarat di pipi Denada, dada lelaki itu naik turun menahan emosi yang membuncah mendengar adiknya menjelek-jelekkan istri yang sangat dicintainya.
"KAU adik tidak tahu diri! Seharusnya kau bersyukur, kakak iparmu masih menyayangi mu! Semalaman dia cemas kau nggak pulang ke rumah dengan selamat! Dia terus mengkhawatirkan mu, sampai dia menelepon ponsel mu berkali-kali. Tapi apa? Semalaman kau nggak bisa dihubungi! Kemana kau pergi, hah! Kenapa kau pulang pagi!" Devan mencekal lengan adiknya dengan kasar.
Rasa sakit mengoyak hati Denada diperlakukan seperti itu oleh kakak yang selalu melindungi nya dan menyayanginya selama ini, bukan sakit fisik karena tamparan namun kini Denada sudah yakin tak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk membawa kembali kewarasan kakaknya dari pengaruh Renata.
"A-aku... akan pergi dari rumah ini sekarang. Terima kasih atas segala kasih sayang kak Devan untukku sampai saat ini, meski aku sangat merasakan... perhatian dan kasih sayang kakak padaku sudah mulai menghilang sejak kakak mengenal istrimu. Aku mencoba bertahan di rumah ini dari segala fitnah keji dan hinaan Renata karena ingin kak Devan yang dulu kembali. Kakak yang begitu protektif padaku dalam melindungi ku, kakak yang selalu mendengarkan keluh kesah ku sejak orang tua kita nggak ada. Tapi sekarang, aku menyerah. Aku akan meninggalkan kak Devan, jangan pernah mencariku..."
Denada pergi berlalu dari hadapan keduanya menuju kamar, dia mengunci pintu dan Devan yang menyusul terus menggedor pintu namun Denada tetap tidak membuka pintu.
"Mas, sudah. Kamu akan telat ke perusahaan, biar aku membujuk Nada. Aku yakin dia hanya merajuk, dia nggak akan kemana-mana."
Devan menghela nafas berat, "Anak itu makin enggak bisa diatur! Aku percayakan dia padamu, jangan terlalu lembek dalam menghadapi nya. Kalo ada apa-apa, segera telepon aku sayang."
Devan mengecup kening Renata lembut, tanpa sarapan dia pergi ke perusahaan. Dia tidak mood untuk memasukan makanan ke dalam perut, melihat pemberontakan adiknya.
Di dalam sana Denada gegas berganti pakaian. Setelahnya dia membereskan semua pakaian serta barang-barang penting pribadi lalu memasukkan nya ke dalam koper.
Denada menyeret koper keluar dari kamar, dia melewati ruangan depan. Disana Renata sedang duduk manis memainkan ponsel seraya tertawa-tawa bahagia.
Saat melihat Denada, wanita ular itu menghentikan aktivitas nya lantas bangkit dari duduknya.
"Bagus, jangan pernah berubah pikiran. Pergi sejauh mungkin dari kami, dari kakakmu! Jangan terus menempel, dia adalah milikku bukan milik siapapun termasuk kamu... adiknya sendiri! Cam kan itu!" Renata bersedekap dengan wajah angkuh.
"Kau akan menyesali setiap perlakuan dan fitnah mu padaku, Renata! Suatu hari nanti jika balasan Tuhan masih belum datang padamu, mungkin Tuhan sedang merancang balasan teramat pedih untukmu!"
"Kau menyumpahi ku! Kurang ajar!" tangan Renata terangkat untuk menampar, namun ditahan oleh Nada.
"Jangan pernah menyakiti ku dengan tangan kotor mu itu! Aku bisa saja memukuli mu sampai mati, tapi aku sangat menyayangi kakakku. Demi dia, aku mengalah! Hanya demi kakak ku!"
Nada menyentak tangan Renata, gadis itu pun segera pergi dari rumah besar yang dia tinggali sejak dia lahir ke dunia dengan perasan pedih harus meninggalkan kakaknya dengan wanita buruk seperti Renata.
happy ending buat semua nyaa