Mereka bertemu dalam tujuan masing-masing. Seperti kata temannya dalam hubungan itu tidak ada perasaan yang dipertaruhkan hanya ada profesionalitas semata.
Bersama selama tujuh bulan sebagai pasangan suami-istri palsu adalah hal yang mudah pikir mereka. Tapi apakah benar takdir akan membiarkannya begitu saja?
"Maksudku. Kita tidak mudah akur bukan? kita sering bertengkar dan tidak cocok."
"Bernarkah? tapi aku merasa sebaliknya."
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Dalam Masalah Besar
Pintu pagar berwarna cokelat tua itu terbuka menampilkan sosok yang tinggi dengan pakaian serba hitam. Dia berdiri berhadapan dengan Kevin, dari belakang sana Kani dan Chika berbisik-bisik penasaran.
"Minggir!" ucap sosok itu yang ternyata suara seorang pria.
Kevin tampak terhuyung setelah didorong paksa oleh orang di balik pagar itu. Dia melangkah masuk dan berdiri dengan tampang yang kusut seraya menatap kearah dua wanita yang ada di belakang mereka berdua terkejut melihat siapa yang baru masuk ke dalam pekarangan rumah itu, Baswara.
Chika sibuk memandangi Baswara dan Kani bergantian, suasananya sulit digambarkan. Sementara Kani berusaha menguasai dirinya yang terkejut melihat kehadiran pria itu tidak pernah terpikirkan olehnya melihat sosoknya di rumah ini.
"Kenapa kau tidak mengangkat teleponku?" tanya Baswara dengan nada menahan amarah.
"Aku tidak tau kau menelepon," dibalas Kani dengan acuh, dia berusaha untuk tidak menatap wajah pria itu.
Dengan kesabaran yang kian menipis Baswara melangkah lebar mencapai tempat wanita itu berdiri dan memegang tangannya.
"Ayo pulang."
"Malam ini aku akan menginap di sini."
"Jangan menguji kesabaranku Kani," ucap Baswara sembari menatap tajam mata cokelat favoritnya. Mereka berdua pun saling bertatapan dengan intens berpikir siapa yang akan mengalah pada perang kali ini.
"Tidak perlu memaksa orang lain sesukamu Bas," ucap Kevin yang masih berdiri di depan pagar memperhatikan pertengkaran mereka berdua, sejujurnya dia penasaran akan hubungan kedua orang tersebut.
"Diamlah Kevin. Jangan ikut campur," ucap Baswara dengan ketus tanpa mengalihkan tatapannya dari Kani di hadapannya.
"Ini menjadi urusanku. Kau berada di tempat orang asing dan membuat keributan."
"Orang asing? Dia istriku," ucap Baswara mantap kearah Kevin yang terkejut kehilangan kata mengetahui fakta yang baru didengarnya, dia tidak pernah tau kalau Baswara sudah menikah dengan orang lain karena selama ini ia berpikir bahwa Hany adalah satu-satunya wanita yang ada dihidup pria itu.
"Aku akan di sini sampai kau mau pulang,"
"Dasar keras kepala!" Kani pun masuk kembali ke dalam untuk membersihkan sampah makanan bekas mereka dan mengambil tasnya.
"Pergilah aku akan bereskan sendiri di sini, nanti kuncinya aku titipkan pada Kevin," ucap Chika menyusul di belakangnya.
"Benarkah? Maaf aku merepotkanmu lagi, aku tidak tau dia akan kemari."
"Tidak masalah. Cepatlah sebelum tanduk keluar dari kepalanya."
"Aku merasa seperti penjahatnya di sini. Lagipula kenapa juga dia harus kemari, benar-benar membuat kesal," ucap Kani sembari menggantung tasnya di pundak dan pamit pada sahabatnya itu, dia melangkah pergi, namun terhenti mendengar ucapan dari Chika, "Kani, kalian berdua berada dalam masalah besar."
Tampak pria itu masih berdiri di depan pintu menunggunya sementara pria lainnya berdiri sambil menatap lawannya dengan sengit dari sisi lain, sebelum terjadi pertengkaran laim di rumah itu Kani pun melangkah pergi setelah pamit pada Kevin, Baswara menyusulnya dari belakang tanpa menoleh sedikitpun.
***
Perjalanan itu sungguh bukan hal yang menyenangkan bagi Kani, mereka hanya diam terpaku pada pikiran masing-masing. Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ada di benaknya tapi tidak bisa ia keluarkan karena resikonya mereka akan bertengkar hebat dan akan mempengaruhi fokus pria itu yang sedang mengendarai mobil. Sementara di sampingnya Baswara sibuk dengan pikirannya kembali pada beberapa jam yang lalu.
Kemarin sore...
Baswara duduk di samping ranjang memperhatikan Hany yang sedang di suapi oleh sang ibu yang datang beberapa waktu lalu, wajahnya tampak tidak tertarik dan jengah berada lama di ruangan itu.
Dia ingat sewaktu pertama kali ia mendapati wanita itu kembali kehadapannya. Setelah ia pergi meninggalkannya untuk mengejar karir kemudian dia datang kembali seolah tidak pernah ada yang terjadi.
Awalnya Baswara berpikir mungkin dengan berlalunya waktu ia akan memaafkan wanita itu dan memulai hubungan kembali karena dia tidak pernah berpikiran untuk mencari orang lain atau mungkin lebih tepatnya dia malas untuk memulai sesuatu dengan orang baru.
Hany masih seperti yang dulu, perhatian dan selalu mendukung apapun yang ia lakukan. Meskipun Hany tau sulit untuk mendekati dirinya lagi tapi dia sangat gigih dan tidak pantang menyerah, apalagi ketika wanita itu tau bahwa sang mantan ternyata sudah menikah dengan orang lain. Mungkin jika perempuan lain akan kecewa dan sakit hati hal itu berbeda dengan Hany yang semakin bersungguh-sungguh mendekati Baswara kembali.
Dia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian pria itu. Awalnya Baswara menanggapi segala hal yang dibuat olehnya meskipun masih tersisa perasaan kecewa namun Baswara masih menaruh perhatian untuknya, seperti menemani makan di restoran favoritnya, menjawab telepon, atau sekedar menjemput dari kegiatannya. Namun lama-kelamaan hal itu mulai berubah dan Hany berubah menjadi sangat terobsesi pada pria itu.
Menurut Baswara, Hany masih sangat memikirkan dirinya sendiri, dari dulu dia selalu memikirkan dirinya dan tidak pernah peduli dengan apapun contoh kecilnya setiap kali bertemu dia hanya akan menceritakan tentang dirinya dan tidak tertarik mendengar kegiatan yang dijalani Baswara seharian, bahkan ketika memutuskan untuk pergi keluar negri meniti karirnya itu, dia tidak pernah bertanya apa pendapat Baswara dan dengan egois pergi begitu saja.
Hal lain yang baru disadari Baswara adalah Hany ternyata mengidap penyakit mental yang mulai memburuk. Dia sering kali depresi dan mengamuk jika hal berjalan tidak sesuai dengan harapannya. Keluarga Hany sering menghubunginya ketika hal itu terjadi menurut mereka wanita itu akan bisa tenang jika dia berada di dekatnya.
Mungkin jika hal ini terjadi beberapa tahun lalu, dia akan dengan sabar menemani wanita itu menjalani berbagai terapi untuk pulih kembali, namun kini dia merasa sebaliknya.
Sejak kehadiran Kani yang awalnya tidak berpengaruh ke hidupnya kini dia merasa seperti terikat dengan wanita itu apalagi ketika mereka sering kali berdebat satu sama lain membuatnya seperti menemukan kesenangan baru.
Kani tidak pernah tau hal itu, wanita itu tidak tau bahwa Baswara sering memperhatikannya diam-diam, mengagumi mata cokelatnya yang indah, senang berdebat dengannya dan menghabiskan waktu dengannya.
Ketika beberapa waktu yang lalu mereka menghabiskan waktu bersama itu menjadi titik balik bagi Baswara, dia berpikir bahwa sudah waktunya untuk melangkah keluar meninggalkan masa lalu di belakangnya. Dia berpikir ingin berada di sisi wanita itu untuk waktu yang lama.
Namun lagi-lagi Hany bersikap seperti itu membuat segala hal menjadi semakin rumit, ia pun teringat pembicaraannya dengan wanita itu kemarin.
"Aku memang salah karena sudah meninggalkanmu, tapi aku tidak akan pernah bisa melepaskanmu Bas, maafkan aku hanya dengan begini aku bisa hidup."
"Kau gila Hany! Sadarlah kita sudah tidak mungkin kembali bersama, banyak hal yang berubah. Kau jelas tau kenapa ini semua bisa terjadi."
"Maafkan aku, kau akan mengerti jika jadi aku Bas."
"Tidak semua hal harus tentang dirimu Hany. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri, apa kau pernah mencoba memikirkan perasaanku?".
"Bas. Kita pasti bisa melalui ini bersama, aku janji."
"Tidak, ketika aku sudah memutuskan sesuatu maka tidak ada satupun hal yang bisa merubahnya."