Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.
Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.
Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.
Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Kanara berlari ke sembarang arah. Dia sudah tidak peduli dengan orang yang tidak sengaja dia tabrak. Sekarang ini yang ada di pikirannya hanya kabur secepat mungkin, jangan sampai Vana berhasil mengejarnya.
Vana dan ibu tirinya memang sudah lama sekali tidak berhubungan dengannya. Semenjak dia menikah, Kanara tidak pernah mau menemui mereka lagi. Damian juga tahu kalau dia benci pada mama dan anak itu dan Damian tidak pernah lagi mengijinkan mereka datang ke rumahnya dengan alasan apapun.
Transaksi Damian dengan ibu dan anak tersebut telah berakhir setelah dia membeli Kanara. Damian tidak peduli pada mereka, pria itu justru mengancam jika mereka masih berani menemui istrinya.
Meski hubungan Damian dengan kedua wanita licik itu tidak baik juga, tapi Kanara takut Vana akan dapat akses menemui suami kejamnya tersebut dan melaporkan kejadian hari ini. Kanara takut ketahuan, takut kebebasan yang baru dia rasakan beberapa waktu ini di renggut kembali darinya.
Saat wanita itu terus berlari, seseorang menghentikannya. Kanara tidak memperhatikan siapa orang itu, pokoknya dalam pikirannya saat ini orang itu adalah orang jahat yang harus dia lawan.
"Lepas, lepaskan aku!" wanita itu berteriak kuat namun orang itu memegangi pergelangan tangannya kuat-kuat.
Kanara pun menggigit lengan orang itu kuat-kuat hingga orang itu meringis kesakitan.
"Nara, Nara, ini aku! Tenangkan dirimu!"
Suara itu ...
Kanara terdiam. Suara itu membuat dia menghentikan serangannya. Ia langsung mengenali kalau yang sedang berdiri di depannya sekarang ini adalah Brandon. Beberapa orang yang berada di sekitar situ melirik ke arah mereka dengan heran.
"Ada apa, kau kenapa?" Brandon yang masih memegangi kedua tangan wanita itu melepaskan genggamannya perlahan. Lengannya terasa sakit akibat gigitan Kanara, tapi ia lebih penasaran apa yang terjadi pada wanita itu.
Pria itu melihat pandangan Kanara menatap ke segala arah. Wanita itu seperti ketakutan. Sesaat kemudian Kanara menarik tangan Brandon ke sebuah lorong dekat situ dan membuat pria itu menutupi tubuhnya yang kini menempel di dinding. Untung badan pria itu tinggi besar hingga tak ada yang akan menyadari kalau tidak memperhatikan ada orang lain yang bersembunyi di balik balik tubuh pria itu. Tapi tidak ada yang akan melihat juga, kecuali ada orang yang berjalan melewati lorong kecil tersebut. Hanya saja tidak mungkin, karena lorong itu bukan tempat jalan untuk umum.
Brandon sungguh bingung apa yang sedang dilakukan oleh wanita ini. Tapi yang pasti ia bisa menebak kalau wanita ini sedang bersembunyi. Ya, gerak-geriknya yang seperti ini sudah pasti kalau dia sedang bersembunyi dari seseorang. Brandon bukanlah pria bodoh.
Kita-kita bersembunyi dari siapa?
Suaminya? Apa hubungannya dengan suaminya memang sedang tidak baik-baik saja? Tapi kenapa harus sampai bersembunyi?
Pria itu bertanya-tanya dalam hati. Pandangannya tidak beralih sedikitpun dari perempuan yang tampak mungil kalau berdekatan dengannya seperti ini. Wanita itu sedang menunduk, dan Brandon seperti merasakan kalau dia sedang panik. Kedua tangan Brandon berada di dinding, mengunci tubuh wanita di depannya itu. Sesaat kemudian pria itu menundukkan wajahnya lebih ke bawah, pada waktu yang bersamaan Kanara menghadap ke atas dan ...
Hening sebentar. Bibir mereka bertemu secara tidak sengaja. Kanara melotot kaget dan cepat-cepat menunduk lagi. Brandon juga kaget? Tentu saja. Itu pasti. Siapa yang tidak kaget saat bibirnya bertemu dengan bibir seorang wanita tanpa di sengaja. Pandangan Brandon terus menatap ke bawah, ia tersenyum melihat wanita yang lebih pendek darinya itu tidak mendongak ke atas lagi.
Tapi ciuman tadi, walau hanya menempel dalam sepersekian detik, sanggup memberikan getaran yang aneh pada hati Brandon. Laki-laki itu merasa apa yang dia rasakan sekarang sama dengan perasaan yang dia rasakan sepuluh tahun lalu. Aneh sekali. Brandon tidak mengerti.
Kanara sendiri malu sekali. Di tengah-tengah kepanikan dirinya yang takut bertemu Vana, malah terjadi hal yang tidak diharapkan. Anehnya, dampak dari kejadian itu adalah dia gugup sekali. Apa karena yang tidak sengaja dia cium adalah bos-nya? Jadi dia segugup ini? Aduh, kenapaa kena tepat di bibir sih?
Hampir lima belas menit mereka berdiri seperti ini. Kaki Kanara sampai kesemutan tapi dia tahan. Dia masih takut keluar, takut kalau-kalau Vana masih berada di restoran ini.
"Kau tidak capek. Kita berdiri seperti ini sudah lebih dari lima belas menit." Brandon buka suara. Bukan hanya sudah bosan, pria itu juga melihat wanita itu di depan tubuhnya ini sudah kelelahan.
Brandon pun menjauhkan dirinya dan memeriksa kondisi tubuh wanita itu. Saat ia menjauh, Kanara langsung mengambil posisi duduk. Wanita itu tidak bisa berjalan dengan keadaan begini. Kakinya sudah mati rasa karena kesemutan.
"Nara, kau baik-baik saja kan?" Brandon berlutut di depannya, mengecek apa yang terjadi padanya. Wanita itu menggeleng, tapi wajahnya agak pucat dan suhu tubuhnya panas waktu Brandon menempelkan telapak tangannya di keningnya. Pria itu sontak khawatir.
"Kita ke rumah sakit sekarang." Brandon sudah bersiap menarik Kanara tapi wanita itu menolak dengan keras.
"Tidak, saya tidak perlu ke rumah sakit." tolak Kanara. Kepalanya memang terasa sangat pusing sekarang, tapi dia tidak boleh ke rumah sakit. Masih ada Bian yang harus dia urus, dia tidak boleh sakit atau pun di rawat di rumah sakit.
"Wajahmu pucat sekali, suhu tubuhmu panas, kalau tidak ke rumah sakit keadaanmu akan makin parah." Brandon berkata tegas.
"Pleasee, jangan bawa saya ke rumah sakit, sayaa ... Saya tidak boleh ke rumah sakit,"
"Nara," Brandon menghembuskan nafas panjang,
"Kalau begitu kita ke rumahmu saja. Ayo," tanpa menunggu jawaban Kanara, Brandon langsung menggendong wanita itu. Kanara merasa kepalanya bertambah pusing, ia sudah tidak ada tenaga untuk melawan atau melakukan apapun. Kanara berharap Vana tidak mengetahui perihal dirinya dan Bian yang kabur dari rumah Damian, dan melaporkan pertemuan mereka hari ini ke pria itu.
Brandon membaringkan Kanara di jok belakang, lalu segera meninggalkan tempat itu. Jarak dari restoran ini ke tempat tinggal Kanara hampir satu jam, jadi Brandon berhenti sebentar di sebuah rumah makan membelikan bubur untuk Kanara, juga mampir ke apotik membeli obat penurun panas.
"Hei, bangun sebentar. Kau harus makan dulu, setelah itu minum obat." gumam Brandon lembut. Mobilnya ia parkirkan di bawah pohon dekat taman.
Kanara merasa lemas sekali, tapi ia berusaha duduk. Saat Brandon menyuapinya ia membuka mulut dan menelan habis bubur tersebut. Dia harus kuat, demi Bian.
smga kamu berjodoh dg cwe yg ktmu di warung itu damian...sprtinya cocok sm kamu... km pantes nya sm cwe abzurt.../Drool/
aku baca dari bab 1 sampai bab 80 dr awal lagi beranggapan kalo Damian bukanlah orang jahat bahkan ras cintany ke Kanara lebih besar dia rela melepaskan Kanara meskipun hati dia gk rela
klo sampek dia tau ayang brand mo nikah ama nara grasia si office girl yg ganjen bs mati berdiri dia
semoga kalian menjadi satu keluarga berhubungan baik dengan Damian...
Bian mempunyai dua orang Papa yang sangat menyayanginya
menangis AQ Thor😭😭😭😭