Terpaksa Menikahi Suami Sahabatku

Sandra melempar tas mahalnya ke sembarang arah. Ia sungguh sangat kesal karena semua rencananya harus gagal hanya karena orang tua Sean yang tanpa sengaja merubah jadwal perjalanan bisnis Sean.

"Padahal aku sudah menyusun rencana ini dengan matang. Akan tetapi, kenapa tiba-tiba kedua orang tuamu malah menggagalkan semuanya?" Sandra menatap kesal ke arah suaminya.

"Mana aku tahu kalau kalau papa dan mama akan merubah jadwalku di saat terakhir begini. Kalau aku tahu, aku pasti sudah bersiap dari awal." Sean membela diri. Pria itu menatap ke arah istrinya.

"Kemarilah!"

Sandra menurut, mendekat ke arah Sean meskipun hatinya sangat kesal. Sean memeluk istrinya yang sedang kesal dan menghadiahi beberapa ciuman di wajah cantiknya.

"Sepertinya, Tuhan tidak mengizinkanmu untuk membohongi kedua orang tuaku," ucap Sean sambil membelai wajah cantik perempuan itu.

Sandra berdecak kesal mendengar ucapan suaminya. Bibirnya yang mengerucut langsung dilahap habis oleh Sean.

"Di mana kau kenal gadis itu? Apa kau yakin kalau dia adalah perempuan baik-baik?" ucap Sean setelah melepaskan ciumannya. Jarinya terulur, mengusap lembut bibir yang selama ini menjadi candunya itu.

"Tentu saja aku yakin. Naya adalah perempuan baik. Aku yakin seratus persen." Sandra menatap Sean dengan wajah berbinar.

"Kau yakin, akan memberikan aku padanya?" Sean menatap perempuan yang sangat dicintainya itu dengan serius.

"Siapa bilang aku memberikanmu padanya. Aku hanya meminjamkanmu padanya. Agar kamu bisa memiliki keturunan sesuai keinginan ibumu."

"Meminjamkan aku? Kau pikir aku barang?" Sean menatap tajam ke arah Sandra. Merasa tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh istrinya.

"Bukan begitu. Kau sangat tahu apa maksudku." Sandra mengusap rahang tegas Sean. Bibirnya mengerucut membuat Sean gemas.

"Apa kau benar-benar yakin kalau suatu saat kau tidak akan menyesal dengan keputusanmu?" Sean mengecup lembut bibir Sandra yang menggodanya.

"Kamu tahu pasti, kalau aku bukan hanya akan mendekati perempuan itu, tetapi aku juga akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan padamu."

"Aku akan melakukan ini." Sean kembali mencium bibir Sandra.

"Aku juga akan melakukan ini." Bibir Sean bergerak menyusuri telinga dan leher jenjang istrinya hingga sampai ke belahan dadanya.

"Aku juga akan melakukan ini, ini, ini." Sean menunjuk satu persatu daerah sensitif istrinya, hingga akhirnya mereka berakhir saling mencumbu di atas ranjang.

"Apa kau benar-benar yakin akan memberikan suamimu ini padanya?"

"Sean ...."

Sandra sudah tidak kuat lagi menahan gejolak rasa di dadanya. Rayuan bibir Sean membuatnya mabuk kepayang. Sandra tidak pernah bisa menolak. Perempuan itu selalu tergila-gila pada pesona suaminya.

Sentuhan bibir Sean, sentuhan tangannya, selalu membuatnya terbang melayang menikmati surga dunia.

Ah! Benarkah aku akan ikhlas melepas pria sehebat Sean?

Sandra menggeliat, tubuhnya menegang bersamaan dengan tubuh Sean yang berhenti bergerak dan berpacu di atas tubuhnya.

"Kau akan kehilangan kebersamaan kita yang seperti ini kalau kau benar-benar akan menyerahkan aku padanya." Sean mencoba membujuk Sandra agar perempuan itu membatalkan rencananya.

Seandainya kedua orang tuanya tahu kebohongan Sandra kali ini, mungkin kedua orang tuanya tidak akan mentolerir kesalahan Sandra.

Kedua orang tua Sean hanya menginginkan Sandra berhenti bekerja kemudian menjadi istri yang baik dan melahirkan anak-anaknya. Namun, Sayangnya Sandra tidak ingin diatur. Perempuan itu bersikeras ingin mewujudkan impiannya menjadi seorang model terkenal.

Bisa-bisa mama dan papa akan benar-benar menyuruhku melepaskan Sandra kali ini.

Sean menghela napas panjang. Menutup tubuh polos mereka dengan selimut.

"Aku akan tetap pada pendirianku. Kamu harus tetap menikah dengan Kanaya sampai Kanaya melahirkan pewaris keluarga Ibrahim."

"Sandra, saat itu terjadi, aku yakin kamu akan menyesali semuanya."

"Apa maksudmu, Sean?"

"Jika orang tuaku tahu kalau kamu ternyata membohongi mereka, aku tidak yakin, kalau saat itu, mereka masih mentolerir kamu atau tidak." Sean menatap wajah Sandra yang tampak terkejut.

"Selama ini aku selalu menutupi semua kekuranganmu di depan mereka, aku selalu membelamu di depan mereka karena aku mencintaimu."

"Namun, sekarang aku tidak yakin, apa cinta yang aku punya saat ini masih bisa menyelamatkanmu." Sean menatap wajah cantik Sandra. Ia terlalu mencintai perempuan itu sehingga terkadang, Sean menjadi bodoh karena tidak bisa mengendalikan istrinya.

"Kau bisa kembali memikirkan semua rencanamu sebelum semuanya terlambat, Sandra."

"Batalkan semua rencanamu dan lahirkan seorang anak untukku. Aku akan memenuhi semua kebutuhanmu bahkan lebih dari gaji yang kau dapatkan dari pekerjaanmu sebagai model."

Sandra menggelengkan kepalanya. "Aku akan tetap pada rencanamu semula. Aku yakin, kalau kamu dan Kanaya tidak akan mengkhianatiku. Bukankah kamu bilang kamu sangat mencintaiku?"

Bersambung ....