Terpaksa Menikahi Suami Sahabatku
"Sandra ...." Suara isak tangis Kanaya di ujung telepon, seketika membuat Sandra menghentikan kegiatannya.
Model cantik yang kini sudah bersiap melakukan pemotretan itu kemudian meminta waktu beberapa menit untuk menerima telepon dari Kanaya, sahabat baiknya.
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Ayahku masuk rumah sakit, San, penyakit jantungnya kambuh lagi. Aku butuh uang secepatnya untuk biaya operasi ayah." Suara Kanaya terdengar panik di ujung sana.
"Tenanglah ... aku akan membantumu. Aku yakin ayahmu akan baik-baik saja."
"Tapi, San, kali ini biayanya cukup banyak–"
"Katakan saja berapa yang kamu butuhkan, Naya. Aku akan segera mengirimkannya sekarang. Saat ini aku sedang melakukan pemotretan, aku tidak bisa lama-lama." Sandra menatap beberapa orang yang saat ini sedang menunggunya.
Kanaya dengan perasaan tidak enak langsung mengatakan nominal uang yang dibutuhkan untuk biaya rumah sakit.
"Aku akan mengirimnya sekarang juga, tapi ada syaratnya, Nay?"
"Syarat?"
"Iya. Aku punya syarat untukmu. Kalau kamu setuju, aku akan mengirimkan uang ini sekarang juga."
"Apa syaratnya, San, aku janji akan melakukan apa pun, yang penting kamu mau meminjamkan uang itu padaku." Suara Kanaya terdengar memelas. Sebenarnya Sandra tidak tega, tetapi, mendengar Kanaya membutuhkan bantuannya, membuat Sandra mempunyai ide gila untuk menyelesaikan masalah yang kini juga tengah di hadapinya.
"Apa syaratnya, San?"
"Menikahlah dengan suamiku."
"A–apa?"
"Kalau kamu bersedia, aku akan mengirimkan uang itu sekarang juga."
"Tapi, Sandra–"
"Aku minta tolong sekali ini saja sama kamu, Nay ...."
"Apa maksudmu, Sandra? Minta tolong apa?"
"Menikahlah dengan suamiku."
"Sandra, apa kau gila?"
"Aku akan lebih gila jika kali ini aku harus menuruti keinginan mertuaku yang tidak mungkin bisa aku kabulkan!"
"Apa maksudmu, Sandra?"
"Ibu mertuaku menginginkan cucu dengan segera. Dia bosan karena aku lebih mementingkan karirku daripada keluarga. Ibu akan menikahkan suamiku dengan perempuan lain jika tahun ini aku tidak hamil juga." Sandra menjelaskan dengan singkat sambil sesekali melirik orang-orang yang saat ini sedang menunggunya dengan tatapan kesal.
"Menikahlah dengan suamiku dan berikan aku anak. Aku lebih ikhlas menikahkan suamiku denganmu daripada harus memberikannya pada perempuan lain pilihan ibu mertuaku."
"Sandra, kau benar-benar gil–"
"Kamu hanya perlu menjawab setuju, setelah itu aku akan kirimkan uang yang kamu butuhkan bahkan lebih dari nominal yang kamu sebutkan tadi."
"Sandra–"
"Yes or no!"
"Kesempatan ini hanya satu kali, Nay, kalau sekarang kau menolak, aku akan menghubungi temanku yang lain. Aku yakin, mereka pasti tidak akan menolak untuk menyewakan rahim mereka padaku."
"Sandra–"
"Yes or no!"
"San–"
"Nabila Kanaya!"
"Yes!"
"Bagus!" Sandra tersenyum di balik telepon. Mungkin benar, dia memang sudah gila. Menawarkan suaminya untuk menikah lagi dengan sahabat baiknya.
Akan tetapi, Sandra tidak punya pilihan lain selain ini. Ide yang tiba-tiba datang saat mendengar sang sahabat membutuhkan bantuan.
Maafkan aku, Naya, tapi aku tidak punya pilihan lain. Biar bagaimanapun, aku sangat mencintai Sean. Aku tidak akan pernah rela jika ibu mertuaku menikahkan Sean dengan perempuan lain karena aku tidak mau memberikannya seorang cucu.
"Kirimkan nomor rekening kamu, aku akan mengirimkan uang yang kau butuhkan sekarang juga."
Kanaya hanya menghela napas berat karena terjebak dengan ucapan Sandra hingga akhirnya gadis itu menjawab dengan kata iya.
Kanaya melirik sang ibu yang terlihat panik di depan pintu ruang ICU yang tertutup rapat. Ingatannya kembali pada ucapan dokter yang memeriksa sang ayah beberapa menit lalu.
"Pasien harus segera di operasi untuk pemasangan ring, kalau tidak–"
"Lakukan apa pun untuk kesembuhan ayah saya, Dokter, saya mohon ...."
"Sediakan biaya operasinya, setelah itu, kami akan segera melakukan tindakan operasi."
"Kanaya! Berapa nomor rekeningmu? Aku sedang pemotretan! Kau pasti tidak tahu kalau sekarang mereka sedang menatapku dan rasanya ingin memakanku hidup-hidup!" Suara Sandra di ujung telepon menyadarkan lamunan Kanaya.
"Cepat, Naya!"
Demi ayah, aku akan melakukan apa pun. Maafkan aku, Bu, aku yakin, ibu pasti tidak akan menyetujui keputusanku.
Kanaya dengan cepat mengirimkan nomor rekeningnya pada Sandra. Tidak sampai lima menit, kedua mata gadis itu membulat saat melihat berapa banyak uang yang dikirimkan oleh Sandra.
"Kamu pakai uang itu untuk biaya operasi dan biaya pengobatan ayahmu. Sisanya bisa kamu pakai untuk keperluan lain."
Belum sempat Kanaya mengucapkan sesuatu, Sandra sudah terlebih dahulu mematikan panggilan teleponnya.
Kanaya yang masih shock dengan nominal uang yang dikirimkan oleh sahabat baiknya itu mencoba kembali menelepon, saat Sandra mengakhiri panggilan teleponnya. Namun, nomor Sandra sudah tidak aktif lagi.
Pasti saat ini dia sedangkan bekerja. Ya, Tuhan ... aku hanya pinjam dua ratus juta, tetapi kenapa dia malah mengirimkan aku uang sebanyak ini?
"Satu Milyar ... apa dia sedang bercanda?"
Bersambung ....
Selamat datang di novel terbaruku.
Jangan lupa like, komentar dan votenya ya ❤❤❤
Semoga kalian suka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Nyimak dulu
2024-05-08
0
🕊️⃝W𝖆𝖓𝖎𝖙𝖆 𝖙𝖆𝖓𝖌𝖌𝖚𝖍
baru mampir kak saya lama dulu yang ingin baca novell ini🥰👏👏👏👏👏
2024-05-07
1
Juan Sastra
oohh sandra kejam
2023-02-06
0