Aditiya Iskandar, seorang Menteri Pertahanan berusia 60 tahun, memiliki satu obsesi rahasia—game MMORPG di HP berjudul CLO. Selama enam bulan terakhir, ia mencuri waktu di sela-sela tugas kenegaraannya untuk bermain, bahkan sampai begadang demi event-item langka.
Namun, saat ia terbangun setelah membeli item di game, ia mendapati dirinya bukan lagi seorang pejabat tinggi, melainkan Nijar Nielson, seorang Bocil 13 tahun yang merupakan NPC pedagang toko kelontong di dunia game yang ia mainkan!
dalam tubuh boci
Bisakah Aditiya menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata, atau harus menerima nasibnya sebagai penjual potion selamanya?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiat_Df, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri Nilai Sempurna
Semua mata tertuju pada satu anak kecil di atas podium.
Nijar Nielson.
Peringkat pertama dengan nilai sempurna: 100%.
Lizna, yang masih terpaku di tempat, berharap ini semua hanyalah mimpi.
"Apa benar ini adikku? Bocil ini benar-benar jenius?!"
Di panggung, Nijar menghela napas, menatap kerumunan dengan tajam.
Lalu, dia mengangkat dagunya, menarik napas dalam, dan…
— BOOM!
"SAUDARA-SAUDARAKU!"
Suara lantangnya menggema di seluruh aula.
Orang-orang yang tadinya berbisik-bisik langsung terdiam.
"KITA SEMUA BERDIRI DI SINI, DI HADAPAN SEBUAH GERBANG MENUJU MASA DEPAN! KITA TELAH MELANGKAH MELEWATI UJIAN, BERJUANG MELAWAN KERAGUAN, DAN SEKARANG BERADA DI TEMPAT DI MANA KITA AKAN MENEMPA DIRI!"
Murid-murid dan wali murid mulai menelan ludah.
— Bocah ini serius?!
Kepala sekolah Fredrik Jorgen melipat tangannya, menatap Nijar dengan penuh ketertarikan.
Sementara itu, Lizna…
Lizna ingin menggali lubang dan masuk ke dalamnya.
"Ya Tuhan… Kenapa bocil ini berbicara kayak veteran perang?"
Namun, Nijar belum selesai.
"DUNIA INI BESAR! PENUH KEKUATAN, KEAJAIBAN, DAN MISTERI! ADA YANG MENGUASAI PEDANG, ADA YANG MENGUASAI SIHIR! TAPI DI BALIK SEMUA ITU, HANYA ADA SATU HAL YANG MENJAMIN KITA AKAN BERHASIL! APA ITU?!"
Hening.
Lalu, dengan suara menggelegar, Nijar menjawab sendiri:
"KERJA KERAS! SEMANGAT JUANG! DAN KEMAUAN UNTUK BERKEMBANG!"
Beberapa wali murid mulai bertepuk tangan.
Murid-murid lain mulai bersemangat, bahkan ada yang mengangguk-angguk penuh inspirasi.
"TIDAK PEDULI SEBERAPA KUAT SIHIRMU! TIDAK PEDULI SEBERAPA TAJAM PEDANGMU! TANPA KEINGINAN UNTUK BERJUANG, SEMUANYA TIDAK ADA ARTINYA!"
Saat itu, bahkan kepala sekolah pun tersenyum tipis.
"Menarik… Anak ini memiliki aura seorang pemimpin…"
Namun, kejutan terbesar masih belum datang.
Setelah memberikan pidato penuh semangat, Nijar akhirnya memperkenalkan dirinya.
Dia menarik napas, tersenyum santai, dan berkata dengan suara jernih:
"Oh ya… Sebelum aku turun, mungkin banyak yang penasaran siapa aku sebenarnya."
Semua orang menunggu dengan penuh antusias.
Pasti dia anak seorang bangsawan tinggi!
Pasti dia dari keluarga penyihir legendaris!
Pasti dia punya garis keturunan raja!
Namun…
"Aku bukan bangsawan. Aku bukan anak penyihir. Aku bukan keturunan prajurit atau jenderal."
Aula semakin sunyi.
"Namaku Nijar Nielson. Aku hanyalah seorang bocah dari toko kelontong di Kota Kemiren!"
— …BOOM!
Aula meledak dengan kegemparan.
"APA?!"
"BOCIL INI CUMA PEDAGANG?!"
"PEDAGANG KELONTONG DAPET NILAI 100%?!"
"TIDAK MUNGKIN! DIA HARUSNYA ANAK BANGSAWAN!"
Bahkan kepala sekolah pun membelalakkan mata.
Sementara itu, Lizna ingin pingsan.
"KENAPA KAMU HARUS BILANG ITU DI DEPAN SEMUA ORANG, BODOH?!"
Namun, bagi Nijar…
Reaksi orang-orang ini adalah hiburan tersendiri.
Dengan senyum tenang, dia mengangguk hormat kepada kepala sekolah, lalu berjalan turun dari podium.
Para murid yang sebelumnya mengira dia anak bangsawan mulai memandangnya dengan campuran rasa kagum dan kebingungan.
Dan Lizna…
Lizna menutupi wajahnya dengan tangan.
"Hidupku tidak akan tenang setelah ini…"
Namun, dalam hati kecilnya, Lizna juga merasakan sedikit kebanggaan.
Adiknya mungkin bocil menyebalkan… tapi tidak bisa disangkal…Dia bocil yang jenius.
---
Setelah pidato Nijar yang menggelegar, suasana aula masih riuh.
Sebagian murid terinspirasi, sebagian lagi tidak percaya bahwa anak toko kelontong bisa mendapat nilai sempurna.
Namun, acara belum selesai.
Seorang guru senior maju ke podium.
Dengan suara tenang, dia berkata:
"Terima kasih kepada semua calon siswa dan wali murid yang telah berpartisipasi dalam ujian masuk Akademi Kemiren. Hari ini, kita telah melihat banyak talenta berbakat, dan saya yakin kalian semua akan menjadi aset berharga bagi akademi ini."
Aula mulai tenang kembali, murid-murid mendengarkan dengan seksama.
"Seperti yang sudah diumumkan, lima siswa dengan nilai tertinggi telah disebutkan. Mereka sudah dipastikan lolos tanpa evaluasi ulang."
Seketika itu, mata semua orang tertuju pada Nijar dan empat orang lainnya.
Terutama Nijar.
Bocah pedagang kelontong yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian.
Lizna, yang masih shock, hanya bisa menghela napas panjang.
— Hidupku pasti jadi lebih ribet setelah ini…
Sementara itu, guru tersebut melanjutkan:
"Bagi siswa lainnya, evaluasi ulang akan berlangsung selama tiga hari ke depan. Setelahnya, hasil resmi akan dikirimkan dalam bentuk surat kepada wali masing-masing."
Beberapa murid menelan ludah.
— Tiga hari evaluasi ulang?!
— Berarti masih ada kemungkinan mereka gagal…
Namun, guru itu segera menenangkan mereka.
"Jangan khawatir. Evaluasi ini hanya untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam penilaian, dan bagi yang hampir memenuhi standar, kami akan mempertimbangkan ulang."
Para orang tua dan wali murid mengangguk-angguk.
Kemudian, dengan senyum hangat, guru itu menyudahi pidatonya:
"Sekian dari kami. Kami berharap kalian semua bisa berkembang di akademi ini dan mencapai impian kalian. Dengan ini, acara penerimaan siswa baru resmi ditutup. Terima kasih."
— TEPUK TANGAN BERGEMA DI SELURUH AULA.
Acara pun resmi selesai.
Beberapa murid tampak lega, beberapa lainnya masih gelisah menunggu evaluasi tiga hari ke depan.
Sementara itu, Nijar…
Nijar berdiri dengan santai.
"Oke, acara selesai. Saatnya pulang."
Namun…
Lizna masih memandangnya dengan ekspresi kosong.
"Oi, Lizna, kita pulang kan?" tanya Nijar santai.
Lizna menghela napas panjang dan menatap langit.
"Aku masih belum percaya kalau adikku ini bocah jenius…"
Nijar hanya tertawa kecil.
"Yah, mau gimana lagi. Aku memang berbakat."
Lizna menarik napas dalam-dalam dan menampar pelan dahi Nijar.
"Udah, ayo pulang sebelum orang-orang makin banyak yang nanya-nanya soal kamu."
"Iya, iya!"
Dan dengan itu, Nijar & Lizna pun meninggalkan akademi, menuju kehidupan baru yang lebih penuh kejutan.
Rapat Akademi Kemiren: Misteri Nilai Sempurna
Lokasi: Ruang Rapat Akademi Kemiren
Di dalam ruang rapat akademi, para guru senior dan bangsawan berpangkat Viscount, Darius Andrew, duduk mengelilingi meja panjang.
Di ujung meja, Kepala Sekolah Fredrik Jorgen mengetuk mejanya pelan, menarik perhatian semua orang.
"Baiklah, kita berkumpul di sini untuk membahas pencapaian para murid dalam ujian masuk tahun ini. Namun, saya rasa kita semua tahu inti utama dari rapat ini…"
Para guru saling bertukar pandangan.
Salah satu guru, Profesor Aldrich, seorang pria tua berkacamata, menghela napas berat.
"…Nijar Nielson."
Semua orang mengangguk.
Darius Andrew, seorang bangsawan viscount yang bertanggung jawab atas pengawasan ujian, menyilangkan tangannya.
"Nilai sempurna. 100%."
Ruangan menjadi hening.
Akhirnya, seorang guru wanita, Profesor Helena, menyandarkan tubuhnya dan berkata dengan nada skeptis,
"Nilai 85% saja sudah sangat mustahil, mengingat tingkat kesulitan ujian kita… Tapi 100%? Itu sesuatu yang bahkan anak-anak bangsawan elit tidak bisa capai."
Kepala Sekolah Fredrik mengetuk jarinya di meja, ekspresinya serius.
"Bukan hanya itu. 20 soal terakhir dalam ujian adalah strategi perang."
Seketika, semua guru terdiam.
Profesor Aldrich yang menyusun sebagian soal ujian mengerutkan kening.
"Strategi perang yang dibuat langsung oleh Raja Edwar dan para ahli strategi kerajaan… Bahkan kita, para pengajar di akademi, masih kebingungan dengan soal-soal itu!"
Darius mengangguk pelan.
"Itu sebabnya soal ujian selalu dijaga ketat oleh pasukan kerajaan. Tidak mungkin bocor. Jadi bagaimana bisa seorang bocah toko kelontong… menjawab semuanya dengan benar?"
Profesor Helena menyilangkan tangannya.
"Kita sudah memeriksa kemungkinan kecurangan. Tidak ada celah. Soal selalu berubah setiap tahun, dan hanya orang-orang tertentu yang mengetahui isinya."
Fredrik menghela napas panjang, lalu berkata,
"Satu-satunya kesimpulan… Anak itu menjawab dengan kemampuannya sendiri."
Ruangan kembali hening.
Guru-guru saling bertukar pandangan, masih berusaha memahami bagaimana seorang bocah berusia 13 tahun bisa mengungguli bangsawan dan para calon petualang terbaik.
Akhirnya, Darius membuka mulutnya lagi.
"Kita harus mengawasi anak ini lebih dekat."
Semua orang mengangguk setuju.