NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Janda / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:329k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A ~ Ba 01

RENCANA PERJODOHAN

......................

“Suka ataupun tidak, kau harus menikah dengan laki-laki pilihan kami! Bila menolak, segera angkat kaki dari rumah peninggalan anak ku!” Mata tuanya menatap penuh benci sosok wanita yang tidak lain salah satu cucunya sendiri.

“Anak yang Nenek sebut tu, adalah Ayah kandungku! Sudah menjadi kewajibannya memberikan hunian bagi istri serta darah dagingnya! Jadi, tak payah lah mencari alasan demi menjerumuskan diri ini dalam jurang penderitaan!” Wanita berkaos panjang longgar, dan celana jeans, tanpa mengenakan hijab itu tersenyum penuh cemooh.

Nek Blet menggebrak meja, nada suaranya naik satu oktaf. “Dasar Wanita pembawa sial kau, Dhien! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan seperti Mamak kau, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

“Hei wanita tua renta! Jangan pernah membawa nama Emak ku! Dia sama sekali tak salah, tapi Nenek sendirilah yang menciptakan neraka pada biduk rumah tangga mereka!” Dhien berseru lantang, paling tidak bisa dia kalau sang ibu di hina.

“Di mana sopan santun kau, Dhien! Dia tu nenek mu yang wajib dihormati!” Winda yang sedari tadi diam ikut membentak.

Dhien menoleh menatap sepupunya. “Kau cakap perihal sopan-santun pada orang yang selalu kalian pandang sebelah mata, kalian caci maki, dan kalian katai si pembawa sial, apa pantas? Lucu sekali kau Winda! Muak kutengok wajah bak malaikat mu, padahal hatimu macam pantat kuali tak pernah di cuci, hitam penuh iri dengki!!”

“Tutup mulut Kau! Dasar Anak tak tahu diri! Haram bagimu mengatasi cucu kesayanganku!” maki nek Blet.

“Baik. Kalau macam tu, berarti aku boleh pergi dari rumah bak neraka ni ‘kan? Sebab tak diperkenankan berkata-kata!” Dhien begitu santai beranjak hendak berlalu dari rumah neneknya dari pihak almarhum bapaknya.

“Melangkah lah kau dari pintu tu, maka siap-siap kehilangan tempat berteduh!” ancam Nek Blet.

Dhien berbalik, menatap tajam mata neneknya yang menghunus tepat pada netranya, tanpa aba-aba diambilnya guci keramik berukuran kecil pada buffet ruang tamu dan …

PYAR.

Semua pasang mata yang ada di sana terbelalak tanpa terkecuali, terlebih wanita tua itu mendapati pajangan kesayangannya sudah remuk menghantam dinding tembok.

“Kalau kalian masih butuh diri untuk dimanfaatkan, harap jaga sikap! Aku bukan lagi gadis kecil yang hanya diam saja bila dihina apalagi disakiti!” Dhien kembali melangkah dan duduk pada sofa ruang tamu.

“Ka_u!” Pundak nek Blet ditahan oleh anak perempuannya, ibu si Winda.

Zulham yang sedari tadi menjadi penonton ikut geram, dia berdiri dan langsung mengikis jarak dengan adiknya. “Kau betul-betul tak punya otak, Dhien!”

PLAK.

Wajah Dhien sampai tertoleh ke kanan, kala pipi kirinya ditampar begitu kuat.

Tidak ada pancaran sedih apalagi jatuhnya air mata, Dhien tetap tenang, menatap berani Abang kandungnya yang selama ini hanya tahu menyakiti fisik maupun perasaannya.

“Kau salah satu orang yang membuat ku tak berotak, Zulham! Berkat mu, diri ini paham bila tak selamanya darah tu lebih kental daripada air. Adanya kau di dunia ini hanya hama bagiku, tak ada gunanya! Status mu sebagai Abang kandung cuma hiasan belaka tanpa berarti apapun!”

Tangan yang tadi begitu berani menyakiti tanpa bersusah payah berpikir terlebih dahulu, kini bergetar halus, rasa percaya dirinya pun terkikis kala menatap manik hampa adiknya, Zulham kembali duduk pada seberang sofa.

Ayie, bibinya Dhien mencoba bersuara seraya membujuk sang keponakan, dia ikutan duduk di sofa samping ibunya.

“Dhien, coba sekali saja kau tak melulu menganggap kami musuh! Kami hanya ingin memberikan yang terbaik bagimu, agar kau tak lagi perlu bekerja keras, berpanas-panasan di bawah terik matahari, mencari kayu bakar demi membuat perut kenyang_"

"Fikar tu, pemuda yang baik, ekonominya pun sudah mapan, dari keluarga berada pula, dapat dipastikan kehidupan kau dan ibumu terjamin!” sambungnya dengan nada lembut penuh kepalsuan.

Dhien tertawa sumbang, mengesampingkan rasa perih pada pipinya. “Tak perlu cakap manis macam tu, Bik! Aku paham betul akal busuk kalian. Menjual diri ini dengan kedok perjodohan! Alamak … indahnya kata-kata kiasan yang kudengar ni!”

“Baiklah … anggap saja aku menyukai niat baik keluarga titisan Fir'aun ni. Namun, ada syaratnya! Berikan padaku surat pembelian tanah rumah warisan Ayahku!” sambung nya tenang.

“Tak kan!” Nek Blet spontan berteriak.

“Astaghfirullah. Tak nya Nenek takut bila tu jantung copot? Tapi, bagus jualah bila hal tu terjadi, hilang satu orang pembenci maka sedikit damai lah hidup ku ini!” cibir Dhien seenaknya sendiri, dia sudah kehilangan apa itu namanya sopan santun bila berhadapan dengan keluarga almarhum bapaknya.

Nek Blet sampai sesak napas, cucunya yang tidak dianggapnya ini memang terkenal ceplas-ceplos, kasar, tidak jarang bertindak anarkis, serta bermulut tajam.

"Tak ada tawar menawar, Dhien! Kau harus setuju … atau_”

“Jangan mengancam ku, Indri! Siapa kau? Berani betul ikut campur!” Dhien membentak kakak iparnya, istri dari Zulham, seketika Indri bungkam.

“Bila keputusan kalian telah bulat, maka keinginan ku pun tak bisa diganggu gugat! Serahkan suratnya, maka aku pun setuju menikah dengan laki-laki tukang zina tu!” ucapnya lantang.

Lagi dan lagi semua orang terkesiap, tidak menyangka kalau Dhien mengenal sosok Fikar.

Dhien menatap sengit para orang yang ada di sana. “Kalian kira aku bodoh, sama sekali tak tahu latar belakangnya. Sini ku kasih paham! Fikar tu ... bukan cuma pemburu lubang wanita, tapi juga penjudi serta tukang mabok! Puas kalian? Tentu lah, ‘kan sesuai harapan yang selalu ingin menyiksa fisik serta mental ku!”

Ruangan semula panas, seketika terasa dingin, setiap pasang mata saling melirik, tentu mereka terkejut, Dhien tidak sebodoh yang mereka pikir.

Nek Blet akhirnya menyerah, dia memberikan surat penjualan tanah yang ada bangunan rumah tempat tinggal Dhien bersama ibunya. Sebenarnya warisan itu memang milik Dhien, tetapi direbut paksa dari tangan Emak Inong.

“Terima kasih banyak ya keluarga keturunan Setan, senang bisa bekerja sama dengan kalian! Oh ya, atur saja kapan tepatnya aku harus bersanding dengan Badjingan tu!” Dhien mencium selembar surat kepemilikan, lalu beranjak dari sana, sebelum mencapai pintu, dia sempatkan menendang pinggiran sofa tunggal yang diduduki oleh Zulham.

DUG.

“Anggap saja satu sama ya, Abang ku yang malang!” cibirnya dengan raut begitu puas.

“Dasar wanita pembawa sial kau, Dhien!” Zulham meraung kesakitan, kepalanya terantuk lantai keras.

Tidak cukup sampai di sana, sebelum menaiki sepedanya, terlebih dahulu Dhien mendekati kurungan Ayam jago milik abang dan pamannya.

“Keluar lah kalian! Tak perlu bertaruh nyawa demi tetap hidup.” Dhien membuka dua songkok ayam.

Ayam tadi langsung berkokok nyaring seperti berterima kasih pada Dhien, lalu berlari sekencang mungkin memasuki semak belukar yang ada di belakang rumah Nek Blet.

“Astaga! Ayam jago ku!” Idris suami si Ayie berteriak sambil berlari hendak menangkap Ayam yang biasa diadu setiap hari Rabu.

Dhien yang sudah mengayuh sepedanya, tertawa terpingkal-pingkal. Begitu sampai di perkebunan karet dengan jalan setapak, dia berhenti, menyandarkan sepedanya pada pohon rambung, seketika tubuhnya luruh.

“Sakit ya Allah! Sampai kapan hamba kuat menghadapi setiap ujian dari Engkau ya Rabb?” dirinya terduduk di tanah berumput, menangis tergugu seraya memukuli dadanya.

"Apa betul bila hamba wanita pembawa sial ya Tuhan? Sehingga mereka enggan mengakui diri ini! Tolong jawab ya Rabb!”

Sepasang tangan kekar mengulurkan sapu tangan miliknya.

"Siapa kau ...?"

.

.

Bersambung.

Akhirnya kita bersua kembali ya Kak🥰

Salam sayang selalu 😘

Jangan sungkan-sungkan bila ingin berkomentar 🙏❤️

1
Andri Yani
klo kalian belum baca novel ini bisa dipastikan kalian adalah orang yg merugi krn ni novel keren abizzzz gaessss💗💗💗
wasiah miska nartim
horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
Khairani
cerita ini secara tidak langsung mengajarkan perempuan harus menjunjung tinggi rasa malu, malu adalah mahkotanya perempuan, makasi author sudah menulis novel yg sangat menarik
Aisyah Madani
/Smile/
wenni efriani
suka dengan ceritanya, bukan hanya konflik, tapi keseruan menjalani hari2 nya sangat menyenangkan. jadi teringat kenangan masa kecil dulu
Lasri Anariya
Baru ada kesempatan buat ke sini, dah penasaran bnget sama cerita Dhien
Irma
kamu wanita yg sangat kuat dan tangguh Dhien sungguh luar biasa segala cobaan yg telah kamu lalui Dhien tak heran kamu tegar di masa depan cobaan hidupmu saja sudah seberat ini kamu wanita yg luar biasa Dhien luar biasa
narti bintang
bagus...suka banget sama ceritax👍👍👍
Iis Yuningsih
ceritanya luar biasa kereen
Iis Yuningsih
kalo boleh saran, gabung aja cerita nirma sama dhien,saya jg berharp bgt nirma sm byakta soalnya sabar bgt,syng sm nirma&anaknya nirma,anaknya jg ga mau jauh dari byakta,nirma sm dzikri aja author jg sm yg lain semangat ya author jg gantung ceritanya di tunggu up nya banyak²💪🏻💪🏻💪🏻🥰🥰🥰🥰
bunga cinta
trio cebol tetap sisipin di sini aja, biar tambah berwarna
SAL💞🇲🇾
bertabahlah dhien...akan ada hr bahgia untuk mu....
jawir
lebay ga sih klu aku ampe keluar air mata dgn kisah Dhien ini,,di Cerita Gamala dia sosok yg tengil das des ceria .....sedang di sini teryata penderitaannya sungguh terlalu kau buat kak thor
semangaat Dhien doaku meyertaimu
Bang Fay
kk tolong kenapa sy gak bisa buka episode berikutnya
Bang Fay
kenapa gak bisa buka episode berikutnya, waktu gamala aman aman aja gak kaya gini ini baru baca 1episode, berikut ny gak bisa di buka, Dhien..... gimana ini,
Bang Fay
kenapa gak bisa buka episode 32 dan seterusnya /Sob//Sob//Sob/
bunda fafa
cie cie babang ikram mau melamar dedek meutia oey... qiw qiw 😘
Tiffany_Afnan
Mampir bentar Dien.. nitip sendal !!
tar kembali lagi skalian bawa tiker sm kupi , klo dh End yak. 🤩😘🤗
bunda fafa
awww.. totong... ada lg nama baru 😆😆😆jelas lah suami yuni jadi malu dengernya haha.. 1 barang sejuta nama 🤣🤣
Ani
kan kan gimana gak baper bang Agam sweet banget...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!