Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-7
Hampir 10 hari perawatan di lakukan pada Dixon dan akhirnya kini di perbolehkan untuk pulang.
"Bagaimana keadaannya mu Dix?" Tanya Evan sambil membantu Dixon mengemasi barang.
"Jangan khawatir Ev, aku sudah sembuh walaupun masih belum seratus persen, terimakasih kamu sudah banyak sekali membantuku" Dixon tersenyum sambil memperhatikan Evan yang masih membantunya merapikan barang bawaan.
Tak seberapa lama datang dua temannya yang tak lain adalah John dan Klein.
"Hai semua, Akhirnya hari ini kita bisa berkumpul lagi, selama ini kami hanya nongkrong bertiga Dixon" Klein menepuk bahu Dixon sambil tersenyum.
"Okey, maafkan aku karena telah membuat repot kalian"
"Hei, kata-kata macam apa itu" sela John merasa tidak senang.
Evan melempar satu tas ke arah Klein untuk dibawa, dan John segera sigap mengambil satu tas lagi yang masih tersisa, sedangkan Evan membantu Dixon untuk berjalan, walaupun sebenarnya Dixon bisa melakukan hal itu sendiri.
"Mobil siapa yang akan kita pakai?" Tanya John.
"Tentu saja mobilmu yang lebih mirip mini bus John" Jawab Klein dan disambut tertawa oleh mereka semua.
30 menit perjalanan sudah sampai di kediaman Dixon yang sangat sederhana, sang Ibu menyambut dengan penuh gembira, bahkan beberapa hidangan sudah disediakan di atas meja.
Ucapan terima kasih karena sudah banyak membantu anaknya diucapkan, namun mereka semua mengatakan bahwa hal itu sudah kewajiban antara sesama teman.
Makan malam hari itu sungguh sangat menyenangkan walaupun dengan hidangan yang begitu sederhana.
"Bagaimana dengan wanita katamu itu Ev?" Tanya Klein sambil menikmati cemilan.
"Wanita kaya?" Nampak Dixon terkejut menoleh ke arah Evan.
"Entahlah, semenjak kejadian Dixon, Aku tidak pernah lagi bertemu dengannya"
"Oh my_, jadi kamu belum berhasil menguras uangnya?" Sambar John dan tentu saja membuat Dixon membelalakkan mata.
"Sepertinya ada yang aku lewatkan?, Apa kalian sudah berubah haluan menjadi seorang laki-laki penjerat wanita kaya?" Ucap Dixon penuh curiga.
Sontak ketiga temannya langsung tertawa, lalu kemudian Evan menjelaskan, bawa secara tidak sengaja telah bertemu beberapa kali dengan seorang wanita, mereka pun akhirnya penasaran.
"Apa kami mengenal wanita itu Ev?" Tanya John.
Evan hanya tersenyum tipis, mengangguk satu kali dan hal itu tentu saja membuat teman-temannya terkejut.
"Siapa dia?" Tanya Dixon.
"Kalian pasti tahu, wanita yang mengamuk dan membuat keributan di cafe tempat kita biasa berkumpul, masih ingat?"
"Oh my God!" Teriak Klein seketika.
Begitu juga dengan Dixon dan John yang langsung mengumpati Evan.
*
*
Evan pulang dengan melajukan motornya, suasana malam yang tidak begitu dingin, masih di setengah perjalanan, Evan merasakan benda pipih yang ada dikantong celananya bergetar.
Tidak ingin mengundang bahaya di jalanan, Evan segera minggir, khawatir akan panggilan dari ponselnya sesuatu hal yang penting.
Tertulis nama Uncle Daniel di layar ponselnya, dan Evan segera mengangkat panggilan.
"Ada apa uncle?" Tanya Evan.
"Kau sedang berada di mana Ev?"
"Perjalanan pulang ke Apartemen, ada hal penting uncle?"
"Hem, bisakah malam ini kita bicara, ini tentang perusahaanmu, ada sesuatu yang ingin aku beritahu"
"Oh, okey uncle, 10 menit aku akan sampai di sana"
"Okey Ev, hati-hati di jalan"
Sambungan ponsel telah dimatikan, Evan merubah haluan menuju ke Rumah Mewah tempat Daniel telah menunggunya.
Nampak dua orang pengawal yang ada di pintu gerbang, menyambut kedatangan Evan dengan senyum ramah dan langsung mempersilakan masuk.
"Selamat malam Tuan Evan?" Sambut seorang pelayan yang kebetulan berpapasan.
"Malam" Evan menjawab dengan senyuman, lalu kemudian melanjutkan langkahnya, ruang kerja Daniel tujuan Evan selanjutnya.
Tangan Evan mengetuk pintu lalu mengucapkan salam, Daniel menyuruhnya masuk dan duduk dengan santai di kursi sofa yang ada dalam ruangan.
"Ini bacalah" kemudian Daniel memberikan sebuah berkas dalam map coklat.
"Apa ada masalah uncle?"
"Lihat saja sendiri" jawab Daniel.
Perlahan Evan membuka dan membaca dengan teliti, tak lama kemudian ada senyuman bahagia yang kemudian disambut pelukan oleh Daniel.
"Selamat ya, kamu berhasil membawa perusahaan yang hampir mati itu menjadi tegak berdiri kembali, bahkan banyak investor yang mendaftarkan diri untuk bekerjasama dengan mu"
"Akhirnya, aku bisa menegakkan kepalaku uncle"
"Hem, kabar ini sudah didengar oleh Edward, apa kamu tidak membutuhkan bantuan apapun?" Tanya Daniel penuh kehati-hatian.
"No, aku tahu arah pembicaraan uncle Daniel, Daddy menyuruh uncle untuk membujukku agar mau menerima suntikan dana dari perusahaan keluarga besar bukan?"
Daniel tertawa, kemudian mengangguk beberapa kali, sepertinya keponakan yang satu ini benar-benar memahami bagaimana keluarga besarnya mengkhawatirkan perjalanan karir dari semua keturunannya.
"Baiklah, nanti akan aku sampaikan pada Edward, dia pasti mengerti dan bangga padamu Boy"
"Thank you Uncle, kau terbaik"
"Tentu saja, aku bisa dipercaya"
Keduanya lalu tertawa, melanjutkan perbincangan akan hal-hal yang ringan, Daniel lebih banyak memberikan motivasi dan juga nasehat akan pergaulan yang dilakoni Evan di luar sana.
Waktu terus berlalu, selain Daniel butuh istirahat yang cukup untuk melanjutkan aktivitasnya besok, Evan juga sudah mulai diserang oleh rasa lelah, hingga keduanya memutuskan untuk mengakhiri perbincangan dan Evan kembali pulang.
"Kau mengatakan aku kau anggap keluargamu sendiri, tapi tidak pernah mau tinggal di sini, ini sudah sangat malam sekali Ev, Apa tidak sebaiknya kamu tidur di sini saja?"
"Tidak Uncle, aku sudah merindukan Apartemenku, terima kasih dan aku pulang"
"Okey, hati-hatilah" pesan Daniel sebelum akhirnya Evan melajukan motornya di jalanan.
Perjalanan yang tenang, tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalanan, dan Evan menikmati semuanya, namun tiba-tiba_"
Brak!!
Terdengar benturan begitu keras di depan sana, kemudian Evan melihat satu mobil melaju cukup kencang meninggalkan area, di saat yang bersamaan terdengar teriakan yang saling bersahutan meminta bantuan.
"Apa itu?" Ucap Evan kemudian melajukan motornya mendekati tempat kejadian.
"Tolong, ada mobil yang menghantam pinggiran jalan, pengemudinya seorang wanita dan tidak bisa keluar, tolonglah tuan!" Seorang wanita menghadang Ivan dengan histeris meminta pertolongan.
"Oh Shitt!"
Evan segera meminggirkan motornya, setelah itu berlari bersama wanita yang mengikuti di belakangnya.
Sebuah pemandangan yang mengerikan, dimana mobil sport berwarna pink itu ringsek dan sepertinya akan segera terbakar.
"Nona!, kau ada di dalam sana?" Evan berusaha memanggil.
"To-tolong, kakiku!" Terdengar jawaban dan seketika Evan langsung membuka pintunya dengan paksa, hingga terlepas.
Ada keterkejutan pada wanita yang ikut membantunya, bagaimana mungkin pintu itu begitu mudah di lepaskan oleh Evan, namun keadaan penyelamatan lebih penting di pikirkan.
"Aku mendapat kan mu!" Teriak Evan lalu menarik pengemudi wanita itu.
Penerangan diarea itu tidak begitu baik, hingga Evan hanya samar-samar saja melihat wanita yang kini berada dalam gendongannya, segera berlari meninggalkan area berbahaya dan_
Blam!
Mobil itu seketika meledak dan terbakar, sekilas Evan sempat tertegun ketika sempat melihat plat nomer sebelum hancur.
Yang makin penasaran..Yuk segera Komen, LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.