Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan
Mayong Saputra Suryolaksono, putra pertama dari pasangan papa Suryolaksono dan Mama Clara.
CEO Dirgantara Group. Mempunyai adik seorang dokter. dr. Bara, SpAn.
Masa kecil Mayong, menyisakan kenangan indah. Kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga kecil begitu terkenang olehnya.
Papanya, Suryolaksono hanyalah berasal dari keluarga biasa. Mama Clara lah yang berasal dari keluarga kaya, dari Amerika. Meski hubungan Mama Clara dan papa Suryo tidak mendapatkan restu dari keluarga besar, mereka tetap menikah. Lahirlah Mayong dan Bara.
Mayong kecil seakan menjadi saksi perjuangan papanya, yang berjuang dari titik nol untuk mengembangkan usahanya. Papanya seakan mau membuktikan bahwa beliau mampu tanpa campur tangan keluarga istrinya. Meski masih tinggal di rumah sederhana, tapi mereka sangat bahagia. Meski berusia tiga tahun setiap ditanya cita-cita Mayong mesthi menjawab kalau cita-citanya mau seperti papa.
Pagi itu Om Abraham sahabat papa datang dengan tante Gayatri istrinya. Om Abraham seorang dokter kandungan, selain sebagai dokter beliau juga mengajar.
"Mayong" panggil Om Abraham ketika melihatku main di halaman. Aku menghampirinya, tidak lupa mencium tangan om dan tante.
Om Abraham dan tante Gayatri nikah hampir bersamaan dengan papa, tapi tidak tau kenapa sampi sekarang belum mempunyai anak, padahal Mama Clara sekarang lagi mengandung calon adikku.
"Papa ada kan?" tanya om.
"Ada om, papa lagi di dalam" Mayong sambil bermain.
"Emang kamu gak kangen sama om dan tante?" Om Abraham tau-tau sudah menggendongku dari belakang.
"Kangen dong Om?" Mayong mencium pipi om Abraham. Tante Gayatri menoel pipi embulku karena gemas.
Ketika masuk rumah, terlihat papa dan mama duduk ngobrol di ruang tamu. Mereka tersenyum ketika melihat kami. Om Abraham adalah sahabat papa dari jaman kuliah, sebelum kenal mama. Menikah pun hampir barengan. Mama Clara adalah putri dari direktur perusahaan tempat papa bekerja. Tante Gayatri, adik tingkat Om dan papa waktu kuliah.
Mama Clara tiba-tiba meringis, merasakan kontraksi di perutnya. Mama Clara memang sedang hamil besar. Om Abraham yang memang seorang dokter kandungan langsung mendekat ke mama.
"Kayaknya mau lahir ni adiknya Mayong" analisa Om.
"TPnya masih minggu depan lho, waktu pemeriksan terakhir kamu kan bilang begitu?" tanya papa.
"Kalau TP nya masih minggu depan, berarti sekarang umur kehamilan Clara 39 minggu. Gak papa, sudah cukup bulan itu kehamilan Clara. Aman. Siap-siaplah!!!" Om Abraham memberi kode.
"Skalian aja, aku juga mau berangkat ke rumah sakit, visite".
Sesampai di rumah sakit, Mama Clara masuk ke ruang bersalin. Sejam kemudian adikku lahir laki-laki, Baratha Saputra S. Meski kenangan itu hanya secuil yang aku ingat, hari itu merupakan hari bahagiaku. Seorang anak kecil yang akan mendapatkan teman main di rumah. Kelahiran Bara tidak ditolong om Abraham, tapi oleh teman om yang perempuan. Karena papa menolak kalau ditolong oleh om Abraham, yang notabene sama-sama laki-laki.
"Mayong sini nak!! Mama Clara memanggilku. Aku mendekat ke samping tempat tidurnya."Ini adikku Mah???" binar kebahagiaan terlihat di netra mama.
"Iya, mirip ya sama kakak" Mama tersenyum. Besoknya mama sudah diijinkan pulang. Aku sering ikut membantu mama waktu mengasuh Bara. Aku jadi penjaga Bara, kalau mama lagi sibuk menyiapkan kebutuhan kami. Kalau papa, jangan ditanya. Papa sibuk mengembangkan usaha yang dirintisnya.
Om Abraham dan tante Gayatri juga masih sering mampir ke rumah kami. Tante Gayatri yang anggun, lemah lembut dengan netra coklat teduh sering ikut mengasuh kami berdua. Tante Gayatri, tapi sering aku memanggilnya mama. Mama Gayatri sering mampir ke rumah, kalau om Abraham bekerja. Mama Gayatri sering merasa kesepian, aku dan Bara lah hiburannya. Aku juga menyayangi mama Gayatri seperti menyayangi mama Clara
Tepat ulang tahun pertama Bara, papa mendapat kabar gembira dari om Abraham. Penantian bertahun-tahunnya terbayarkan dengan kehamilan mama Gayatri. Tampak jelas binar kebahagiaan di netra om dan mama Gayatri. Om Abraham sangat memperhatikan kehamilan mama Gayatri.
Mama Gayatri yang biasanya mampir ke rumah, sekarang aku, Bara dan mama yang main ke rumah Om Abraham. Biar ramai rumahnya, begitu kata Om Abraham. Om Abraham juga sempat bercanda dengan papa, waktu papa mampir menjemput kami.
"Suryo, lucu juga yaa kalau nanti kita besanan" canda Om Abraham.
"Emang kamu sudah tau kah, cowok ceweknya?" tanya papa. Mama Clara dan mama Gayatri hanya tersenyum.
"Feelingku sih cewek..waktu ku USG belum kelihatan jenis kelaminnya" ujar om Abraham.
"Memang enak yaa, kalau punya suami dokter kandungan" sela mama Clara.
"USG gretongan" canda mama Clara.
Mama Gayatri tersenyum.
"Gitu kok mau besanan, jenis kelamin aja belum ketahuan" papa Suryo tertawa.
"Mama Gayatri" panggil Mayong. "Mayong mau nanya, mama kok selalu pakai kalung itu kenapa?" tanya Mayong lugu.
"Ini tuh pemberian dari mamanya mama Gayatri Mayong, katanya ini kalung keberuntungan. Kalau nanti mama Gayatri melahirkan anak perempuan, kalung ini pasti kuberikan padanya" jelas mama Gayatri.
Delapan bulan berlalu, Papa Suryo sudah berada di rumah sakit menemani om Abraham. Hari ini mama Gayatri diacarakan operasi, karena dari hasil USG didapatkan ketuban habis. Om Abraham mendampingi dan menenangkan Om Gayatri. Operasi dilakukan oleh teman Om.
Begitu bayi dibawa keluar, dilakukan resusitasi kurang lebih satu jam ternyata bayinya tidak tertolong. Om Abraham sangat down, teringat perjuangannya untuk mendapatkan seorang anak. Sejam kemudian, setelah mama Gayatri dipindahkan ke ruang recovery merasa tiba-tiba sesak, nafas tercekik. Sambil mencoba meraih tangan suaminya yang tertidur di sampingnya. Om Abraham kaget melihat kondisi istrinya dengan ujung tangan dan kaki membiru. Tapi dengan melihat kondisinya seperti itu, om menduga ada emboli air ketuban. Mama Gayatri menghembuskan nafas terakhir tanpa meninggalkan pesan apa-apa. Takdir apa ini Tuhan, batinku. Papa Suryo mencoba memeluk sahabatnya untuk menguatkan. Begitulah kadang angan-angan tak seindah kenyataan. Om Abraham kehilangan dua orang yang sangat disayanginya.
Beberapa waktu kemudian, tumbuhlah Mayong dan Bara menjadi anak-anak yang mandiri. Meski kadang-kadang ada pertengkaran kecil di antara mereka. Mayong sekarang sudah kelas 3 SD, sedang Bara masih di TK. Mereka berdua sekolah di sekolah kalangan atas, seiring dengan majunya perusahaan papa Suryo.
"Hei, kamu" panggil seseorang anak di samping Mayong dengan jarak beberapa meter. Mayong berlalu begitu saja. "Hei, budeg yaa??? teriak anak itu. Tiba-tiba Mayong ditarik dari samping. "Hei, kalau dipanggil jawab dong!!!! Teriak anak itu disamping telinga Mayong sambil berkacak pinggang.
"Namaku bukan 'hei', aku punya nama" sahut Mayong dengan santai.
"Berani kamu yaaa" tantang anak itu sambil menarik krah baju Mayong.
Dialah David, kelas 3 SD juga. Beda kelas sama Mayong. Dengan postur lebih tinggi dari anak-anak lainnya, berasal dari keluarga kaya membuat dia arogan di sekolah itu. Anak dari keluarga James.
"Siapa namamu?" tanya David.
"Ngajak kenalan ni?" Mayong mengulurkan tangannya. Tangan Mayong ditepis oleh David.
"Sapa juga yang mau kenalan" elak David.
"Gak mau ngajak kenalan kok tanya nama" Mayong tersenyum sinis.
"Apa kamu bilang?" David mulai emosi. "Hari ini aku lepaskan kamu, awas kalau besok-besok!! ancam David. David berlalu karena sudah dijemput oleh sopir keluarganya.
"Ada-ada saja" gumam Mayong berlalu menuju parkiran.
#yang sudah like dan dukungan terima kasih#