Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegelisahan sang Pangeran
Sementara Raka, Aluna, dan Melina mencoba beristirahat dan merenungkan tawaran dari Penjaga Keseimbangan Dimensi, di dimensi sihir yang jauh dari tempat mereka, suasana kerajaan Eldar semakin tegang. Di dalam sebuah kastil megah dengan dinding-dinding batu yang menjulang tinggi, seorang pangeran muda bernama Radit sedang duduk dengan gelisah di kamar pribadinya yang mewah. Meski dikelilingi oleh semua kemewahan dan kenyamanan yang bisa diinginkan seorang pangeran, pikirannya kacau dan hatinya gelisah.
Radit menghela napas panjang, menatap cermin di depannya. Pangeran muda ini memiliki wajah tampan, tetapi dengan ekspresi wajah yang sedikit kekanak-kanakan. Rambutnya yang sedikit berantakan mencerminkan kepribadiannya yang cenderung sembrono, sama seperti Raka. Ia mengenakan jubah mewah, tetapi dengan cara yang terlihat asal-asalan, seperti seseorang yang tidak terlalu peduli dengan aturan-aturan kerajaan yang kaku.
"Kenapa semuanya harus serumit ini?" gumamnya, berbicara kepada dirinya sendiri seperti biasanya. "Aku hanya ingin menyenangkan ayah... Tapi sekarang, semua orang menekanku soal perjodohan ini."
Radit bangkit dari kursinya, berjalan bolak-balik di dalam kamar besar itu. Dia merasa seperti terjebak dalam perangkap yang tak bisa dia hindari. Sebagai anak terakhir dari Raja Eldar, Radit selalu berada di bawah bayang-bayang kakak-kakaknya yang jauh lebih berprestasi. Kakak-kakaknya selalu mendapat pujian dari ayah mereka, sang raja, sementara Radit hanya dipandang sebelah mata. Meski memiliki hati yang baik, Radit dikenal sebagai pangeran yang tidak terlalu serius dan sering membuat kekacauan kecil di istana. Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa menjadi anak yang diandalkan, sama seperti kakak-kakaknya.
Dan sekarang, perjodohan dengan Aluna, putri dari kerajaan lain, menjadi satu-satunya kesempatan yang ia lihat untuk mendapatkan simpati dari sang ayah. Meskipun Radit sebenarnya tidak mencintai Aluna, dia berharap dengan menikahinya, dia bisa mendapatkan pujian yang selama ini dia rindukan dari ayahnya.
Radit berhenti di depan jendela besar yang menghadap ke taman kerajaan. Dia bisa melihat para prajurit istana yang sedang berlatih di bawah sinar matahari yang memancar hangat. Dari kejauhan, suara pedang yang beradu terdengar samar-samar.
"Aku harus melanjutkan perjodohan ini," gumam Radit lagi, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Jika aku berhasil menikahi Aluna, mungkin ayah akan melihatku dengan cara yang berbeda. Mungkin... aku bisa menjadi pangeran yang akhirnya ia banggakan."
Namun, di dalam hatinya, Radit merasa ragu. Aluna bukanlah seseorang yang ia cintai, dan selama ini, dia hanya melihat perjodohan ini sebagai langkah strategis untuk mendapatkan pengakuan dari sang raja. Dia bahkan tidak tahu banyak tentang Aluna, selain dari cerita-cerita yang didengarnya di istana—bahwa dia cerdas, kuat, dan keras kepala.
“Aluna...” Radit menggumamkan nama itu pelan, mencoba memikirkan wajahnya. Sejujurnya, Radit merasa sedikit gugup setiap kali mendengar namanya. Meskipun dia tidak mengenal Aluna secara langsung, ada sesuatu tentang gadis itu yang membuatnya merasa tidak nyaman—mungkin karena dia tahu Aluna tidak akan mudah ditaklukkan. Dia tahu perjodohan ini bukan tentang cinta, setidaknya belum.
Pikirannya terganggu ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Seorang pelayan istana, berpakaian rapi dengan ekspresi kaku di wajahnya, masuk dan membungkuk hormat.
“Pangeran Radit,” kata pelayan itu dengan nada rendah. “Yang Mulia Raja memanggil Anda untuk hadir di ruang pertemuan istana.”
Radit merasa jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. "Ayah ingin bertemu denganku? Apa ini tentang perjodohan lagi?"
Pelayan itu tidak memberikan jawaban langsung, hanya menunduk dalam-dalam. "Aku tidak tahu, Tuan. Tetapi Yang Mulia Raja sudah menunggu."
Radit menghela napas berat. Dia merasa seperti anak kecil yang dipanggil untuk dimarahi setelah membuat kekacauan lagi. Meskipun sudah berulang kali berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari sang raja, setiap kali dia dipanggil, Radit selalu merasa gugup. Dia tahu betapa kecewanya ayahnya padanya dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang selalu sempurna di mata sang raja.
“Baiklah, aku akan segera ke sana,” jawab Radit akhirnya. Dia merapikan jubahnya, meski dengan asal-asalan, lalu melangkah keluar kamar menuju ruang pertemuan istana.
Ketika Radit tiba di ruang pertemuan, suasana di sana terasa tegang. Sang Raja, duduk di atas takhtanya, memandang ke depan dengan tatapan dingin. Radit bisa merasakan udara dingin yang terpancar dari sang ayah, seperti biasa. Di samping raja, berdiri beberapa penasihat kerajaan yang juga menatapnya dengan pandangan kaku.
"Pangeran Radit," suara raja terdengar keras dan tegas. "Kau sudah tahu mengapa kau dipanggil ke sini."
Radit menundukkan kepala, berusaha untuk tidak terlihat terlalu gugup. "Ya, Yang Mulia. Ini tentang perjodohan dengan Putri Aluna, bukan?"
Sang Raja mengangguk perlahan. "Benar. Kami telah mendengar kabar bahwa Putri Aluna melarikan diri. Dan sekarang, ada keraguan apakah perjodohan ini bisa dilanjutkan."
Radit menelan ludah, mencoba tetap tenang. "Tapi... Aluna pasti akan kembali, kan? Maksudku, ini hanya masalah waktu sampai dia ditemukan. Prajurit kerajaan sedang mencarinya, bukan?"
Sang Raja menatap Radit dengan mata yang dingin dan penuh rasa kecewa. "Kau terlalu naif, Radit. Putri Aluna tidak melarikan diri tanpa alasan. Jika dia tidak mau dijodohkan denganmu, maka ini bisa menghancurkan aliansi yang telah dibangun bertahun-tahun antara kerajaan kita dan kerajaannya."
Radit merasa tenggorokannya kering. Dia tahu bahwa ayahnya selalu melihatnya sebagai pangeran yang lemah, tidak kompeten, dan tidak sebanding dengan kakak-kakaknya. Perjodohan dengan Aluna adalah satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa dia juga layak mendapatkan posisi penting di kerajaan.
"Aku... aku akan melanjutkan perjodohan ini, Ayah," kata Radit, berusaha meyakinkan dirinya dan ayahnya. "Jika aku bisa menikahi Aluna, maka semuanya akan kembali normal. Kita bisa menguatkan aliansi ini. Tolong beri aku kesempatan."
Sang Raja memandangi putranya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Ini bukan soal kesempatan, Radit. Ini soal tanggung jawab dan kehormatan keluarga. Kau harus memastikan bahwa perjodohan ini terjadi, apa pun yang terjadi. Jika kau gagal... maka tidak ada lagi yang bisa kulakukan untukmu."
Radit merasakan tekanan yang luar biasa. Meskipun dia tidak pernah benar-benar mencintai Aluna, dia tahu bahwa pernikahan ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan simpati dari ayahnya. Tanpa itu, dia akan selamanya dipandang sebagai pangeran yang tidak berharga.
"Aku akan menemukannya, Ayah," kata Radit dengan suara tegas, meskipun di dalam hatinya dia merasa ragu. "Aku akan memastikan Aluna kembali ke sini, dan kami akan menikah sesuai rencana."
Sang Raja tidak tersenyum, tetapi dia mengangguk pelan. "Baiklah. Kau akan mendapatkan kesempatan ini. Tetapi ingat, Radit... ini adalah kesempatan terakhirmu. Jangan mengecewakanku lagi."
Radit menundukkan kepala dalam-dalam, merasa beban berat jatuh di pundaknya. Dia tahu ini adalah ujian terbesar dalam hidupnya. Jika dia gagal, dia akan selamanya menjadi pangeran yang gagal di mata ayahnya—dan mungkin juga di mata seluruh kerajaan.
Saat dia meninggalkan ruang pertemuan, Radit mencoba menenangkan pikirannya. Meskipun dia awalnya tidak mencintai Aluna, dia tahu bahwa dia harus melakukan apapun untuk membawanya kembali. Namun, di balik semua tekanan itu, ada sesuatu yang perlahan tumbuh di dalam dirinya—rasa penasaran dan mungkin, rasa peduli terhadap Aluna yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
---