Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Lima
"Kamu harus tau, aku dan Athalla adalah adek kakak. Dia tak pernah mengatakan ini'kan?" tanya Kevin.
Cecil terkejut mendengar kenyataan itu. Dia tak menyangka jika Kevin dan Athalla adalah adek kakak. Kenapa Athalla tak pernah mengatakan itu? Tanya Cecil dalam hatinya.
"Kenapa baru sekarang kamu mengakui aku adikmu, Bang? Selama ini aku berusaha mendekatkan diri, tapi kamu selalu menolak ku dan mengatakan jika kamu tak sudi memiliki adik sepertiku!" seru Athalla.
Entah sejak kapan Athalla berada di antara mereka. Cecil lalu memandangi wajah calon suaminya itu untuk meminta penjelasan atas apa yang Kevin katakan.
Kevin tampak cukup terkejut atas kehadiran adik tirinya itu. Mungkin tak mengira jika Athalla akan muncul di saat begini.
Athalla dan Cecil menunggu jawaban dari Kevin atas pertanyaan yang dia ajukan. Melihat Kevin hanya terdiam akhirnya dia bicara.
"Aku dan Kevin satu bapak. Tapi kami, atau tepatnya Kevin tak pernah mau mengakui itu. Dia mengatakan jika tak sudi memiliki adik sepertiku. Bagaimana mungkin aku mengatakan jika dia abangku sedangkan dia sendiri tak mengakui? Mamaku saja yang telah begitu baik dengannya, tak pernah dia hargai!" seru Athalla.
"Aku memang tak sudi mengakui kamu adik. Anak yang terlahir dari seorang wanita pelakor!" seru Kevin.
"Jaga ucapanmu, Bang! Mama ku tak tau jika papa telah menikah. Lagi pula, saat telah mengetahui semua itu, mama meminta pisah. Tapi papa yang tak mau!" balas Athalla.
"Mana ada maling mengaku. Cecil, kamu hati-hati saja, nanti bisa ketularan sial karena dekat dengan anak pelakor," ujar Kevin.
Tangan Athalla terangkat ingin menampar wajah abangnya itu, tapi ditahan Cecil. Dia menggelengkan kepala meminta calon suaminya itu mengurungkan niatnya.
"Tak ada gunanya melakukan kekerasan. Hanya akan mengotori tanganmu. Aku percaya dengan apa yang kamu katakan. Walaupun kalian saudara kandung sekali pun, aku akan tetap menikah denganmu," ucap Cecil dengan lirih.
Mendengar ucapan Cecil, tangan Kevin mengepal. Sepertinya pria itu berusaha menahan amarahnya. Dia mungkin tak terima dengan keputusan gadis itu yang akan tetap menikahi Athalla.
"Kita masuk saja. Tak ada yang perlu dibicarakan lagi," ajak Cecil.
Dengan bergandengan tangan mereka masuk ke supermarket. Tinggallah Kevin seorang diri. Pria itu memandangi kepergian mantan kekasihnya hingga menghilang ke dalam supermarket.
"Kau pasti akan menyesal setelah menikah dengan Athalla. Sudah aku katakan, jika dia tak sebaik yang orang-orang pikirkan," ucap Athalla pada dirinya sendiri.
***
Cahaya matahari sore menyapu lembut halaman rumah Cecil, menciptakan permainan bayangan di atas rumput hijau yang terawat rapi. Bunga-bunga bermekaran di taman, menambah keindahan suasana. Suara burung berkicau di kejauhan seolah merayakan kebahagiaan yang tak terhindarkan. Di dalam rumah, Cecil duduk di meja makan yang didekorasi sederhana dengan bunga mawar putih. Dia terbenam dalam catatan yang penuh dengan daftar tugas untuk persiapan pernikahan.
“Cecil?” Suara Athalla memecah keheningan. Pria itu muncul dari arah dapur dengan gelas berisi air lemon segar di tangannya. Dari tadi dia telah berada di rumah Cecil.
Cecil menatap Athalla dengan senyuman lebar. “Aku berusaha menyelesaikan semua ini sebelum besok. Kamu tahu, pernikahan kita sudah semakin dekat!”
Athalla meletakkan gelas di meja dan duduk di sebelah Cecil. “Tapi, kita kan sudah sepakat untuk merayakannya dengan sederhana? Jangan terlalu stres, ya!”
“Siapa yang bilang aku stres?” Cecil melirik sekilas, kemudian tertawa kecil. “Tadi aku cuma berpikir, kita mungkin butuh lebih banyak lilin untuk dekorasi malam nanti.”
”Kamu kan sudah beli dua puluh lilin! Ku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk penerangan. Kita bukan mau mengadakan festival lilin,” jawab Athalla sambil menyenggol bahu Cecil lembut.
Cecil mengerutkan dahi, berusaha serius. “Aku bisa membayangkan, jika perpaduan lilin dan bunga mawar putih itu akan terlihat cantik sekali, Atha! Romantis!”
“Baiklah, kalau begitu kita tambah. Tapi kita harus ingat, yang terpenting itu adalah kita bisa menikah dan berbagi momen ini dengan orang-orang terkasih. Bukan tentang seberapa banyak lilin,” Athalla berkata sambil menatap mata Cecil. Ada kedalamannya yang selalu membuat Cecil merasa tenang.
Cecil mengambil napas dalam. “Kamu benar. Kita hanya perlu fokus pada kita dan cinta kita. Biarkan sisi romantis itu datang dengan sendirinya.”
“Sekarang, berapa banyak daftar yang sudah kamu selesaikan?” Athalla bertanya sambil membuka catatan Cecil yang terletak di meja.
Cecil mulai menghitung dengan jari, “Hmmm, undangan sudah dibagikan, catering sudah dikonfirmasi, dekorasi tinggal menunggu beberapa bunga datang."
Mereka membicarakan tentang konsep pernikahan sederhana tapi romantis yang Cecil impikan. Di mana taman rumah dihiasi buang dan lilin. Setelah mereka merasa semuanya siap, diskusi pun bergerak ke arah makanan yang akan disediakan.
“Selain nasi dan lauknya, sebaiknya makanan kita tambah dengan sate dan soto. Semua makanan favorit keluarga kita,” ujar Cecil sambil mencatat di kertas.
“Maka jika kita tambahkan dessert sederhana, semua pasti puas. Bagaimana jika kita sediakan kue cupcakes mini? Semua orang suka cupcakes!” Saran dari Athalla.
“Boleh! Kita juga bisa menambahkan toping yang beragam, seperti cokelat, keju, dan stroberi. Aku sudah bisa membayangkan wajah mereka saat melihat ‘candy bar’ kita.” Cecil berkata sambil membayangkan suasana penuh warna di pesta mereka.
Athalla tertawa. “Kamu memang selalu bisa melihat hal-hal kecil yang membuat acara ini lebih menarik. Oke deh, cupcakes dan candy bar kita catat ya!”
Setelah beberapa jam berdiskusi, mereka menyelesaikan rencana dan menu. Namun, ketika mereka berdiri dari meja, tiba-tiba suara bel rumah berdering.
Cecil berjalan menuju pintu utama, ternyata mamanya yang baru pulang dari butik. Wanita itu langsung bergabung dengan keduanya.
“Oh, ingatlah untuk menjaga urutan acaranya, ya? Dan pastikan semuanya berjalan lancar. Mama bisa membantu apa pun itu jika diperlukan,” kata Mama sambil tersenyum penuh kasih.
Cecil merasa senang bercengkerama dengan mamanya dan Athalla. Bercanda ria secara kecil dan tak terduga semacam itu memberikan rasa damai dan kebahagiaan untuk Cecil. Gadis itu dapat melihat kebahagiaan di raut wajah sang mama sejak dia memutuskan menikah.
Tiba-tiba mama memeluknya, dan berkata, “Ingatlah, putriku, cinta itu tidak hanya sekadar merayakannya satu hari. Cinta itu dirawat setiap hari. Jagalah cinta ini, hargailah setiap momen bersamanya.”
Cecil mengangguk, bersyukur bisa mendapatkan nasihat berharga dari mamanya. Athalla juga terdiam, meresapi setiap kata yang keluar dari mulut Mama Cecil. Itulah yang mereka inginkan, sebuah pernikahan yang sederhana namun penuh makna.
Setelah beberapa jam bercengkerama, mamanya berpamitan masuk ke kamar untuk beristirahat. Cecil dan Athalla kembali ke meja, mendiskusikan apa yang telah mereka persiapkan.
Tinggallah mereka berdua yang masih berdiskusi tentang persiapan pernikahan yang akan berlangsung lusa.
"Semoga semua bisa berjalan lancar, dan tanpa ada halangan yang berarti ya, Ce?"
"Aku juga berharap begitu, Atha. Semoga semuanya sesuai yang di rencanakan. Pagi menikah dan malam harinya langsung acara pesta kecil-kecilannya. Aku tak sabar ingin melihat taman di sini berubah menjadi taman yang indah dan romantis," jawab Cecil.
Setelah semua persiapan dirasakan cukup, Atha pamit pulang. Matanya sudah sangat mengantuk.
"Aku pamit, besok kamu tinggal mempersiapkan diri saja. Semuanya biar aku saja yang urus."
"Kamu hati-hati. Jangan ngebut ...!" seru Cecil.
Cecil mengantar Athalla hingga calon suaminya itu masuk ke mobil. Setelah mobil menghilang dari pandangan barulah gadis itu masuk ke rumah.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...