BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan hati
Hari ini Eca mulai mencari kerja, dia melihat lowongan sebagai sekretaris du sebuah perusahaan. Sesuai dengan passion dan juga pengalaman kerjanya, Eca yakin dia pasti akan di terima bekerja di sana.
Wanita dua puluh lima tahun itu pagi ini sudah tampil cantik dengan rok span warna hitam sebatas betis namun terdapat belahan di bagian belakangnya hingga paha bawahnya sedikit terlihat. Eca memadupadankan roknya itu dengan sebuah kemeja berwarna lilac yang ia gulung sampai siku. Eca juga mengikat rambutnya menjadi satu kebelakang dengan rendah. Hingga memperlihatkan keuda telinganya yang masih di pasangi amazing mutiara kecil seperti kemarin. Sungguh manis penampilan Eca pagi ini.
Pagi ini pun sama dengan kemarin. Di mana Eca harus menelan makanannya dengan susah payah di bawah ketakutan karena sikap Bara yang belum melunak kepadanya.
"Kamu mau langsung berangkat habis ini Ca??"
"Iya Mbak"
"Kalau gitu bareng sama Mas mu aja. Boleh kan sayang??"
Eca langsung menolah pada Bara yang tampa berhenti mengunyah makanannya tanpa menjawab apapun.
"N-nggak usah Mbak. Soalnya aku belum tau mau ke perusahaan yang mana dulu karena hari ini ada tiga perusahaan yang mau aku datangi" Eca cukup sadar diri dengan reaksi Bara itu.
"Aku udah selesai Mbak, Mas. Aku berangkat dulu ya?"
Eca mengulurkan tangannya untuk Nola. Kakaknya itu adalah mengganti orang tua bahkan meski dari dulu mereka.mencari uang untuk hidup masing-masing tapi bagi Eca, dia tetap harus menghormati Nola.
Setelah mencium tangan Nola, Eca dengan sedikit ragu mengulurkan tangannya pada Bara. Dia sebenarnya tak yakin jika pria itu akan menerima uluran tangannya. Tapi tanpa di sangka Bara memberikan tangannya untuk Eca.
"Eca duluan ya Mas" Ucapnya sebelum mencium tangan Bara.
"Hmm" Sahut Bara dengan dingin.
Setelah Eca hilang di balik pintu rumah mewah itu. Nola menatap suaminya dengan heran.
"Kamu kenapa sih sayang? Kan kamu udah kasih ijin Eca tinggal di sini buat nemenin aku, kok sekarang kamu malah kelihatan nggak suka gitu sama adikku?" Nola sedikit kecewa dengan sikap Bara itu.
"Terus aku harus gimana? Kamu tau sendiri kan aku gimana sama orang lain apalagi wanita?"
"Tapi dia kan adikku sayang. Bersikaplah sewajarnya saja, dia juga adik kamu"
Nola tau kalau suaminya itu memang begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Dia juga tidak suka berinteraksi berlebihan dengan orang lain yang masih asing baginya.
"Ck, iya nanti ku coba. Aku berangkat dulu. Nanti kalau pergi kasih tau aku dulu"
"Iya sayang. Hati-hati ya"
Cup...
Bara mengecup bibir istrinya dan sedikit melu*atnya sebentar sebelum meninggalkan rumah.
Sementara itu, Eca masih berjalan keluar dari komplek perumahan mewah itu. Bukannya dia tak mencari taksi online, tapi sejak tadi tak ada satupun taksi yang mengambil pesanannya.
Jadi Eca memutuskan untuk berjalan keluar barangkali nanti ada ojek yang bisa mengantarnya ke kantor yang menjadi tempat tujuannya.
Kaki Eca sebenarnya agak terasa pegal karena harus berjalan cukup jauh dengan sepatu hak tinggi tapi mau bagaimana lagi. Kakak iparnya juga tidak mau memberikan tumpangan kepadanya.
"Mungkin Mas Bara sengaja menjaga jarak dariku. Takut kejadian kaya film yang sedang booming akhir-akhir ini kali ya. Tapi nggak papa deh, kalau itu demi kebaikan rumah tangga mereka. Aku juga nggak mau jadi maut untuk rumah tangga Kakakku"
Ketika Eca bergumam sendirian, ada sebuah mobil yang melewatinya dengan kecepatan sedang. Eca tau mobil itu milik siapa.
"Huffftt" Eca hanya membuang nafas kasarnya saja karena sikap Kakak iparnya itu.
🍀🍀🍀
Sekitar jam makan siang, Eca baru keluar dari ruang interview. Betapa bahagianya dia karena bisa di terima di perusahaan yang cukup menjanjikan itu dalam sekali pertemuan saja.
Padahal Eca sendiri tak yakin jika dia bis langsung di terima di sana. Eca juga belum mencari perusahaan lain lagi jika dia tidak di terima.
Sementara tadi yang ia katakan di depan Kakaknya jika Eca akan memasukkan lamaran ke tiga perusahaan, itu hanya bohong belaka. Itu hanya alasannya agar Nola tak memaksanya berangkat bersama Bara.
Senyum yang membuat wajahnya semakin cantik tak lepas dari bibir Eca ketika keluar dari perusahaan itu.
"Eca!!"
Eca mengenal betul suara siapa yang memanggilnya saat ini.
"Efan??"
Wajah Eca semakin sumringah ketika melihat laki-laki itu.
"Gimana wawancaranya, sukses?" Pria berlesung pipi itu mendekati Eca.
"Aku diterima di sini Fan"
"Syukurlah aku ikut senang"
"Tapi, kamu dari mana, kok di sini?" Setau Eca perusahaan tempat kerja Efan bukan di sana.
"Aku ceritain tapi kita sambil makan siang ya? Ada sesuatu juga yang mau aku omongin sama kamu, mau ya?"
"Emm, boleh" Eca tentu tak menolak ajakan makan siang dari pria yang selama dua tahun ini menarik hatinya.
Efan mengajak Eca makan di sebuah restoran. Efan juga sengaja memilih tempat yang tak terlalu ramai karena ada suatu hal yang ingin Efan katakan pada Eca.
"Jadi?" Eca meminta penjelasan.
"Oke aku jelasin, jadi aku kemarin kan minta pindah sama kantor cabang ke kantor pusat biar bisa dekat sama kamu. Sampai di sini, ternyata aku di pindah lagi ke HM Construction karena ternyata HM udah diakusisi oleh perusahaan ku karena terlilit hutang"
"Wah jadi perusahaan Bos kamu itu tambah besar kalau gitu"
"Iya, walaupun perusahaan yang dia miliki bukan perusahaan raksasa dan terkemuka, tapi dengan bergabungnya dua perusahaan tetap aja bikin dia makin kaya"
"Bener juga kata kamu Fan. Apalagi di bandingkan sama karyawan kaya kita. Jelas beda lah"
Kedatangan makanan yang Efan pesan tadi menghentikan percakapan mereka.
"Ca?"
"Hmm?"
"Sebenarnya ada yang mau aku katakan sama kamu" Efan terlihat gugup.
"Apa itu Fan?"
Efan meraih tangan Eca yang berada di atas meja. Menggenggam tangan itu dengan lembut dan penuh perasaan.
"Aku sayang sama kamu Ca. Udah sejak pertama kali kita kenal, aku suka sama kamu. Mau kan kamu menjalani hubungan yang lebih dari sekedar teman sama aku?"
"Fan, kamu serius?"
"Aku serius Ca. Ini juga alasan kenapa aku ikut kamu ke sini. Aku nggak mau jauh dari kamu Ca. Aku rela pindah kerja buat nemenin kamu di sini. Jadi gimana Ca? Kamu mau kan?"
Eca tentu saja senang mendengar pengakuan dari Efan karena dia memiliki rasa yang sama. Tapi karena rasa senangnya, Eca sampai bingung harus bagaimana menjawabnya.
"Gimana Ca?" Efan harap-harap cemas.
"A-aku mau Fan"
"Serius Ca??"
"Iya Fan, aku juga sayang sama kamu Fan"
Senyum lega tercetak di wajah Efan. Tangan pria itu juga menggenggam tangan Eca semakin erat.