Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suprise dapat suprise.
Hari-hari berganti tak terasa sudah hampir enam bulan berlalu. Beni sibuk dengan aktivitasnya melaut. Berhenti dari dermaga yang satu ke dermaga yang lain. Di saat masa senggang, Ben akan menghubungi tunangannya.
Hari ini. Nabil ada tugas kelompok di rumahnya. Tria dan Cindy serta teman laki-lakinya Jo dan Dona Ikut bergabung. Karena masing-masing kelompok harus 5 orang dan di campur laki-laki dan perempuan nya juga.
Mei sebagai tuan rumah tentu saja menyuguhkan makanan ringan pada anak dan temannya.
"Jangan repot Bund, biar nanti kami ambil sendiri." Ujar Tria sungkan.
"Nggak apa...Kalian yang rajin belajarnya." Nasehat Mei sebelum pergi kembali ke sekolah.
"Senangnya dapat mertua seperti Bunda." Ujar Jo tersenyum.
"Iya.. Aku juga demen.. Udahlah anaknya cantik, pintar Bundanya baik lagi. Oh senangnya" Sambung Donal puitis. Di selingi tawa kedua cowok tersebut.
Cindy memukul kedua temanya dengan bantal sofa yang ada di dekatnya. " Eh. pendaftaran sudah tutup. kalian masuk kelompok kami mau belajar atau becanda aja." Hardik Cindy kesal.
"Aduh. Takut deh. ampun mbak.." Ledek Jo pada Cindy yang akan memukulnya lagi.
"HM!...." Ada suara berat di depan pintu. Semuanya memandang ke arah di mana suara deheman tersebut.
Nabil terpana, ia gugup sekali. Karena tidak tahu kalau Ben pulang hari ini. Padahal semalam mereka masih telponan.
"Eh. Bang Ben.. Baru......" Tanya Cindy heboh. Tria menutup mulut gadis tersebut cepat,takut nanti ada kata yang tidak enak.
"Ya. Baru saja sampai setengah jam yang lalu dan Langsung ke sini. Karena kangen..! Eh tahunya yang di kangenin malah asyik becanda di sini." Sindir Ben. Nabil menarik nafas dalam. Ia masih saja diam tak bergerak sama sekali.
"Eh...Om.. HM siapa tadi Abang ini siapa.?" Tanya Jo menatap Ben tidak suka,apalagi dengan tampang Ben yang sudah berumur menurutnya.
"Om pacul mu. Ini tu.." Lagi-lagi mulut Cindy di bekal Tria.
"Apakah saya setua itu. Hingga kamu panggil saya Om.?" Tanya Ben mendekati Jo yang duduk bersama mereka. Terutama di samping Nabil yang diam membeku.
"Nyatanya memang begitu. Anda lebih tua dari kami." Tantang Donal tak kalah sengit.
Suasana menjadi makin dingin auranya. Untung saja Mei datang melihat mobil Ben di dalam rumahnya. Anak-anak lagi sedang makan dan ada Bu guru juga.
"Eh. nak Ben. kapan datang..?" Tanah Mei pada calon menantunya. Ben pun segera berdiri menyalami Mei takjub.
"Barusan Bund... Ayah mana Bund.?" Tanah Ben tanpa memperdulikan kedua cowok yang menjadi teman tunangannya.
Hatinya benar-benar panas, namun sebagai lelaki dewasa. Ia tidak mau menggebu-gebu seperti Jo dan Donal.
"Oh. pasti capek ya. Ayah kan kerja. Silahkan duduk nak." Ajak Mei pada Ben di meja makan. Karena Nabil dan temannya ada di ruang tamu.
"Bil. siapa sih dia.?" Tanah Jo yang penasaran.
"Nggak usah kepo jadi orang." Rasanya Cindy ingin sekali menendang kedua cowok itu keluar, kapan perlu keluar planet sekalipun.
Selagi temannya heboh begitu. Nabil pun masuk menemui Ben di ruang makan yang terhalang lemari besar, jadi tidak bisa terlihat.
Nabil langsung saja mengambil tangan Ben dan menyalaminya. Ben yang sedang berbicara dengan mertuanya kaget.
"Eh. Dek. Sudah selesai kerja kelompoknya." Tanya Ben yang sudah tahu dari Mei kalau Nabil sedang ada tugas kelompok. Dan memang Mei yang minta pada anaknya agar di kerjakan di rumahnya dari lada di luar.
"Belum. Secara garis besar sudah. Nanti aku siapkan sendiri saja." Jawab Nabil pelan.
Mei pun pergi lagi ke sekolah setelah meletakkan makanan di atas meja. " Makan dulu ya nak Ben. Bunda kembali ke sekolah dulu ya. Sebentar lagi Nia akan Bunda suruh ke sini untuk temani nak Ben selagi Kakak kerja kelompoknya." Dan di anggukan Ben.
"Kok. Nggak bilang semalam kalau Abang akan pulang.?" Tanya Nabil pelan. Ia takut percakapan mereka terdengar oleh temanya.
"Rencana mau kasih surprise. tapi malah Abang yang dapat surprise, tunangan Abang di rayu lelaki yang lebih muda dari Abang. Bahkan di bilang udah Om-om." Bisik Ben menyindir.
Nabil menunduk." Kan tidak aku layani Bang. Meraka emang dari dulu suka becanda begitu." Jujur Nabil.
Hati Ben mendidih.Nyatanya tunangannya banyak yang menggodanya. Dan itu biasa bagi gadis tersebut.
"Apakah ini sebabnya adek menolak Abang untuk menikahi secepatnya.?" bisik Ben lagi. Jika tidak ingat tempat ingin rasanya ia berteriak.
Nabil menoleh pada pria dewasa di sampingnya. Keningnya mengkerut menatap nya tidak percaya. Padahal Masalah ini sudah berapa kali di bahas. Tapi sekarang di ungkit lagi. Nabil melepaskan tangan Ben yang berada di pipinya secara paksa.
"Sepertinya Abang belum kenal dengan aku sepenuhnya." Nabil menarik nafas dalam dan membuangnya kasar. "Baiknya kita tidak usah ketemu dulu untuk beberapa hari ini. Lebih baik kita berbenah diri dulu." Ujar Nabil yang hendak meninggalkan Ben.
Dengan cepat Ben menariknya kembali hingga Nabil terduduk di pangkuannya. "Maafkan Abang. Jangan siksa Abang lagi untuk tidak bertemu.Ini sudah 6 bulan masak sekarang libur juga nggak ketemu. bisa merana hati Abang."Mohon Ben. Nabil berusaha berontak.
"Bang. Lepaskan.ini nggak baik." Lirih Nabil.
"Nggak. Jawab dulu. Kita nggak break kan." Tanya Ben penuh harap.
Nabil cepat menggeleng kepalanya takut nantinya ada salah satu sahabatnya masuk atau orang lain, kan bisa kacau. Ben pun melepaskan pelukannya. Nabil segera pindah ke kursi.
*Makanlah Bang. Bunda sudah susah siapkan buat mantunya." Sindir Nabil. Ben tersenyum, walau ia lihat masih ada rasa kesal di wajah Nabil.
"Kamu nggak sekalian dek." Nabil langsung menggeleng.
"Aku selesaikan tugas dulu."Nabil hendak berdiri. Nia datang berteriak memanggil Ben yang akan makan.
Gadis kecil tersebut meloncat naik ke pangkuan Ben. Dnegan senang hati Ben menyambutnya.
"Bang Ben..kok nggak kasih kabar Nia." Ujar cemberut. Dengan bibirnya yang maju sesenti.
Ben tertawa melihat tingkah Nia yang cemberut. " Ha..ha.. Abang punya hadiah buat Dedek. Kita jemput yok ke mobil." Ben pun berlalu menarik Nia manja.
Nabil pun akhirnya menutup semuanya dengan tudung saji. Agar tidak masuk debu atau di makan kucing liar.
Nabil kembali ke tempat temannya berkumpul. Kedua cowok tadi tidak ada di tempat.
"Kemana mereka berdua.?" Tanya Nabil heran.
"Ke laut." Jawab Cindy asal. Nabil dan Tria terkekeh.
"Katanya nya sih beli rokok di kedai depan. Dan aku cegah mereka merokok di dalam rumah." Tria menjelaskan. Nabil pun mengangguk paham
"Makasih ya." Ujar Nabil senang. Merk bertiga berpelukan seperti biasanya.
Ben dan Nia membawa beberapa hadiah. Banyak paperbag.Nia tertawa melihat kakaknya seperti Teletabis
.