El-Syakir namanya. kehidupannya biasa saja sama seperti manusia pada umumnya. hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan dan akhirnya ia dapat melihat mereka yang tidak terlihat
mata batinnya terbuka dan bahkan banyak dari mereka yang meminta bantuan padanya. berbagai rangkaian kejadian ia alami.
ia bertemu dengan hantu anak remaja laki-laki yang akan mengikutinya kemanapun ia pergi.
"bantu aku mencari siapa pembunuhku dan aku akan membantumu untuk menolong mereka yang meminta bantuan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
seorang laki-laki sedang menghisap sebatang rokok di kursi kebesarannya. tidak lama kemudian handphonenya bergetar.
drrrrtttt.... drrrrtttt...
📞halo. bagaimana apakah kamu sudah mendapatkan informasi mengenai keluarga itu...?
📞pesuruh
sudah bos, seperti informasi yang kita dapatkan, anak itu selamat namun sekarang dirinya dalam keadaan koma di rumah sakit
📞bagus, lanjutkan tugasmu berikutnya
📞 pesuruh
baik bos. tapi sepertinya akan sulit karena anak itu dijaga oleh pamannya, adik dari orang yang telah bos bunuh
📞lakukan bagaimanapun caranya, aku ingin kamu melakukan tugasmu sesuai perintahku
📞 pesuruh
siap bos, akan aku laksanakan
tuuuuut... panggilan dimatikan. senyuman terlukis dibibirnya
"akhirnya aku menemukan anak sialan itu juga. dengan anak itu, aku bisa mendapatkan apa yang aku mau"
"lihatlah dari neraka sana Burhan, aku akan menguasai semua yang kamu miliki" dirinya tersenyum licik
***********************************
"maafkan aku mas, aku mengajak mas bertemu di tempat ini" ucap Zidan
"tidak apa-apa. memangnya ada apa kamu memintaku datang ke mari. siapa yang menjaga Dirga...?" ucap ayah Adnan
"tenang saja mas, aku sudah menyuruh pengawalku untuk berjaga di kamar Dirga dan tidak mengizinkan siapapun yang masuk selain dokter, aku dan mas Adnan" jawab Zidan
"terimakasih kamu begitu peduli dengan Dirga"
"jangan sungkan mas, Dirga keponakanku, setelah mas Burhan dan mba Ayu meninggal, hanya dia keluargaku satu-satunya"
ayah Adnan tersenyum, ia merasa lega kalau selama ini anaknya mendapatkan keluarga yang sangat menyayanginya.
"jadi, apa yang ingin kamu bicarakan...?" tanya ayah Adnan
"untuk beberapa hari ke depan aku harus ke luar kota untuk melakukan perjalanan bisnis. aku meminta kepada mas untuk memantau keadaan Dirga, entah kenapa akhir-akhir ini perasaan ku merasa tidak enak dengan keadaan Dirga" jawab Zidan
"tenang saja Zidan, tentu aku akan terus memantau keadaannya. setiap hari aku akan menjenguknya. dia anakku, jelas aku harus melakukan itu" ucap ayah Adnan
"dan satu lagi mas"
"apa itu...?"
"apakah mas sudah memikirkan perkataanku tempo hari...?"
"itu...."
"tolonglah mas, hanya mas satu-satu harapanku. aku mohon mas" Zidan memohon
"tapi aku tidak tau mengurus perusahaan Zidan, aku takut tidak akan mampu"
"mas jangan khawatir. seperti perkataanku tempo hari, aku akan mengajari mas sampai mas bisa. ku mohon bantu aku mas, hanya mas harapanku sekarang"
ayah Adnan menghela nafasnya berat. sejujurnya ia sama sekali tidak tertarik untuk mengelola perusahaan, selain tidak mempunyai bakat, ia juga tidak tau apa yang harus dilakukan untuk menjadi pimpinan perusahaan, apalagi perusahaan besar yang dibangun oleh sahabat lamanya, Burhan.
"aku akan bicarakan dulu dengan istriku, semua tergantung keputusan yang akan kami ambil"
"tentu saja mas, ridho seorang istri memang sangat diperlukan dalam setiap langkah kaki suaminya" Zidan tersenyum
"kamu sudah menikah...?" pertanyaan spontan keluar dari mulut ayah Adnan
"Alhamdulillah sampai sekarang aku masih bujang mas, hehehe"
"masih bujang malah di syukurin, kamu itu sudah mapan untuk berkeluarga. kenapa belum menikah...?"
"tidak ada yang mau denganku mas. aku juga heran kenapa para wanita tidak tertarik denganku. padahal sepertinya wajahku tidak kalah tampan dengan mas Adnan"
"aku sudah tua, jelas kamu lebih tampan. mungkin bukan karena tidak ada yang tertarik denganmu tapi lebih ke kamu terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga lupa untuk mencari pasangan. atau kamu tidak membuka hati untuk mereka yang ingin mengenalmu lebih jauh lagi"
perkataan ayah Adnan langsung menohok ke dalam hati Zidan. memang selama ini dirinya selalu menomor satukan pekerjaan sampai banyak wanita yang ingin mendekatinya namun ia tidak memberikan mereka kesempatan.
(apa memang selama ini aku seperti itu ya) batin Zidan
"apa yang kamu pikirkan" ayah Adnan membuyarkan lamunan Zidan
"ah tidak, bukan apa-apa"
"jadi kapan kamu akan berangkat...?"
"in shaa Allah besok pagi. malam ini aku mau menemani Dirga di rumah sakit"
"kamu sangat menyayangi Dirga dengan tulus. terimakasih Zidan" ucap tulus ayah Adnan
"tentu saja aku menyayanginya, dia keluargaku satu-satunya" ucap Zidan
"kamu bisa menganggap aku sebagai keluargamu kalau kamu mau"
"benarkah...?"
"tentu saja, bukankah dari dulu kita sudah seperti keluarga, sampai akhirnya kalian pindah ke kota lain. anggap saja aku adalah kakakmu. kamu tau kan aku dengan Burhan adalah sahabat. bahkan dulu aku sering bermain denganmu saat kamu masih kecil" ayah Adnan tersenyum hangat
"maafkan atas perbuatan mas Burhan, aku sebagai adiknya mewakilinya untuk meminta maaf" Zidan merasa tidak enak hati
"tidak perlu membahas itu, itu semua adalah masa lalu. yah anggap saja Ayu bukanlah jodohku, jodohnya yang sebenarnya adalah Burhan. semuanya sudah direncanakan Tuhan, tidak perlu disesali"
"tapi ada satu hal yang ingin aku tanyakan"
"apa itu mas...?"
"apakah Ayu dan Burhan tidak memiliki anak selain Dirga anakku...?"
"tidak mas. dulu mba Ayu pernah hamil namun ia keguguran karena kecelakaan. rahimnya diangkat hingga ia tidak bisa hamil lagi" jawab Zidan
(kamu sangat kaya, tapi tidak memiliki penerus Burhan. pantas saja semuanya kamu alihkan ke Dirga. hidup memang sungguh tidak ada yang tau.semoga kalian tenang di alam sana) batin ayah Adnan
setelah pertemuan mereka, Zidan kembali ke kantor karena harus mengurus beberapa hal untuk perjalanan bisnisnya.
sekretaris...?
tentu saja Zidan mempunyai seorang sekretaris, namun sekretarisnya itu ia tugaskan mengerjakan yang lain.
tok...tok...tok
"masuk"
seorang wanita memakai pakaian kantor masuk ke dalam ruangan bosnya
"permisi pak, ini berkas yang bapak minta kemarin"
"sudah kamu periksa semua kan kelengkapannya...?"
"sudah pak, semua sudah aku periksa. ada lagi yang harus aku bantu...?"
"tidak, kamu bisa kembali ke mejamu. jangan lupa persiapkanlah dirimu untuk ikut denganku besok"
"baik pak"
wanita itu keluar. setelah selesai dengan pekerjaannya, Zidan segera meluncur ke rumah sakit untuk menjenguk Dirga.
saat tiba di lobi rumah sakit, ia menabrak seseorang.
brukk....
"maaf mas" ucap Dirga
"tidak apa-apa" jawab orang tersebut
"mas Rudi...?"
"loh Zidan, ya ampun sudah lama sekali kita tidak bertemu. bagaimana kabarmu...?" tanya seseorang yang bernama Rudi itu
"Alhamdulillah baik mas. mas kemana saja, seperti hilang ditelan bumi, bahkan pemakaman mas Burhan saja mas tidak datang" ucap Zidan
"maaf Zidan, waktu itu mas juga mengalami hal buruk dan tidak sempat hadir. maafkan aku, aku menyesal tidak melihat Burhan untuk terakhir kalinya" jawab Rudi
"tidak masalah. jadi sekarang mas Rudi ada di kota ini...?" tanya Zidan
"hummm, aku baru datang beberapa minggu yang lalu. kapan-kapan kita harus ngopi bareng untuk menceritakan banyak hal" jawab Rudi
"pasti mas. oh ya ngomong-ngomong mas kok di sini, mas sakit...?"
"ah iya, mas mengalami alergi karena habis makan udang. jadinya mas datang memeriksa ke dokter. kamu sendiri ngapain di sini. oh ya bagaimana keadaan Dirga...?"
"Dirga koma mas, setelah tragedi itu dan sampai sekarang Dirga belum sadarkan diri"
"kasian sekali anak itu" ucap Rudi
handphone Rudi bergetar, ia segera menerima panggilan itu.
📞 Rudi
bagaimana, apakah sudah selesai...?"
📞 Rudi
bagus, lakukan dengan cepat. nanti aku hubungi lagi
"Zidan, maaf sepertinya aku harus pergi"
"oh iya mas"
"kalau begitu aku pergi dulu ya, nanti kita bertemu lagi" menepuk pelan bahu Zidan
"iya mas"
mereka kemudian berpisah. Zidan segera masuk ke dalam lift menuju lantai 4 tempat kamar rawat Dirga berada.
saat tiba, ia melihat pengawal yang ditugaskan berjaga tertidur nyenyak tergeletak di lantai.
"ck...malah molor mereka"
Zidan segera masuk ke dalam namun betapa terkejutnya saat masuk, ia tidak mendapati Dirga di ranjangnya.
"loh, kenapa tidak ada...?"
Zidan memeriksa ke dalam kamar mandi, mungkin saja Dirga sudah sadar dan sedang berada di kamar mandi namun sayangnya tidak ada dirinya di dalam sana.
(perasaan khawatirku akhir-akhir ini ternyata terjadi juga. akan ku habisi yang melakukan ini) Zidan mengepalkan tangannya kuat
ia segera keluar dan membangunkan pengawalnya
"bangun... bangun, kalian semua" teriak Zidan
mereka tidak bangun juga, hingga akhirnya Zidan mengambil air di dalam dan menyiramkan di wajah mereka.
byuuurr...
"bangun" teriak Zidan dengan kerasnya
seketika mereka tersadar dan langsung berdiri tegak.
"dasar bodoh. kenapa bisa kalian tertidur saat bertugas...?"
"maaf bos" ucap mereka menunduk
"maaf maaf. kalian tau, tuan muda kalian sekarang hilang tidak ada di dalam. kalau dia tidak ditemukan akan ku tebas kalian semua" ucap Zidan penuh emosi
"hilang...?" mereka kaget
"iya, dan semua itu karena kecerobohan kalian. sekarang juga cepat cari tuan muda sampai ketemu"
"baik bos"
mereka segera melaksanakan perintah, sedangkan Zidan, ia pergi untuk memeriksa cctv siapa yang sudah masuk ke dalam kamar rawat Dirga
***********************************
sementara itu, tiga anak remaja sedang menjalankan janji mereka, janji untuk menemui ibu dari Bima yang sudah sebulan ini telah mengikuti mereka.
Leo membonceng El, sedangkan Vino sendirinya.
alamat yang mereka tuju cukup jauh, bahkan sekarang mereka sudah berkendara kurang dari 2 jam lebih.
masih dengan menggunakan seragam sekolah, mereka menyusuri jalan raya.
tiba-tiba saja Vino berhenti di sebuah toko yang menjual pakaian. karena Vino berhenti, otomatis Leo pun memberhentikan motornya.
"kenapa berhenti Vin...?" tanya Leo
"beli pakaian dulu terus gantian. masa iya pergi dengan masih mengenakan seragam sekolah gini" jawab Vino
"iya juga ya. ayolah kita masuk cari pakaian yang cocok untuk kita" ucap Leo
"emm tunggu" ucap El
"kenapa El...?" tanya Vino
"gue nggak bawa uang, uang gue ketinggalan di rumah pas mau ke sekolah tadi" jawab El
"aish...gue kira kenapa. udah tenang aja, gue yang bayar. kalian cukup mencari pakaian ternyaman dan memakainya" ucap Vino
mereka bertiga masuk dan mencari baju serta celana yang akan dikenakan.
setelah selesai urusan dengan pakaian, mereka melanjutkan perjalanan. sekitar beberapa menit akhirnya mereka sampai juga di alamat yang dituju.
"benar nggak sih yang ini rumahnya...?" tanya El
di depan mereka terdapat rumah yang sangat sederhana namun bersih dan terlihat nyaman. sepertinya penghuninya sangat menjaga kebersihan.
"kayaknya iya deh, nih sesuai alamat yang diberikan kak Bima" jawab Leo
"benar ini rumah kak Bima...?" tanya Vino
"iya" jawab Bima
"assalamualaikum" salam El namun tidak ada jawaban
"assalamualaikum"
"wa alaikumsalam"
pintu rumah terbuka, tampaklah seorang ibu yang memakai sarung dengan jilbab seadanya. ia menatap ketiga anak itu.
"ada apa ya...?"
"benar ini rumahnya ibu Hilda...?"tanya El
"iya, saya sendiri. kalian ini siapa ya...?"
"boleh kami masuk Bu, kita bicara di dalam" ucap El
"silahkan, silahkan masuk" ibu Hilda membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan mereka masuk
"tunggu sebentar ya"
ibu Hilda meninggalkan mereka masuk ke dalam kemudian kembali lagi dengan tiga cangkir teh dan kue lapis.
"silahkan diminum tehnya"
"aduh Bu, harusnya ibu nggak usah repot-repot. kami merasa tidak enak hati" ucap Vino
"tidak apa-apa, kalian adalah tamuku. sudah sewajarnya saya menjamu kalian. tapi maaf ya, seadanya saja"
"ini sudah lebih dari seadanya bu" ucap Leo
"jadi, kalian ini siapa dan ada perlu apa kemari...?"
"emmm begini Bu, kami ingin membicarakan tentang kak Bima" ucap El
"Bima, Bima anak saya...?"
"iya Bu"
"ya Allah, kalian teman-teman Bima. bagaimana kabarnya sekarang, dia sudah lama sekali tidak pulang. semenjak kami bertengkar kemarin, dia sudah tidak pulang ke rumah" ibu Hilda meneteskan air mata
Bima yang melihat ibunya menangis, dirinya pun tidak kuasa menahan air matanya.
"begini Bu, sebenarnya kami datang kemari untuk memberi kabar bahwa kak Bima telah meninggal dunia" ucap El hati-hati
"a-apa, m...m-meninggal...?" ibu Hilda seketika merasa sesak nafas mendengar kabar itu
"tidak...tidak mungkin. ya Allah anakku Bima....anakku, ya Allah" ibu Hilda menangis kencang hingga akhirnya jia atuh pingsan
"Bu, ibu..." El memegang tubuhnya agar tidak terjatuh
mereka semua mengangkat tubuh ibu Hilda dan membaringkannya di sofa.
"ada yang punya balsem atau apa gitu...? tanya El
"tunggu bentar, nih gue punya minyak telon" ucap Leo
mereka membaluri hidung ibu Hilda dengan minyak telon. tidak lama kemudian ibu Hilda sadarkan diri.
"Bima, anakku Bima" ibu Hilda langsung menangis mengingat anaknya
"ikhlas Bu, semua sudah takdirnya kak Bima" Vino menenangkan ibu Hilda
mereka membiarkan sejenak ibu Hilda menangis hingga perasaannya merasa tenang. kini ibu Hilda sudah dapat menguasai perasaannya.
"jadi kami datang kemari untuk menyampaikan amanah kak Bima" ucap Vino
"amanah...?"
"iya Bu. kak Bima bilang di dalam laci mejanya ada ATM dan rekening. ibu bisa menggunakan itu untuk kebutuhan ibu, sandinya adalah tanggal lahir Bima" ucap Vino
"dan satu lagi" Vino mengambil sesuatu di dalam tasnya
"ini untuk ibu. ini adalah punya kak Bima yang akan diberikan kepada ibu. kak Bima bilang dia minta maaf atas semuanya karena tidak sempat menemui ibu lagi" lanjut Vino
ibu Hilda mengambil kotak itu dan membukanya. sebuah kalung cantik tersimpan rapi didalamnya.
Bima merasa tenang akhirnya amanahnya tersampaikan juga. ia mendekati ibunya dan memeluknya untuk terakhir kalinya.
"kenapa aku merasa dingin ya" ucap ibu Hilda
ketiga remaja itu hanya tersenyum karena jelas saja ibu Hilda merasa dingin, Bima sekarang sedang memeluknya.
"terimakasih" ucap Bima
Bima tersenyum kepada mereka bertiga setelah itu perlahan tubuhnya menghilang bagai debu.
"selamat jalan kak Bima" batin mereka