NovelToon NovelToon
Istri Untuk Sean

Istri Untuk Sean

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua / Konglomerat berpura-pura miskin
Popularitas:954.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Jiriana

Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.

Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.


"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire

"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena

"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlibat Masalah

Claire menatap gedung tinggi yang ada di hadapannya setelah turun dari taksi. Tidak lama setelah Sean menurunkannya dari mobil, Claire menghentikan taksi untuk pergi ke perusahaan Sean.

Setelah merapihkan penampilannya, Claire melangkah masuk ke dalam gedung itu menuju meja resepsionis dan mengatakan maksud kedatangannya. Setelah mendapatkan kartu akses, Claire berjalan menuju lift untuk naik ke lantai 20.

"Apa kau yang bernama Claire?" tanya seorang wanita sebahu berumur sekitar 37 tahun yang sedang menatap Claire dengan wajah datar.

"Iya," jawab Claire sambil menggangguk.

Saat ini Claire sedang berada di sebuah ruangan bersama dengan seorang wanita yang menjabat sebagai Manager HRD bernama Jenita.

Jenita menatap sejenak penampilan Claire lalu beralih menatap tablet yang ada di tangannya. Dia sedang melihat resume Claire yang ada di tablet tersebut.

Setelah tiba di kantor, Sean menyuruh asistennya pergi ke HRD untuk memberitahukan mengenai kedatangan Claire. Pagi tadi, sebelum berangkat ke kantor, Sean sudah menyuruh Claire untuk mengirimkan lamaran Claire kepada Manajer HRD melalui email. Surat lamaranmya tentu saja sudah dirubah oleh Claire terlebih dahulu sebelum dikirim kepada bagian HRD.

Tatapan Jenita tertuju pada pendidikan terakhir yang tertera di curiculum vitae Claire. Jenita melayangkan tatapan ragu padanya sebelum menghela napas.

"Baiklah, silakan isi ini." Jenita meletakkan kertas di atas meja Claire, "aku beri waktu 45 menit untuk menyelesaikannya." Jenita kemudian duduk di meja yang ada di depannya.

Claire memandang kertas itu untuk sesaat lalu mulai mengerjakannya, sementara Jenita terus mengawasinya hingga Claire menyelesaikan tes tertulis dan melakukan wawancaran bersama dengannya.

"Kau tunggu di sini." Aku akan segera kembali. Jenita pergi dengan membawa kertas milik Claire.

Setengah jam kemudian dia kembali lagi ke ruangan di mana Claire berada bersama dengan seorang pria untuk melakukan sesi wawancara kedua. Selesai melakukan sesi wawancara, Jenita kembali pergi bersama dengan pria itu.

Sementara di lantai paling atas, terdengar suara ketukan pintu di ruangan Sean. "Masuk."

Jenita berjalan menuju meja Sean yang sedang berbicara dengan asistennya, Ken. "Permisi Tuan Sean, saya kemari untuk menginformasikan mengenai hasil tes Nona Claire."

Sean menghentikan pembicaraannya dengan asistennya dan mengalihkan pandangannya pada Jenita. "Bagaimana hasilnya?"

"Nona Claire dinyatakan lulus dan layak untuk diterima di perusahaan ini. Bahkan tes tertulis Nona Claire mendapatkan nilai tertinggi diantara semua yang pernah melemar di perusahaan ini."

Sean terdiam beberapa saat. Tidak nampak emosi apapun dalam wajahnya setelah mendengar informasi dari Jenita. "Lalu bagaimana hasil wawancaranya?"

Jenita mulai memaparkan mengenai sesi wawacara pertama dan kedua yang Claire lalukan tadi. "Baiklah, suruh dia bekerja mulai besok," ucap Sean setelah Jenita menjelaskan semuanya.

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu."

Jenita kembali lagi ke ruangan di mana Claire berada setelah sempat pergi ke ruangan Sean untuk melapor. "Aku tidak menyangka kau bisa melewati semua tes ini dengan baik."

Tentu saja Jenita sedikit terkejut dengan hasil tes yang dilakukan hari ini. Dalam curiculum vitaenya, Claire hanya mencantumkan lulusan sekolah menengah atas, itu pun sekolah yang dia cantumkan tidak terkenal dan berasal dari desa.

Jenita sebenarnya mencurigai kalau Sean memiliki hubungan personal dengan Claire. Selama ini belum ada pelamar yang hanya lulusan sekolah menengah atas di perbolehkan untuk melamar sebagai staff di perusahaan Sean. Sebab itulah Jenita sedikit heran saat asisten Sean memberitahukannya mengenai Claire yang akan menjalani tes untuk menjadi staff di perusahaan Sean.

"Kau diterima di sini. Selamat bergabung dengan perusahaan kami. Aku harap kinerjamu nanti sama bagusnya dengan hasil tesmu hari ini," ucap Jenita sambil mengulurkan tangan pada Claire.

Claire menerima uluran tangan Jenita itu sambil tersenyum. "Terima kasih."

Claire bisa melihat ada jejak senyuman mengejek dari sudut bibir Jenita saat pertama kali melihatnya. Sedari awal, Claire melihat kalau wanita di depannya itu sempat meremehkannya setelah melihat informasi mengenai pendidikannya.

"Kau sudah bisa bekerja di sini mulai besok." Jenita memandang penampilan Claire sejenak, "kalau bisa ubah cara berpakaianmu."

Claire menunduk untuk melihat pakaian yang yang dia kenakan. Dia merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya saat ini. Dia berpakaian sopan dan tertutup hanya saja dia memang berpenampilan layaknya gadis desa yang lugu.

Untuk sesaat, Claire mencibir wanita di depannya itu dalam hati. Claire sangat muak dengan orang yang suka menilai orang dari penampilannya dan bukan dari otaknya. Terlebih lagi pakaian yang dia gunakan sudah memenuhi standar perusahaan pada umumnya.

"Penampilanmu tidak cocok dengan citra perasaan kami. Aku harap kau bisa mengubah sedikit penampilanmu," lanjut Jenita lagi setelah melihat wajah bingung Claire.

Selesai berbicara dengan Jenita, Claire pulang ke rumah menggunakan taksi. Sampai selesai makan malam, dia sama sekali tidak bertemu dengan Sean. Menurut ibunya, Sean sedang lembur di kantornya sehingga akan pulang terlambat.

Claire tentu saja senang karena dia tidak harus bertemu dengan Sean, apalagi dia masih kesal karena saya sudah menurunkannya di pinggir jalan tadi pagi.

Esok harinya, Claire berangkat lebih dulu ke kantor diantar oleh sopir kakek Sean. Dia sengaja tidak sarapan karena tidak mau bertemu dengan Sean, apalagi harus dipaksa lagi berangkat bersama dengannya.

Sesampainya di kantor, Claire pergi ke kantin kantor untuk sarapan terlebih dahulu untuk sarapan. Selesai sarapan, dia naik ke lantai 19, sesuai instruksi Jenita kemarin. Claire memperkenalkan dirinya pada teman satu divisinya dan duduk di tempat yang sudah disediakan untuknya setelah selesai memperkenalkan diri.

Beragam reaksi di terima oleh Claire saat dia memperkenal diri tadi. Berapa orang terlihat sinis, meremehkan, ada juga yang antusias dan beberapa lainnya terlihat tidak peduli dengannya.

Beberapa dari mereka juga berbisik-bisik dengan nada mengejek setelah tahu kalau Claire hanya gadis dari desa yang bahkan tidak menempuh pendidikan tinggi, tetapi Claire nampak tidak memperdulikan mereka.

"Claire, katakan padaku, bagaimana kau bisa masuk ke perusahaan ini dengan pendidikan rendahmu?" Seorang wanita berambut ikal dan berwajah bulat bertanya pada Claire dengan wajah penasaran.

Claire melirik malas pada wanita yang berada di sebrang meja kerjanya. Claire tahu kalau wanita itu sengaja melontarkan pertanyaan seperti itu untuk mempermalukannya.

"Tentu saja dengan mengikuti seleksi," jawab Claire dengan acuh tak acuh.

Beberapa orang terlihat mencibirnya. "Tidak mungkin, di kantor ini belum ada satu pun staff yang hanya memiliki pendidikan rendah sepertimu."

Claire yang sedang membereskan mejanya, seketika mengerutkan dahinya. "Lalu apakah menurutmu kau yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari pada aku, juga memiliki otak lebih cerdas dariku?"

"Kau ... " Wanita berambut ikal itu terlihat tidak terima dengan perkataan Claire, "Kau hanya anak baru, beraninya berkata seperti itu padaku." Wanita itu berdiri dari mejanya dan menatap marah pada Claire setelah mendengar perkataannya.

"Weny, sudahlah. Untuk apa kau meladeni dia? Dia tidak selevel dengan kita," sela wanita berambut pendek bernama Susan yang duduk di sebelahnya.

Susan dan Weny memang teman baik dan sifat mereka tidak jauh berbeda yaitu suka merendahkan orang lain.

"Kalian ini suka sekali menindas anak baru. Jangan seperti itu, kita digaji di sini untuk bekerja. Bukan untuk bergosip apalagi untuk menilai kelayakan seseorang. Kalau Claire bisa masuk ke perusahaan ini, itu berarti otaknya mampu dan dia memang pantas berada di sini," sahut pria bertubuh tinggi dan berwajah manis yang duduk di tepat di sebelah kiri Claire yang bernama Rafa.

"Bisa saja dia menggunakan jalur dalam," celetuk Weny dengan wajah mencemooh.

Dua wanita di depannya, ingin sekali Claire merobek mulutnya. Mereka menganggap tinggi dan merendahkannya hanya karena pendidikannya? Claire ingin sekali tertawa melihat sikap sombong dua wanita di depannya itu. Dia sangat penasaran, bagaimana reaksi dua wanita itu jika mereka tahu indentitas aslinya. Akankah mereka menjilatnya karena statusnya yang tinggi?

Sebelum Claire membuka mulutnya, wanita yang duduk di sebelah kanannya lebih dulu menoleh pada Claire dan berkata, "Jangan dengarkan mereka berdua. Dari dulu mereka memang seperti itu. Jangan dimasukkan ke dalam hati," sela wanita bertubuh kecil dan berambut sebahu yang bernama Sisy.

Saat jam istirahat, Claire pergi ke kantin bersama dengan Sisy dan Rafa. Hanya mereka berdua yang bersikap baik padanya, lainnya, tidak ada yang mau dekat dan berteman dengannya. Meskipun hanya Weny dan Sisy tidak menyukai Claire, tetapi yang lainnya nampak tidak begitu peduli dengan keberadaan Claire dan terlihat tidak mau mengakrabkan diri dengannya.

Selesai makan siang, mereka kembali ke ruangan mereka. Di sana sudah ada managernya yang menunggu Claire. "Claire, berikan ini pada sekertaris tuan Sean dan minta tanda tangannya. Aku ada meeting dengan divisi lain. Nanti letakkan saja di mejaku."

Manager Claire bernama Hanna menyodorkan kertas petih pada Claire. Beberapa orang yang ada di ruangan itu menatap ke arah Claire, ada yang iri dan ada juga nampak heran.

Claire adalah anak baru, bagaimana bisa dia sudah diberikab tugas penting seperti itu? Bahkan mereka yang sudah bekerja lama di perusahaan itu saja tidak pernah melakukan tugas seperti itu. Menginjakkan kaki di lantai 30 saja mereka belum pernah.

Claire terlihat ragu sejenak pada kertas yang ada di tangan managernya. "Kenapa? Apa kau tidak mau?" tanya Manager Hanna ketika melihat Claire belum juga mengambil dokumen itu.

"Bukan begitu, hanya saja ...."

Weny segera berjalan menuju Manager Hanna dan menawarkan diri. "Biar aku saja yang mengantarnya."

Manager Hanna kemudian menoleh pada Weny. "Kerjakan sama tugas yang aku berikan padamu tadi."

Wajah Weny seketika menjadi masam. Dia kembali ke tempat duduknya setelah memberikan tatapan tidak suka pada Claire.

"Semua orang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka. Hanya kau yang tidak." Manager Hanna seolah tahu apa yang ada di benak Claire yang seolah sedang bertanya kenapa tugas penting seperti itu justru diberikan padanya.

Claire memang heran kenapa dia menyuruhnya yang pergi menemui sekertaris Sean, padahal biasanya hanya yang memiliki poisisi tinggi yang bisa berinteraksi langsung Sean maupun sekertarisnya.

Melihat Claire masih diam, Manager Hanna berkata, "Jangan buang waktuku. Aku harus pergi." Hanna langsung memberikan dokumen itu pada Claire setelah itu meninggalkan ruangannya.

Sebenarnya Claire tidak mau ke lantai 30 karena dia tidak mau bertemu dengan Sean. Dia berusaha untuk tidak bertemu dengan Sean untuk menghindari konflik dengannya. Setiap bertemu, Sean selalu saja melontarkan kata-kata bernada sinis padanya.

Claire akhirnya melangkahkan kaki masuk ke dalam lift menuju lantai 30. Saat pintu lift terbuka, dia melangkah keluar dan tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang sedang menelpon. Ponsel wanita itu terjatuh dan beberapa kertas milik Claire terlihat berserakan di lantai.

"Apa matamu buta? Jalan saja tidak becus! Kau mau dipecat ya!"

Seorang wanita berambut panjang dan bermata tajam mendorong Claire dengan kuat hingga Claire terjatuh dan terduduk di dekat pintu lift.

Bersambung ...

1
Bola nasi
hadehhhh baru sadar ya kamu Sean /Angry/
Bola nasi
sepertinya felix gak bener2 suka sma Claire deh, mungkin dia sudah sekongkol dgn kakek sam buat Sean sadar klo dia suka sma Claire
Fajar Ayu Kurniawati
.
Bola nasi
Luar biasa
Omah Tien
sufah mau habis ko masi bohong benci jadi nya
Dyah Oktina
ahhhhhhhh....akhirnya happy end 😍
Dyah Oktina
dasar sean... modus.... 🤭
Dyah Oktina
punya bapak gila harta...anak d jual.. dasar gemblung
Dyah Oktina
itulah jalan jodohnya felix... terima aja dgn iklas..🤭
Dyah Oktina
Luar biasa
Diny Julianti (Dy)
makany sadar diri, situ yg ngga jujur malah nyalahin org
Diny Julianti (Dy)
makany ngomong terus terang, egois siy lu
Dyah Oktina
setia kawan bener kamu nicko.. keren banget deh
Ramlah Usman
ya suka peran nya claire jgn takut pd pelakor hhahaha tau rasa kmu helena /Joyful//Grin/
Ramlah Usman
Luar biasa ceritanya ... ini best sekali
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor
Diny Julianti (Dy)
sean bneran egois
Dyah Oktina
nak kan...kan..emang kla nfak ada komunikasi.. bubar deh..😔
Diny Julianti (Dy)
sean ngeselin, egois bgt
tuti sriyono
Luar biasa
Diny Julianti (Dy)
wah Claire imut bgt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!