NovelToon NovelToon
Sheyza Istri Rahasia

Sheyza Istri Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Pernikahan rahasia
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: anotherika

Kejadian tak pernah terbayangkan terjadi pada Gus Arzan. Dirinya harus menikahi gadis yang sama sekali tidak dikenalnya. "Saya tetap akan menikahi kamu tapi dengan satu syarat, pernikahan ini harus dirahasiakan karena saya sudah punya istri."

Deg

Gadis cantik bernama Sheyza itu terkejut mendengar pengakuan pria dihadapannya. Kepalanya langsung menggeleng cepat. "Kalau begitu pergi saja. Saya tidak akan menuntut pertanggung jawaban anda karena saya juga tidak mau menyakiti hati orang lain." Sheyza menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Sungguh hatinya terasa amat sangat sakit. Tidak pernah terbayangkan jika kegadisannya akan direnggut secara paksa oleh orang yang tidak dikenalnya, terlebih orang itu sudah mempunyai istri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anotherika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Arzan membawa Sheyza ke pusat perbelanjaan yang ada di kota. Mereka sama-sama memakai masker untuk menutupi wajah. Penampilan Arzan juga tidak seperti biasanya. Jika biasanya Arzan memakai pakaian formal atau bersarung, kali ini pria itu memilih memakai celana jeans hitam serta jaket kulit miliknya. Arzan menyempatkan diri untuk mengganti pakaiannya. Tujuannya jelas agar tidak ada orang yang mengenalinya.

"Kita beli ponsel dulu," ajak Arzan. Tangannya meraih tangan Sheyza untuk digenggam, namun Sheyza langsung menepisnya. Sheyza tidak mau bersentuhan dengan Arzan lagi.

Cukup tadi pagi kesalahan Sheyza lakukan. Entah setan dari mana dirinya malah berdiam diri saat sang suami memeluknya. Untuk sekarang dirinya akan tetap menjaga kewarasan untuk tidak bersentuhan lagi dengan suaminya.

"Maaf, tapi saya takut nanti kamu hilang." Ucap Arzan kekeh tetap ingin menggandeng tangan lentik Sheyza.

"Saya bisa sendiri, saya sudah besar. Jadi anda tidak perlu repot-repot. Saya pastikan saya tidak akan hilang." Balas Sheyza tegas.

Arzan menghela nafas kasar. Memilih mengangguk saja, walaupun di hatinya ada sedikit kecewa atas penolakan istrinya. Entah kenapa juga dirinya selalu ingin berdekatan dengan istri mudanya itu dan menggenggam tangannya.

Tapi Sheyza benar. Dia sudah besar, bukan anak kecil lagi. Mana mungkin bisa hilang. Akhirnya Arzan memilih untuk berjalan di belakang sang istri sambil berjaga-jaga takutnya terjadi sesuatu pada istrinya.

"Selamat pagi mas, mbak. Silahkan dipilih mau ponsel yang mana," tanya pegawai toko ramah. Saat ini keduanya akan membeli ponsel untuk Sheyza.

"Ponsel keluaran terbaru." Ucap Arzan singkat tanpa menatap pegawai disana. Matanya fokus menelisik satu persatu handphone yang dipajang di etalase.

Si pegawai mengangguk tersenyum lalu mengeluarkan beberapa ponsel keluaran terbaru. Hingga beberapa menit Arzan sudah membeli satu ponsel keluaran terbaru yang menurutnya cukup bagus untuk Sheyza.

Sheyza sendiri tidak protes mau dibelikan yang seperti apa. Toh yang mau membelikan juga suaminya sendiri. Ya walaupun disisi lain dia juga butuh untuk menghilangkan rasa suntuknya.

"Sekarang kita beli baju. Beli semua yang kamu perlukan."

Sheyza mengangguk singkat lalu berjalan mengikuti Arzan.

Tak terasa sudah pukul dua belas siang keduanya baru selesai berbelanja. Sebelum pulang Arzan membawa Sheyza untuk makan siang terlebih dahulu.

"Kamu mau pesan apa?"

Sheyza nampak melihat-lihat buku menu yang disodorkan oleh Arzan. Memilih makanan dan minuman yang diinginkannya.

"Masnya mau pesen apa?" Tanya pelayan restoran pada Arzan.

"Samakan saja semua."

Pelayan tersenyum sebelum pergi. Kini tinggallah Arzan dan Sheyza.

"Buka saja maskernya. Tidak mungkin bisa makan kan kalau pake masker seperti ini." Ucap Arzan sambil melepas maskernya dan meletakkan di atas meja.

Sheyza menatap sekeliling. Sebenarnya tempat ini tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung saja. Tapi dirinya juga takut jika ada yang tiba-tiba mengenali suaminya. Sheyza tampak menimang apakah harus melepas maskernya atau tidak.

"Tidak usah takut. Tidak ada yang saya kenal disekitar sini," jelas Arzan yang seakan tau kegelisahan istrinya.

"Tapi nanti jika ada yang tiba-tiba masuk terus kenal anda bagaimana?"

Arzan menunjuk ke arah pintu masuk. Posisinya memang menghadap pintu pengunjung dengan Sheyza dihadapannya. Jadi Sheyza membelakangi pintu.

"Jika ada yang masuk dan saya kenal, saya akan langsung bilang sama kamu. Nanti kamu bisa pakai maskernya lagi," jelas Arzan.

Walaupun ragu, Sheyza tetap menurut. Tangan lentik itu membuka masker yang menutupi wajah cantiknya. Lalu meletakkan maskernya diatas meja sama seperti Arzan. Kepalanya menunduk saat beberapa pengunjung restoran dengan terang-terangan menatapnya. Hal itu membuat Sheyza risih.

Arzan yang memperhatikan Sheyza langsung menatap sekeliling mereka. Matanya menatap datar satu persatu orang yang berani menatap istri cantiknya.

Langsung saja para pengunjung disana mengalihkan pandangannya saat ditatap seperti itu oleh Arzan.

Arzan mengusap wajahnya kasar. Dirinya sadar, istrinya itu terlalu sayang kalau dilewatkan mata. Ditambah sekarang Sheyza tidak mengenakan jilbab dan malah menggerai rambutnya yang indah itu.

Wajah Sheyza mampu memikat seseorang hanya dengan sekali menatapnya. Dan entah mengapa Arzan tidak suka. Dia tidak suka jika ada seseorang yang secara terang-terangan memberikan tatapan memuja pada istrinya.

Tak lama kemudian, "ini mas, mbak pesanannya. Selamat menikmati," ucap pelayan sesaat setelah menghidangkan makanan.

Arzan hanya mengangguk singkat. Wajahnya sudah tertekuk masam. Rasanya ingin sekali menyeret istrinya pulang dan mengurungnya di kamar. Tapi tentu saja hal itu tidak berani dia lakukan.

Sheyza sendiri malah sibuk menatap dengan minat makanan di depannya. Makanan yang sudah beberapa tahun tak dimakannya lagi. Tak sekalipun menatap sang suami. Jangan tanyakan lagi, hal itu menambah hati Arzan tak karuan.

"Setelah ini mau kemana lagi? Masih ingin membeli sesuatu?" Tanya Arzan.

Sheyza tampak berpikir, tapi tak lama kemudian menggeleng. "Sepertinya sudah. Saya sudah membeli semuanya. Saya mau ke apartemen saja."

Dan percayalah, perkataan dari Sheyza langsung membuat Arzan tersenyum lebar. Hati yang tadinya ada setitik api, langsung padam seketika. Arzan senang. Itu artinya Sheyza tidak akan dipandang oleh pria lain lagi.

Arzan memakan makanan di depannya dengan penuh semangat. Dirinya ingin segera sampai di apartemen. Cukup sudah Sheyza pergi keluar dengan penampilan seperti sekarang ini. Tadi pas belanja, Arzan sempat membelikan banyak jilbab untuk istri barunya itu. Walaupun sempat banyak protes tadi, tapi Arzan merayunya. Hingga dapat kesepakatan jika Sheyza harus mengenakan jilbab saat di luar apartemen.

Dan tanpa mereka sadari, seseorang mengikuti mereka. Lebih tepatnya Arzan.

"Itu kan Gus Arzan, suaminya Anisa." Ucap orang itu.

***

"Anisa! Anisa!!"

Anisa baru keluar dari ndalem tiba-tiba mendengar orang memanggilnya. Ternyata Bu Indah, wanita paruh baya yang tinggal di samping pondok pesantren.

"Assalamualaikum, Bu Indah." Sapa Anisa sambil tersenyum.

Bu Indah mendengus. Sebenarnya dia kurang suka dengan Anisa, tapi demi melancarkan aksinya Bu Indah tersenyum lebar. "Waalaikumsalam, maaf ya Ning Anisa saya kelupaan," cengirnya.

Anisa menganggukkam kepalanya. "Iya Bu Indah tidak apa-apa. Ada apa ya Bu? Kenapa sampai manggilnya teriak begitu. Padahal kalau dipanggil biasa saja saya sudah dengar loh."

"Maaf loh Ning. Tadi saya takut Ning Anisa tidak dengar, makanya saya agak kenceng manggilnya."

"Iya, Bu Indah mau bicara apa sama saya? Apa ada hal penting yang mau disampaikan?"

Bu Indah menganggukkan kepalanya yakin. "Iya Ning, ini penting sekali. Ning Anisa harus tau ini," serbu Bu Indah antusias.

Anisa mengangguk lalu mempersilahkan Bu Indah untuk bicara.

"Tadi kan saya nganter anak saya shopping ya, si Rani. Eh nggak sengaja ketemu sama orang yang mirip banget sama Gus Arzan. Saya kan kepo tuh, terus saya suruh Rani buat milih baju, sedangkan saya mengikuti Gus Arzan pergi. Eh Gus Arzan shopping juga ternyata dan setelah itu pergi ke restoran yang ada di mall itu." Cerita Bu Indah.

Anisa tersenyum. "Mungkin memang ada yang ingin dibeli sama Gus Arzan Bu Indah,"

"Ishh bukan tapi bukan itu intinya Ning. Intinya itu Gus Arzan perginya sama perempuan. PEREMPUAN Ning!"

Deg

Jantung Anisa berdetak tak karuan mendengar perkataan Bu Indah. Hatinya seperti teriris pisau

Kenapa juga suaminya tidak bilang apa-apa padanya. Terlebih Bu Indah menyebutkan perempuan yang jalan bersama suaminya. Jika itu laki-laki mungkin dirinya akan biasa saja.

"Tadinya pas keliling shopping Gus Arzan pakai masker. Tapi waktu di restauran eh dibuka tuh maskernya. Ya ampun kayak emang sengaja gitu loh Ning." Lanjut Bu Indah lagi. Sengaja memang dia ingin membuat Anisa salah paham dan rumah tangga mereka berantakan. Dan pada saat itu anak gadisnya yang akan mengisi kekosongan Gus Arzan. Setelah itu dirinya akan menjadi keluarga terpandang.

Anisa langsung berprasangka yang tidak-tidak. Dia takut apa yang dibilang Bu Indah itu benar adanya.

"Gak kebayang ya kalau mereka punya hubungan, itu berarti selama ini Ning sudah diselingkuhi sama Gus Arzan Ning. Hati-hati loh,"

Semakin tercabik-cabik hati Anisa mendengar perkataan Bu Indah. Tidak ada pikiran positif di kepalanya. Yang ada hanya buruk sangka terhadap suaminya.

"Wahh apalagi Gus Arzan belum punya anak sama Ning Anisa. Wajar sih kalau Gus Arzan selingkuh. Orang Ning nya aja man-"

"Astaghfirullah Bu Indah!!" Umi Zulfa langsung keluar dari ndalem menghampiri keduanya. Sebenarnya sedari tadi umi Zulfa sudah mendengar semua perkataan Bu Indah, tapi umi Zulfa enggan keluar sebelum cerita itu selesai. Tapi mendengar Bu Indah ingin berbicara sembarangan, umi Zulfa tak bisa tinggal diam.

"Apa yang kamu katakan pada menantuku Bu Indah?"

Bu Indah tampak tergagap mendengarnya, dia langsung menundukkan kepalanya takut. Apalagi saat ini umi Zulfa menatapnya dengan tatapan menusuk.

"Maaf umi, tapi tadi saya benar-benar melihat Gus Arzan di mall dengan seorang perempuan."

Umi Zulfa menarik nafasnya perlahan, melirik Anisa yang sudah menundukkan kepalanya. Umi Zulfa tidak tega melihat menantunya berubah menjadi murung seperti itu. "Saya percaya anak saya. Mungkin saja dia sedang bertemu dengan kliennya di mall. Kamu tahu betul kalau Arzan bukan hanya seorang pemimpin pondok pesantren, tapi juga pemimpin perusahaan."

"Tapi saya lihat Gus Arzan belanja sama perempuan itu. Mana belanjanya banyak lagi. Wah sa-"

Perkataan Bu Indah langsung berhenti saat umi Zulfa memelototkan matanya. Bu Indah yang antusias kembali ingin menceritakan kejadian tadi langsung berhenti seketika. Tak berani berkata apapun lagi.

"Jangan berspekulasi hal-hal seperti itu Bu Indah. Anak saya sangat mencintai istrinya, jadi tidak mungkin dia berbuat seperti itu. Sudahlah lebih baik Bu Indah pulang saja, saya mau mengajak Anisa masuk. Assalamualaikum,"

Bu Indah tetap menjawab salam walaupun bibirnya mendumel.

Umi Zulfa menghela nafasnya kasar. Dia mendekat ke arah Anisa, lalu tangannya terulur mengelus lengan menantunya sayang. "Jangan kamu pikirkan perkataan Bu Indah. Kamu bicarakan dengan suamimu nanti. Bukan maksud umi membela Arzan, tapi biar bagaimanapun kamu harus mendengar penjelasannya terlebih dahulu agar tidak ada salah paham diantara kamu dan Arzan."

Anisa mengangguk, tersenyum ke arah umi Zulfa. "Terimakasih umi. Umi mau Anisa buatkan teh?"

"Boleh. Masih ada waktu untuk kita minum teh bareng, tapi sebentar lagi umi juga harus ngecek santri yang kemarin di data ikut lomba."

Anisa tersenyum lebar. Dirinya benar-benar bersyukur bisa hidup ditengah-tengah keluarga yang sangat perhatian padanya. Setelah kepergian ayahnya, Anisa bersyukur bisa bertemu dengan Kyai Rofiq. Lebih bersyukur lagi dirinya dijadikan menantu oleh mereka.

"Sebentar Anisa buatkan dulu umi,"

***

"Ini kartu ATM bisa kamu gunakan saat kamu butuh uang atau beli apapun terserah kamu pakai ini." Arzan menyodorkan salah satu ATM miliknya pada Sheyza.

Sheyza yang sedang duduk dan sibuk main h langsung menoleh menatap kartu itu. Kepalanya menggeleng tanda dia menolak.

Arzan menaikkan satu alisnya. "Kenapa kamu tidak mau? Suatu saat past kamu membutuhkannya, karena saya tidak bisa selalu datang kemari. Mungkin besok juga saya tidak bisa kesini," Ucapnya.

Sheyza tersenyum getir. Jelas dirinya harus sadar kalau posisinya adalah yang ke dua, jadi tidak mungkin suaminya selalu datang ke tempatnya.

"Saya akan bekerja. Jadi saya tidak perlu kartu dari anda."

Mendengar perkataan Sheyza, Arzan langsung melotot. "Berkerja? Siapa yang mengijinkan kamu berkerja hmm?? Saya tidak mengijinkan kamu berkerja karena semua kebutuhan kamu saya yang akan penuhi." Jelas Arzan tegas namun seperti ada gerakan di setiap perkataannya. Entahlah, mendengar gadis itu akan berkerja hati Arzan mendadak panas tidak terima.

"Saya butuh kerja, maaf saya tidak sedang negosiasi. Lagipula saya tidak butuh persetujuan anda. Besok saya akan mulai bekerja. Saya tidak mau selalu bergantung kepada orang lain."

"Orang lain?? Saya suami kamu Babby Zivilia Sheyra! Dan saya tidak akan pernah mengijinkan kamu berkerja."

Sheyza tampak tersulut emosi mendapat larangan dari sang suami. Sheyza mendongak, matanya menatap tajam suaminya. "Sudah saya bilang, saya tidak butuh persetujuan anda!" Ucap Sheyza disertai penekanan di setiap perkataannya.

"Tadi saya juga sudah bilang kalau saya suami kamu. Jadi saya berhak disini dan kamu tanggung jawab saya. Tegas tegas saya tidak mengijinkan kamu berkerja!"

"Terserah! Hidup juga hidup saya. Kenapa juga anda yang harus repot kasih ijin segala. Mendingan anda urusin saja hidup anda sendiri." Sahut Sheyza berusaha untuk santai.

Arzan menggeram marah. "Kamu! Turutin apa kata saya!!" Desis Arzan.

"Tidak mau! Saya akan tetap dengan pendirian saya. Saya-"

Cup

1
Novita Mey
up yg banyak ya Thor ...
Mundri Astuti
mudah"an kebongkar kebusukkan Annisa, pengen tau karmanya
Novita Mey
ayo up yg banyak thor ... ceritanya bagus
Irma Minul
good 👍
🎃SЯ ШłŁŁ🎃
Mengharukan 😢
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Lia_Vicuña
Aku sempet nggak percaya sama akhir ceritanya, tapi bener-bener bikin terkagum-kagum.💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!