Entah sebuah kesialan atau keberuntungan karna Audrey mengandung anak dari seorang mafia besar dan pebisnis paling berpengaruh di Kanada. Sosok Lucas tidak tersentuh, bahkan tak seorangpun bisa mencampuri bisnis gelapnya. Dia pria yang memiliki wajah sempurna, namun tak sesempurna hatinya.
Kehidupan Audrey mungkin tak akan baik-baik saja jika berkaitan dengan Lucas. Lalu bagaimana Audrey akan menyembunyikan keturunan Lucas? Agar hidupnya tak bersinggungan dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Lucas membaca data informasi yang beberapa minggu ini telah dikumpulkan oleh Jack. Informasi tentang orang-orang yang melakukan penyerangan pada keluarganya, termasuk penyerangan yang menargetkan Audrey. Orang-orang itu memang lebih memilih dihabisi daripada buka mulut, membuat Lucas dan anak buahnya kesulitan menemukan pelakunya. Namun bukti-bukti dari penyerangan telah dikantongi oleh Jack dan semuanya mengarah pada 1 nama yang diyakini sebagai otak penyerangan.
"Sepertinya dia masih menyimpan dendam sejak 3 tahun lalu. Jacob ini menyelundupkan nar koba ke China dihari yang sama dengan kita, tapi hanya transaksinya yang digagalkan oleh kepolisian." Tutur Jack. Dia masih ingat ketika Jacob menyeret nama Ethan di pengadilan. Ethan adalah nama samaran yang digunakan Lucas dalam bisnis gelapnya.
Lucas telah membungkam pihak kepolisian, tentu saja transaksi ilegalnya tidak tersentuh pihak kepolisian meski Jacob berkali-kali membuat kesaksian bahwa Lucas juga menyelundupkan nar koba, bahkan dengan jumlah yang lebih banyak.
Sudut bibir Lucas terangkat, dia tersenyum miring. "Dia hanya di tahan 2 bulan kurungan penjara dan dibebaskan bersyarat. Uang tutup mulutnya pasti tidak sedikit, seharusnya tidak bisa menyerah ku. Bukankah bisnis milik Jacob tidak terlalu besar? Menyewa orang-orang untuk menyerang keluarga ku pasti membutuhkan uang yang tidak sedikit." Lucas jadi curiga ada orang lain dengan power yang lebih kuat dibelakang Jacob. Orang itu mungkin yang membantu Jacob dalam penyerangan.
"Anda mencurigai ada orang lain di belakang Jacob?" Tanya Jack.
Lucas mengangguk. "Kumpulan lagi bukti-bukti baru. Power Jacob tidak sebesar itu. Dia juga tau resikonya jika menyerang keluarga Thomson."
"Baik." Jawab Lucas patuh. "Malam ini orang-orang kita akan mengepung markas milik Jacob, kemungkinan akan ada bukti baru."
Lucas mengangguk paham. Di menyimpan berkas informasi itu di laci meja kerjanya. "Kau bisa kembali bekerja." Titahnya.
"Baik Tuan, saya permisi." Jack pamit undur diri. Belum sempat keluar dari ruangan Lucas, Jack dikagetkan dengan suara Lucas ya mual-mual. Ketika Jack berbalik badan, dia melihat Lucas sedang berlari ke arah kamar mandi. Tubuh besarnya seketika menghilang dibalik pintu.
Jack menggeleng tak habis pikir. Sudah lebih dari 2 minggu Lucas selalu mengalami mual dan tak jarang berakhir muntah-muntah ketika berada di luar Mansion setelah tidak pulang beberapa hari. Tapi jika Lucas pulang ke Mansion setiap hari, mendadak tidak pernah mual dan muntah lagi. Lucas bisa menjalani hari-hari dengan lancar, pekerjaan di kantor juga tidak terhambat.
Jack bertahan diruangan Lucas untuk menunggu bosnya itu keluar kamar mandi. Biasanya selesai muntah, Lucas memiliki permintaan aneh yang harus dituruti. Atau Jack akan mendapat amukan jika gagal membawa apa yang Lucas inginkan.
Meninggalkan Jack yang menunggu Lucas keluar dari kamar mandi, di dalam sana Lucas tampak tersiksa karna kali-kali mengeluarkan isi perutnya. Lucas berdiri didepan wastafel dengan cermin besar menempel di dinding. Luca meletakkan kedua tangannya di pinggiran wastafel, matanya menatap wajah sendiri dalam pantulan cermin.
Sudah 2 hari sejak.Lucas memiliki pekerjaan nyang harus diselesaikan, dan selama itu dia tidak pernah melihat Audrey. Wanita itu adalah obatnya. Disaat pergi ke dokter dan meminum obat tidak bisa menghentikan rasa mualnya, hanya dengan melihat Audrey saja rasa mualnya hilang detik ifu juga. Audrey benar-benar menjadi obat paling diandalkan.
Jack masih setia menunggu di ruangan ketika Lucas keluar dari kamar mandi. Lucas tidak terkejut melihat Jack yang ternyata masih berada di ruangannya.
"Jack, apa aku masih memiliki jadwal rapat atau bertemu klien?" Tanya Lucas.
"Tidak ada Tuan. Jadwal terakhir Anda setelah makan siang tadi."
Lucas mengangguk-angguk. "Siapkan mobil, aku akan pulang sekarang." Titahnya.
"Baik Tuan." Jack merogoh ponselnya dan menelpon supir agar menyiapkan mobil.
Lucas menyambar jasnya di sandaran kursi dan berjalan cepat keluar ruangan, disusul Jack dibelakangnya. Langit masih cerah, tapi Lucas buru-buru meninggalkan perusahaan dan memutuskan pulang ke Mansion. Biasanya Lucas sangat betah menghabiskan waktu di perusahaan atau di markas, sampai-sampai jarang pulang. Tapi sejak mengalami mual dan muntah, hampir setiap hari Lucas pulang ke Mansion.
...*****...
Audrey duduk di balkon kamar dan menikmati suasana sore hari dengan melamun. Sampai sekarang Audrey masih memikirkan kecerobohan Elie yang katanya tidak sengaja memberitahu kabar kehamilan pada Jason. Kecerobohan itu membuat Audrey tidak bisa berhenti memikirkan perasaan Ayahnya. Meski Audrey meminta maaf berkali-kali dan Jason selalu berkata bahwa dirinya baik-baik saja hingga mampu memberi semangat pada Audrey, tetap saja Audrey tidak tenang. Audrey yakin perasaan Jason yang sebenarnya hancur tak tersisa.
Lamunan Audrey buyar ketika indera penciumannya merasakan aroma parfum maskulin milik Lucas. Benar saja, Lucas sudah ada disampingnya ketika Audrey menoleh. Berjala sekitar 2 meter. Entah sejak kapan pria itu datang.
"Masuk, anginnya mulai dingin!" Titah Lucas tegas. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar seperti ancaman.
Audrey segera berdiri sebelum kepala Lucas bertanduk. Kesabaran Lucas cukup buruk. Sudah 2 hari Lucas tidak muncul, sekalinya muncul malah membuat Audrey tidak bisa berkutik oleh perintahnya. Lucas benar-benar dominan.
Lucas mengekori Audrey dan menutup pintu yang terhubung dengan balkon. Dia menghela nafas kasar, ingin marah pada keadaan tapi tidak tau harus marah dengan siapa. Sekarang dia tidak bisa jauh-jauh dari Audrey. Sehari saja tidak melihat wanita itu, perutnya akan mual dan muntah berkali-kali. Sekarang Lucas merasa kondisinya cukup baik setelah melihat Audrey, apalagi mencium aroma tubuhnya. Entah kehamilan macam apa yang dialami Audrey sampai-sampai Lucas ikut merasakan susahnya.
Audrey duduk di sofa bagitu masuk ke kamar. Dia menoleh ketika Lucas bergabung di sebelahnya, hanya berjarak beberapa senti saja. Pria itu duduk bersandar dengan mata terpejam dan kedua tangan disilangkan ke dada.
Disaat seperti ini, Audrey berani menatap wajah Lucas lebih lama. Pria itu tidak terlihat menyeramkan ketika memejamkan mata. Mata Lucas yang tajam memang semenyeramkan itu bagi Audrey.
"Kagum dengan ketampanan ku?" Ujar Lucas tanpa membuka mata. Audrey tidak kaget lagi karna meyakini Lucas memiliki banyak mata lain.
Dia hanya memutar malas bola matanya mendengar Lucas begitu percaya diri. "Biasa saja."
"Soal Ayahku yang mengetahui aku hamil,,"
"Sudah ku katakan bukan aku!" Potong Lucas tegas.
"Iya aku tau. Maaf sudah menuduhmu." Ucap Audrey tulus. Meskipun benci pada Lucas, tapi Audrey bukan pengecut yang tidak mau mengakui kesalahan. Dia bersalah karna sudah menuduh Lucas dan marah padanya.
Lucas membuka matanya dan menatap Audrey. "Kau pikir kata maaf berguna untukku?"
Audrey mengangkat kedua bahunya acuh. "Berguna atau tidak, yang penting sudah meminta maaf."
Lucas tersenyum miring. "Begini cara meminta maaf yang benar!" Tubuh Lucas condong pada Audrey, dia secepat kilat meraih dagu Audrey dan membungkam bibirnya dengan ciuman. Audrey bahkan tidak sempat menghindar karna gerakan Lucas yang tiba-tiba.
selalu semangat berkarya
ditunggu selalu
gara2 lucas ini,, si Audrey banyk tekanan..