Pembantu Somplak Mr. Arrogant

Melihat Kinan yang langsung mengoceh kepadanya Rafi mengerutkan keningnya binggung. Dia tidak tau kenapa Kinan terlihat sangat kesal kepadanya, padahal dia tidakelakukan apapun.

"Maksudmu apa? Memangnya aku melakukan apa kepadamu?" ucap Rafi kebingungan.

"Gara gara kau aku harus berpuasa seminggu. Bukan hanya itu bahkan aku tidak bisa menyentuh istriku selama seminggu penuh" ucap Kinan mengacak acak rambutnya frustasi.

Bagaimana tidak baru dua hari dia menjalani hukuman yang di berikan Rissa dia sudah seperti orang gila. Sedangkan dia harus melewati hukuman selama lima hari penuh lagi. Kinan tidak tau bagaimana dia melewati masa masa hukuman yang di berikan Rissa kepadanya.

"Memangnya aku melakukan apa? Perasaan aku tidak melakukan apapun" ucap Rafi kebingungan.

"Rafi tidak tau apa apa, kenapa kau menghakiminya seperti itu? Seharusnya orang yang kau salahkan adalah pria itu" ucap Rayyan menunjuk Wildan yang berjalan sambil cengengesan tanpa dosa mendekati mereka.

"Kau benar! Tumben adik iparku yang satu ini pintar" ucap Kinan mengelus lembut rambut lebat Rayyan.

"Awas! Karna harus puasa kau menjadi gila ya" ucap Rayyan menepis tangan Kinan.

"Kau kira aku ini pria apaan? Walaupun berpuasa selama bertahun tahun aku juga tidak akan mau menyentuh pria sepertimu. Macam tidak ada saja wanita di dunia ini!" ucap Kinan menjitak pelan jidat Rayyan.

"Hei! Sini kamu, Wil! Karnamu aku harus berpuasa selama seminggu" ucap Kinan bangkit dari duduknya lalu menyewer telinga Wildan.

"Maaf, Bro! Aku tidak sengaja" ucap Wildan meringis kesakitan.

"Mulutmu itu memang gak ada remnya" oceh Kinan menatap Wildan geram.

"Maaf, Bro. Remnya pagi blong"

"Ha..ha... Mulutmu sama seperti truk ya, bisa juga remnya blong" ucap Rafi terkekeh.

"Diam!" ucap Wildan dan Kinan serentak.

"Upsss... Maaf!" ucap Rafi menutup mulutnya rapat ketika melihat tatapan tajam kedua sahabatnya itu.

"Sudahlah! Lebih baik kita pesan makanan saja. Aku sudah lapar" ucap Ardiyan merasakan perutnya yang sudah keroncongan.

"Kalau itu aku setuju! Pelayan" ucap Rayyan setuju lalu memangil pelayan yang ada di dekat mereka.

"Tidak bisa! Jika aku di hukum berpuasa selama satu minggu maka kalian juga harus kena hukum. Sebagai hukumannya kalian tidak boleh makan siang" ucap Kinan tegas tanpa mau di bantah.

"Kau mau membunuh kami? Jika kami mati kelaparan bagaimana nasib anak istri kami? Apa kau mau menapkahi mereka?" ucap Wildan menjitak kepala Kinan.

"Tidak masalah! Rasanya akan bagai di surga jika meliki lima istri yang cantik" ucap Kinan tersenyum nakal.

"Maksudmu apa?" ucap Rayyan, Rafi, Wildan dan Ardiyan menatap tajam Kinan.

"Tidak ada! Aku hanya bercanda. Sengsi amat, sih." ucap Kinan mengaruk kepalanya yang tidak gatal ketika melihat tatapan tajam kempat sahabatnya.

"Pelayan kami mau pesan makanan" sambung Kinan kembali sambil menutup wajahnya dengan daftar menu.

Melihat tingkah kelima sahabat itu pelayan yang ada di sana hanya bisa mengelengkan kepalanya pelan. Cafe itu memang menjadi tempat nongkrong kelima sahabat yang tampan tampan itu sehingga para pelayan di sana sudah terbiasa dengan kelakuan mereka yang kocak.

...----------------...

Setelah pulang dari kampus Clara dan Tika memilih untuk pergi ke toko buku terlebih dulu. Mereka pergi ke toko buku langanan mereka untuk memberi beberap buku untuk keperluan kampus mereka. Clara menatap satu persatu buku yang tersusun rapi di rak buku yang cukup besar.

"Buku tuntunan menjadi istri shalihah?" gumam Clara melihat begitu banyak barisan buku tentang tugas seorang istri yang tersusun rapi di depannya.

"Jika buku tuntunan untuk istri ada maka buku tuntunan untuk suami juga ada" guman Clara memeriksa satu persatu buku di depannya.

"Nah! Ini dia" ucap Clara terenyum bahagia ketika mendapatkan buku yang dia cari.

"Kau mau beli buku apaan, Ra?" ucap Tika binggung melihat buku tuntunan tugas suami yang Clara beli.

"Tidak ada! Sudah ayo" ucap Clara menyembunyikan buku yang dia beli.

Melihat sikap aneh Clara, Tika hanya mampu mengelengkan kepalanya pelan. Mereka langsung meningalkan toko buku itu mengunakan mobil Tika. Karna merasakan perutnya yang sudah keroncongan, Tika melajukan mobilnya menuju cafe favorid mereka.

"Kita mau kemana, Tik?" ucap Clara binggung.

"Kita makan dulu ya. Aku sudah lapar" ucap Tika terus melajukan mobilnya.

"Jangan lama lama ya! Nanti tuan kulkas dua pintu itu mengomel" ucap Clara kesal ketika mengingat omelan Rafi.

"Ha..ha.. Kamu baru satu bulan kerja di sana, tapi kamu sudah setiap hari bertengkar dengan Kak Rafi" ucap Tika terkekeh kecil melihat keberanian Clara yang selalu melawan ucapan Rafi.

"Biarin! Salah dia kenapa harus ngeselin" ucap Clara cuek.

"Jangan terlalu benci, Ra. Nanti rasa bencimu itu berubah jadi cinta" ucap Tika mengoda Clara.

"Idihh! Amit amit aku suka sama kulkas dua pintu itu. Macam tidak ada saja pria lain di dunia ini" ucap Clara ketus.

"Hem! Kita lihat saja nanti. Aku yakin lama kelamaan kau juga akan menjadi sebagian dari wanita pemuja ketampanan tuan kulkas dua pintumu itu."

"Itu tidak akan mungkin"

"Kau yakin?"

"Yakin seyakin yakinya"

"Kalau begitu bagaimana jika kita taruhan?"

"Taruhan apa?"

"Aku beri kau waktu sebulan. Jika memang selama sebulan ini kau tidak mencintainya maka aku akan meneraktirmu sepuasnya. Begitu juga sebaliknya, jika selama sebulan ini kau ketahuan mencintainya maka kau harus meneraktirku sepuasnya." ucap Tika menatap Clara.

Mendengar ucapan Tika, Clara nampak berpikir sejenak. Dia memang sudah mencintai Rafi secara diam diam tapi, dia tidak mau merendahkan dirinya sendiri dengan mengakui perasaannya. Karna egonya yang sangat tinggi dia malah menyetujui taruhan yang di berikan Tika.

"Baiklah! Aku setuju" ucap Clara penuh keyakinan.

"Ok! Bersiap siaplah menghabiskan gajimu selama sebulan penuh untuk meneraktirku" ucap Tika tertawa puas.

"Tidak akan! Akan ku pastikan aku yang akan menang taruhan ini. Lagian hanya wanita bodoh yang bisa jatuh cinta dengan pria menyebalkan seperti dia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana menderitanya istrinya nanti ketika menghadapi sifat tuan kulkas yang nyebelin itu"

"Jangan mengatakan dirimu sendiri bodoh Clara. Aku yakin suatu saat nanti kau akan menyadari perasaanmu kepadanya. Bagaimanapun caramu menyembunyikan persaanmu aku yakin suatu saat nanti kau akan mengakuinya juga"

"Tidak aku bilang tidak! Aku tidak mencintainya karna dia selalu membuatku kesal." ucap Clara ketus sambil melipat kedua tangannya di dadanya.

"Baiklah! Kau tidak mencintainya. Tapi, kau harus ingat taruhan kita selama sebulan ini"

"Baik! Aku akan mengingatnya. Aku akan pastikan jika aku yang akan memenangkan taruhan ini"

"Yakin?"

"Yakin seyakin yakinnya. Bahkan aku seribu yakin jika aku yang akan menang"

"Baiklah kita lihat saja nanti" ucap Tika tersenyum menatap wajah kesal Clara.

Bersambung.....