Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 - Rombongan Preman
Rendra akhirnya tiba di rumah. Ia lantas bergegas turun dari motor Aji.
"Sepedaku gimana, Bang? Besok aku harus ke rumah sakit lagi," kata Rendra.
"Nanti kalau sudah diperbaiki, Abang antarkan ke rumah ya!" sahut Aji.
"Baik. Makasih, Bang!" sahut Rendra seraya membungkukkan sedikit badannya.
Bersamaan dengan itu, Arini keluar dari rumah. Dia menyambut kedatangan Rendra dengan perasaan panik.
"Loh, kamu kenapa pulang sama Aji?" tukas Arini.
"Sepedaku kempes, Bu. Kebetulan ketemu Bang Aji di jalan. Makanya sekalian di antar," jawab Rendra.
"Syukurlah. Aku kira sesuatu hal buruk terjadi padamu." Arini mengelus dadanya. Tatapan dia segera beralih ke arah Aji. "Makasih ya, Ji. Sudah bantuin Rendra," ungkapnya.
"Santai aja, Bu. Kau dan Rendra sudah aku anggap seperti saudara dekatku. Ya sudah, aku langsung pergi aja," tanggap Aji.
"Nggak mau ngopi dulu?" tawar Arini.
"Ndak usah, Bu. Lain kali aja," sahut Aji seraya beranjak dengan motornya. Sebelum benar-benar pergi, dia sempat bicara lagi. "Besok aku jemput ya, Tar!" serunya.
Dahi Arini berkerut. Dengan tatapan penuh tanya, dia tatap Rendra.
"Karena sepedaku rusak, Bang Aji mau antar jemput aku ke rumah sakit mulai besok. Katanya paling nggak sampai sepedaku selesai diperbaiki." Rendra yang mengerti makna dibalik tatapan sang ibu, segera angkat suara.
"Oh..." Arini manggut-manggut. Membiarkan putranya berlalu masuk ke dalam rumah.
"Makan malam sudah siap di meja. Oh iya, biar pun Aji itu kelihatan baik, tapi kamu harus hati-hati sama dia. Kan kamu sendiri tahu kalau dia itu preman," ucap Arini sembari berjalan mengikuti Rendra. Saat telah masuk rumah, dia segera menutup pintu rapat-rapat. Tak lupa juga Arini kunci pintunya.
"Iya, Bu. Aku tahu. Aku sebenarnya berusaha menolak bantuan dia tadi. Tapi dia maksa. Jadi aku nggak punya pilihan lain," sahut Rendra. Ia masuk ke dalam kamar untuk bersiap mandi.
Ponsel Rendra yang layarnya tampak retak tiba-tiba berdering. Ia mendapatkan panggilan dari nomor tak dikenal. Rendra lantas mengangkat panggilan itu.
"Halo? Siapa ya?" ujar Rendra dengan kening yang mengernyit.
"Eh, Mas Dokter. Ini aku Edho. Rory sudah ceritakan semuanya padaku mengenai masalahmu," ujar Edho dari seberang telepon.
"Iya. Lalu?"
"Aku hanya ingin menanyakan, jam berapa besok kau akan pergi ke rumah sakit?"
"Untuk besok aku harus sudah ada di rumah sakit sekitar jam delapan pagi."
"Oke. Sampai jumpa besok, Mas Dokter!"
"Sampai jumpa? Bukannya--" telepon mendadak terputus. Membuat ucapan Rendra harus terjeda. Alhasil Rendra hanya bisa geleng kepala. Meski dia tak tahu dengan apa yang terjadi besok.
...***...
Satu malam berlalu. Rendra selalu bangun pagi. Itu karena dia terbiasa membantu ibunya membereskan rumah.
Ketika baru selesai sarapan, terdengar suara keributan dari depan rumah. Rendra dan Arini mendengar ada banyak suara motor.
"Mas Dokter! Kami menunggu!" seru Rory dari luar.
Mendengar itu, Arini dan Rendra saling bertukar tatapan intens.
"Apaan tuh, Ren? Kayaknya rame sekali," cetus Arini sembari bergegas melangkah menuju pintu. Hal serupa juga dilakukan Rendra karena penasaran.
Setelah dilihat, ternyata yang datang adalah Edho dan sekumpulan anak buahnya. Pemandangan itu membuat Rendra kaget.
"Kalian mau ngapain?" tanya Arini.
"Mulai hari ini, kami akan mengawal Rendra pergi dan pulang kampus!" sahut Edho.
Rendra terperangah. Ia berjalan menghampiri Edho. "Tapi ini kayaknya berlebihan, Bang!" ujarnya.
"Aku melakukan ini agar orang-orang yang jahat padamu berhenti mengganggumu! Kau sebutkan saja siapa orangnya," kata Edho yang antusias.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya
kalau keluar sama aja bunuh diri... udah ikut alur aja... sekarang nurut aja . entar urusan belakang.. kalau udah jadi orang hebat, dunia bisa kamu kendalikan...