NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Secretary

Bukan Sekedar Secretary

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Chicklit
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: nenah adja

Bunga itu telah layu sejak lama, menyisakan kelopak hitam yang berjatuhan, seperti itulah hidup Hanna Alaya Zahira saat ini, layu dan gelap.Hanna adalah seorang sekretaris yang merangkap menjadi pemuas nafsu bosnya, mengantungi pundi-pundi uang dalam rekeningnya, namun bukan tanpa tujuan dia melakukan itu. Sebuah rahasia besar di simpan bertahun-tahun. Pembalasan dendam.. Edgar Emilio Bastian bos yang dia anggap sebagai jembatan mencapai tujuannya menjadikannya simpanan dibalik name tag sekretarisnya, membuat jalannya semakin mulus. Namun, di detik-detik terakhir pembalasan dendam itu dia justru terjerat semakin dalam pada pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mie Instan

Warning 25++

Anak bocil, plis jangan mampir, karena akan ada banyak adegan yang uuuuuh.... menggugah selera🤣

"Simpanan?" Hanna tak peduli dengan mata gadis kecil itu yang melotot tajam padanya, dan hanya berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

"Silahkan masuk, Nona." Hanna tersenyum, namun bukannya masuk Naomi justru duduk di kursi tunggu lalu mengeluarkan permen karetnya untuk kembali dia kunyah.

"Nona?" mengabaikan Hanna, Naomi justru mengedarkan pandangannya dan bertingkah seolah dia tak mendengarnya sama sekali.

Hanna mengibaskan kerahnya merasa jengkel dengan tingkah Naomi, lalu menutup pintu kembali.

"Jadi, kamu gak mau pulang?" Hanna melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 2 siang. Kalau begini apanya yang pulang lebih awal? Dan Sekarang malah harus berhadapan dengan anak menyebalkan, pantas saja Dani tidak mau menjemput anak ini.

"Aku gak mau pulang kalau bukan Papa, atau Mama yang jemput!"

"Ya, sudah terserah kamu, kalau gitu. Gak usah pulang aja."

Hanna melipat tangannya di dada setelah mengenakan kaca mata hitamnya lalu berdiri santai dengan menyandarkan tubuhnya di badan mobil. Tanpa bicara dia hanya diam menunggu apa yang akan di lakukan Naomi selanjutnya.

Hanna melihat dari balik kacamatanya kalau Naomi mulai gelisah, mungkin karena dia hanya diam dan tak menurutinya untuk menghubungi orang tuanya.

"Kenapa kamu gak hubungi Papa!" Naomi menunjuk wajahnya.

Hanna melorotkan kaca matannya. "Memang kamu ada suruh aku? Aku kok gak denger ya?"

"Harusnya kamu peka! Aku bilang aku gak mau pulang kalau gak sama Mama atau Papa!" gadis itu kembali berteriak.

Hanna memutar matanya malas, lalu mengenakan kacamatanya kembali. "Kamu yakin salah satu dari mereka akan datang, kalau aku menghubungi?" Naomi diam.

"Ck, kamu sudah besar kenapa manja seperti bayi?"

"Apa kamu bilang?!"

"Usia sepuluh tahunku, aku sudah berdagang kue keliling pasar, jadi jangan khawatir aku sudah terbiasa berdiri dan berjalan jauh apalagi panas- panasan." Hanna mengibaskan tangannya, "Lanjutkan saja, aku akan menunggu sampai kamu bosan."

Naomi berdecak kesal lalu berjalan ke arah mobil Hanna dan masuk ke dalam.

Hanna menyeringai lalu membuka pintu untuk masuk dan mulai melajukan mobilnya.

Selama perjalanan Naomi hanya cemberut dan menatap keluar jendela, dan apa Hanna peduli? Tentu saja tidak, bahkan hingga dia tiba di rumah Edgar, Hanna tak mengucapkan basa- basi langsung pergi melaju dengan kencang membuat Naomi melongo tak percaya.

***

Hanna memasuki rumahnya dengan menghela nafasnya, setengah mati dia menahan kekesalannya sejak melihat anak Edgar dan Siska.

"Sialan," umpatnya kesal, Hanna mengambil botol minum di lemari es, lalu meneguknya.

"Apa dia bilang, kacung?" Hanna menyimpan botol air dengan kasar. "Lihat saja sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya."

Hanna memeriksa ponselnya lalu menyeringai saat mendapat pesan dari Edgar.

Aku akan datang sepulang kerja..

Hanna mengetuk jarinya di meja, dia tak membalas bahkan tak membuka pesan tersebut. "Kamu harus semakin penasaran padaku." Hanna mendudukan dirinya di kursi makan sederhana bahkan sudah tua miliknya, tatapannya tertuju pada jendela dapur yang menampilkan taman belakang rumah. Namun tentu saja fokus Hanna bukan ke arah bunga dan rumput hijau tersebut.

Tatapannya kosong dan justru di penuhi kebencian, semua rencana sudah tersusun rapi di otaknya, hingga dengan perlahan dia akan memastikan orang itu mendapat akibatnya.

12 tahun bukan waktu yang sebentar, dan kini, akan Hanna pastikan 12 tahun menyakitkan ini terbayar lunas.

Hanna mengingat bayangan- bayangan saat kecilnya dulu, tersakiti, terlantar, dan terbuang, hanya karena sebuah nama. Fransiska Disastro.

....

Hanna membuka pintu saat mendengar seseorang mengetuk pintu, tentu saja pelakunya, Edgar.

Dan seperti biasanya pria itu langsung menerjangnya dengan ciuman dan dekapan.

Hanna berdecak dalam hati. Apa pria ini tak pernah puas, dan apa dia tidak lelah? Setidaknya dia harus mengistirahatkan tubuhnya dulu setelah seharian bekerja bukan?

"Tunggu! Edgar!" kali ini Hanna berhasil mendorongnya.

"Apa?"

"Kamu datang seperti singa, langsung menerjang kamu kira aku makanan?"

"Kamu memang makananku, Baby." Edgar kembali melumat bibir Hanna, hingga suara decakan terdengar di malam yang hening tersebut.

"Sebentar!"

Edgar berdecak kesal saat Hanna melepaskan ciuman mereka. "Kenapa menolakku? Kamu juga tidak membalas pesanku?"

Hanna terkekeh. "Apa itu penting?"

"Edgar, aku sedang makan. Tidak bisakah kamu menundanya sebentar? Aku tahu kamu datang hanya untuk menyalurkan nafsumu. Tapi aku juga butuh tenaga." Hanna mendorong Edgar menjauh lalu pergi ke arah dapur. Dia memang sedang makan malam.

"Lagi pula aku gak ngerti kamu setiap malam datang, apa istrimu tidak mencari?" Hanna mendudukan dirinya di kursi lalu melanjutkan makan malamnya.

Edgar tak menjawab dan hanya mengeryit menatap Hanna. "Kamu makan mie instan?"

Hanna mengangguk. "Aku lapar, dan malas masak, jadi cuma ini yang gampang untuk dimakan."

"Itu tidak sehat, kenapa tidak pesan antar saja," ucap Edgar.

Hanna terkekeh, dia dulu bahkan harus berjuang dahulu hanya untuk semangkuk mie, tak peduli itu sehat atau tidak, yang penting dia bisa makan dengan makanan murah.

"Tapi ini enak, kamu mau?"

Edgar menggeleng. "Aku tidak pernah makan mie instan."

Hanna terkekeh, lalu berdiri dari duduknya. "Mau mencobanya? Aku yakin kamu akan suka." Edgar menggeleng nampak tak tertarik, hingga Hanna naik ke pangkuan Edgar lalu meraih garpu untuk memberikan mienya kepada Edgar.

"Cobalah!" Edgar tetap menggeleng "Hanya satu suapan." Hanna menatap dengan mata penuh permohonan.

Edgar menghela nafasnya pasrah lalu membuka mulut. "Tunggu sebentar!" Hanna meletakan garpunya kembali di mangkuk membiarkan mie menggantung di mulut Edgar, lalu meraih ujungnya untuk dia masukan kedalam mulut.

Edgar terkekeh lalu mengikuti cara Hanna. Dengan perlahan mereka menyantap mie dari ujung ke ujung hingga tiba di tengah-tengah, bibir mereka saling menempel.

Edgar diam, menunggu apa yang akan dilakukan Hanna, hingga bibir Hanna melumat sisa bumbu mie di mulutnya, seolah sedang menciumnya.

"Gimana enak kan?" Hanna tersenyum dengan melumat jari jempolnya dengan gerakan menggoda.

Edgar terkekeh "Baiklah, sepertinya mulai sekarang aku akan suka." Edgar mendekap pinggang Hanna lalu turun meremas bokong seksi Hanna yang hanya terbalut celana di atas paha.

"Aku akui kamu memang selalu bisa membuatku tergoda, Hanna." Hanna tertawa, dia sengaja menggerakan pinggulnya maju mundur untuk membuat benda pusaka Edgar yang berada tepat di bawahnya semakin menegang.

"Aku bisa merasakannya, kamu menegang," bisik Hanna dengan sensual, dia bahkan mendesah lirih di telinga Edgar.

Edgar mendongak saat lidah Hanna menjalari lehernya. "Oh, aku tak tahan." Edgar semakin mencengkram pinggul Hanna dan meremasnya.

Hanna kembali tertawa, dia merasa lucu saat Edgar benar-benar tergoda, pria ini seperti tak pernah mendapat sentuhan dari wanita. "Sayang sekali aku harus menghabiskan mie ku dulu." Hanna kembali melakukan hal yang sama. Memasukan mie ke dalam mulut Edgar dan meraih ujungnya lalu berciuman saat mereka tiba di tengah-tengah mie.

...

Jangan di tiru plis, kalau bukan sama suami🤪

1
Ar Rasyha
untung urep no ndeso gk kenal diskotek yo gk kenal lc /Facepalm//Facepalm/
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
LC memang meresahkan.. gak didunia novel gak didunia nyata
Rahmawati
ini malah Hanna yg jatuh cinta duluan sm edgar
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Bo Ra
wkwk mba2 LC lg viral ya kk thor😁
yuning
Edgar pemain Hanna
Erna Wati
ya Hanna,kau cemburu..kau mulai jatuh cinta pd Edgar.
mbu ne
nah kan...Hanna mulai terjebak permainan sendiri...
Rahmawati
Hanna iseng bgt sih, Edgar beneran khawatir
Rabiatul Addawiyah
Edgar pasti sdh mencintai Hanna neh...bukan krn nafsu utk bercinta diatas kasur sj tp hatinya jg
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
datang bulan kok berenang thor
Ceu Nah: udah dari kemarin kak, masa banyak terus😅
total 1 replies
yuning
jangan main main sama nyawa
Rahmawati
Siska mulai curiga kayaknya
Rahmawati
naomi hanya butuh perhatian
Rabiatul Addawiyah
Aamiin YRA
Bo Ra
cerita nya bagus kk
yuning
oh Siska pasti curiga tapi semoga gak secepat itu ,sistah
mbu ne
apakah Hanna mulai memberikan kode2 untuk menyingkirkan Siska? 🤔
mbu ne
atur aja K...🤭
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!