Jodohku Duda Kaya

Aruna yang sedang mempersiapkan makan malam pun saat ini tengah berkutat di dapur. dia menyiapkan menu kesukaan langit yaitu chiken katsu, dan juga beberapa menu kesukaan suaminya yaitu udang balado dan juga bakwan jagung.

 Walaupun dia berasal dari desa, tapi dia cukup tau makanan terkini dengan andalan buku resep milik mendiang ibu nya yang kini dibawa nya kemana pun

Sementara langit saat ini tengah belajar di ruang tamu, ditemani dengan cemilan buatan Aruna yang berupa pancake pisang dan juga jus stroberi.

 "Assalamualaikum." ucap Faris yang baru sampai ke apartemen.

 "Walaikumsalam." ucap langit dengan melirik sedikit ke arah papi nya dan lanjut mengerjakan soal soal di meja belajar nya.

 "Lagi ngapain boy?" tanya Faris yang duduk sambil membuka kaos kaki yang melekat di kaki nya

"Belajar, Pih." ucap nya dengan wajah cuek

"Wah tumben kamu belajar boy, biasanya juga ga mau disuruh belajar." ucap Faris sambil duduk di sebelah putranya.

"Sekarang kan beda, aku ingin menjadi anak yang pinter, biar mami bangga, sama aku." ucap nya dengan singkat

Faris hanya terkekeh kecil melihat ambisi anaknya untuk istri baru nya, dia juga senang melihat langit mau menerima Aruna sebagai ibu nya.

 "Mami kamu mana boy?" tanya Faris yang tak mendengar suara Aruna.

 "Dapur, pih. Lagi masak."

 "Okey, papi liat mami dulu, kamu lanjut lagi belajar nya."

"Hmm.."

Faris menuju ke dapur dan terlihat Aruna sedang memasak makanan untuk nya dan juga anak nya. "betapa bersyukurnya aku bisa memiliki istri seperti mu sayang, bahkan kamu tak pernah neko neko dengan hubungan kita. Terima kasih banyak sudah hadir di dunia ini." batin Faris merasa senang sekaligus terharu

POV Faris

Saat melihat Aruna yang mau menyiapkan makanan, dan menyiapkan keperluan ku sebagai suami tentu saja aku merasa terharu dan merasa dihargai dengan baik. Sungguh tuhan maha baik menjodohkan ku dengan wanita seperti Aruna.

 Awalnya pernikahan kami hanya sekedar tanggung jawab ku yang telah membuat nya, batal nikah, rasa bersalah ku semakin besar saat dia memperlakukan ku dengan baik, dan mau menerima pernikahan ini.

 "Mas, walaupun kita menikah dengan terpaksa, tapi aku minta jangan pernah mempermainkan pernikahan, karena ini merupakan sakral yang tak boleh dibuat mainan. Insyaallah aku menerima kamu sebagai suami ku, aku menerima anak mu sebagai anak ku, dan aku menerima kekurangan mu, segenap hatiku."

Begitulah ucapan nya yang membuat aku tertegun, saat bersama dena dulu, bahkan aku tak pernah dihargai sebagai seorang suami, aku tak pernah di perlakuan dengan baik olehnya, bahkan langit saja tak pernah meminum asi milik nya, sungguh ibu yang sangat kejam.

Dari situ aku mulai trauma dengan wanita, saat itu aku berpikir, bagaimana anak ku tetap baik baik saja tanpa seorang ibu ya? tapi Tuhan maha baik, dan menentukan jodoh ku dengan begitu indah nya. Kesempurnaan nya mengutamakan keluarga membuat ku merasa ingin selalu menjaga nya.

 Aku memeluk nya dari belakang, wangi nya begitu candu untukku, masakan nya juga tercium lezat di indra penciuman ku.

 "Mas, kamu buat aku kaget." ucap nya dengan wajah kesal

"Maaf ya sayang, mas kangen banget sama kamu." ucap ku sambil mencium leher nya yang begitu candu.

 "Mas, jangan begini ih, ada langit mas kamu ini ga malu diliat sama langit?" ucap nya yang mendorong tubuh Faris, tapi tetap tak bisa karena Faris memeluk nya begitu erat

"Ga, ngapain malu, kecuali kita telanjang baru malu sayang. Lagi pula kita udah nikah dan udah sah di mata hukum dan agama." ucap ku yang masih betah memeluk istri kecil ku ini

Pernikahan nya dengan Aruna sudah didaftarkan di pengadilan agama, jadi Aruna sudah menjadi istrinya yang sah.

Blush..." wajah nya merona seketika.

"Udah sana kamu mandi dulu, bau tau."

"Sayang, mana ada aku bau ya, aku ini wangi." rengek ku dengan manja

"Udah mandi dulu sana, terus kita makan barengan, ayok mas sayang."

 "Cium dulu."

 "Cup."

Dia mencium ku singkat, aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan dan mencium nya dengan lumatan yang dalam membuat nya tak bisa bernafas

"Cup.."

"Hmmpt".. dia menepuk dada ku karena kehabisan nafas akibat nafsu ku yang tak tahan melihat nya. "Kamu buat aku ga bisa nafas tau mas. Udah sana mandi, kasihan langit udah nungguin." ucap nya mendorong tubuh ku

"Manis.." ucap ku dengan wajah berbinar

Wajah Aruna sudah merona akibat perlakuan ku ini, aku suka dia yang manja, aku juga suka dia yang begitu lucu dan menggemaskan di mata ku, sungguh bodoh Aryo yang melepaskan nya.