Di sebuah negeri yang dilupakan waktu, seorang jenderal perang legendaris bernama Kaelan dikutuk untuk tidur abadi di bawah reruntuhan kerajaannya. Kutukan itu adalah hukuman atas dosa-dosa yang dilakukannya selama perang berdarah yang menghancurkan negeri tersebut. Hanya seorang gadis dengan hati yang murni dan jiwa yang tak ternoda yang dapat membangkitkannya, tetapi kebangkitannya membawa konsekuensi yang belum pernah terbayangkan.
Rhea, seorang gadis desa yang sederhana, hidup tenang di pinggiran hutan hingga ia menemukan sebuah gua misterius saat mencari obat-obatan herbal. Tanpa sengaja, ia membangunkan roh Kaelan dengan darahnya yang murni.
Di antara mereka terjalin hubungan kompleks—antara rasa takut, rasa bersalah, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan. Rhea harus memutuskan apakah ia akan membantu atau tidak.
"Dalam perjuangan antara dosa dan penebusan, mungkinkah cinta menjadi penyelamat atau justru penghancur segalanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wati Atmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orde Cahaya Biru
Kini langit menjadi gelap. Langit gelap kini terselubung oleh awan hitam yang sangat pekat. Awan hitam kini menggantung rendah seolah siap menumpahkan isinya. Hujan mulai turun perlahan, tetesannya jatuh seperti ritme pelan pada daun-daun, lalu semakin deras hingga membanjiri tanah. Angin kencang berhembus, membuat pepohonan melambai dan ranting-rantingnya bergoyang tak tentu arah.
Kilatan petir menerangi langit malam, memunculkan bayangan tajam di antara kegelapan. Suaranya menggelegar dan menghentak bumi, seperti suara pertempuran dari langit. Setiap kali petir menyambar, guntur mengikutinya dengan suara gemuruh yang menggema, mengguncang udara dan membuat jantung berdegup kencang.
Air hujan mengalir deras di sepanjang jalan, membentuk genangan-genangan yang memantulkan kilauan cahaya petir. Suasana terasa menegangkan, seolah alam sedang menunjukkan kekuatannya yang tak terbendung. Udara menjadi dingin, menyelipkan rasa menusuk ke kulit, sementara aroma khas tanah basah menguar kuat, bercampur dengan bau sengatan listrik dari petir yang menyambar tak jauh.
Hujan tidak menunjukkan tanda akan reda. Suara hujan seperti alunan orkestra yang dimainkan tanpa jeda. Dalam kehampaan malam, hanya suara alam yang berbicara di malam hari seperti gemericik air, desiran angin, dan gemuruh langit yang menderu. Hujan dan petir menjadi satu, menciptakan suasana yang penuh daya dan tak tertebak.
Suasana malam terasa begitu damai, seperti pelukan alam yang hangat, membuat sebagian besar penduduk desa terlelap dalam tidur nyenyak di balik selimut mereka. Tetapi ada sebagian orang yang tidak tidur. Mereka malah berkumpul di dalam goa. Goa tersebut biasa saja kalau di lihat dari luar.
Di dalam sebuah gua tersembunyi di kaki bukit dekat perbatasan Kerajaan Eravelle dan negara Vordania. Ada perkumpulan rahasia berkumpul yang mempunyai nama adalah orde Cahaya Biru. Nama Orde Cahaya Biru dipilih karena mereka percaya akan fenomena bulan biru yang menjadi tanda kebangkitan Kaelan. Mereka mempunyai harapan dan kesetiaan terhadap ramalan bulan biru.
Obor-obor yang menempel di dinding goa memancarkan cahaya redup, menerangi wajah-wajah tegang yang dipenuhi oleh keyakinan dan keraguan. Di tengah ruangan, sebuah meja bundar terbuat dari batu kasar menjadi pusat perhatian. Di atasnya tergeletak gulungan-gulungan peta tua, simbol-simbol kuno, dan sebuah replika pedang besar yang dipercaya sebagai senjata Kaelan.
Seorang pria bertubuh besar dengan janggut tebal, Magnus, berdiri di ujung meja. Suaranya dalam dan menggema ketika ia berbicara.
"Kawan-kawan, tanda-tanda semakin jelas. Bulan biru telah muncul. Kita tidak akan menunggu lama lagi. Kita hanya menunggu Kaelan datang kepada kita."
Di salah satu sudut ruangan, seorang wanita muda berdiri dengan tangan bersilang, matanya menatap intens pada gulungan ramalan yang terbuka di hadapannya. Beberapa pria paruh baya duduk di kursi besar mengelilingi meja, wajah mereka penuh konsentrasi. Mereka adalah para penunggu setia, para penjaga rahasia yang telah menunggu bertahun-tahun untuk momen ini.
Suara hujan di luar terus terdengar, namun di dalam ruangan, keheningan hanya dipecahkan oleh suara gemeretak kayu di perapian kecil. Aroma lilin bercampur dengan bau kayu terbakar, menciptakan suasana yang sakral dan mendalam.
"Ramalan ini sudah jelas. Kebangkitan Kaelan tidak akan lengkap tanpa pengantinnya. Bulan biru adalah tanda pertama, dan tadi malam kita sudah melihatnya. Apa yang kita tunggu sekarang adalah saat mereka bertemu." kata Elira yang merupakan seorang wanita muda.
"Benar. Bulan biru adalah peringatan bahwa waktu mereka semakin dekat. Namun, kita harus bersiap. Tidak semua akan menerima kebangkitan ini dengan baik. Akan ada perlawanan." kata Ardan sambil mengangguk dengan mengusap jenggot putihnya yang panjang.
"Aku masih ragu. Apa benar pengantinnya telah dipilih? Ramalan hanya mengatakan 'seseorang dengan hati murni.' Bagaimana kita tahu itu sudah terpenuhi?" kata Lorien dengan suara rendah serta mengusap dagunya.
"Tidak ada ruang untuk keraguan, Lorien. Gadis itu telah muncul, terluka dan ditinggalkan takdir di hutan. Dia memenuhi setiap ciri dalam ramalan ini. Apakah kau lupa, dia ditemukan tepat di bawah bulan biru?" kata Elira dengan suaranya tegas sambil berbalik menatap Lorien.
"Kaelan tidak akan salah memilih. Jika takdir telah membawanya ke sini, maka itu sudah cukup menjadi jawabannya. Sekarang tugas kita adalah memastikan mereka bertemu tanpa gangguan." kata Ardan dengan tersenyum samar, matanya menatap jauh ke arah perapian.
"Baiklah. Tapi jika sesuatu terjadi, kita harus siap melindungi mereka. Kau tahu, kedua kerajaan tidak akan membiarkan kebangkitan ini terjadi begitu saja. Mereka akan menganggap ini ancaman bagi kekuasaan mereka." kata Lorien dengan helaan napas yang berat kemudian mengangguk.
"Itu sebabnya kita berkumpul di sini. Kaelan dan pengantinnya bukan hanya simbol kebangkitan, mereka adalah awal dari perubahan besar. Jika mereka bersatu, kerajaan-kerajaan yang selama ini menindas rakyat akan runtuh. Ini adalah awal dari era baru." kata Elira sambil melangkah mendekat ke meja, tangannya menyentuh peta besar di tengah.
"Maka kita bersiap. Bulan biru telah memberi tanda, dan takdir sedang bergerak. Tidak ada jalan kembali." kata Ardan dengan penuh semangat sambil mengangkat tongkatnya.
Ruangan itu hening sejenak setelah kata-kata Ardan. Di luar, hujan terus mengguyur bumi, seolah menjadi saksi atas percakapan yang akan menentukan nasib mereka. Mereka menatap satu sama lain, saling menguatkan, tahu bahwa peran mereka dalam ramalan ini tidak bisa diabaikan. Di bawah cahaya obor yang redup, mereka mulai merencanakan langkah-langkah untuk menyambut sang Jenderal dan pengantinnya yang dipercaya akan membawa cahaya di tengah kegelapan.
Kemudian mereka sibuk untuk menyimpan ritual. Ritual ini harus di lakukan di tempat yang diyakini adalah istana Kaelan. Mereka harus mencari tahu dulu tentang tempat istana Kaelan.Kelompok Orde Cahaya Biru memulai perjalanan mereka dengan penuh kehati-hatian, memilih tempat yang diyakini tempat istana Kaelan. Tempat itu cukup terisolasi karena berada di tengah hutan dan jauh dari gangguan dunia luar.
Sesampainya di tempat yang dirasa tepat, mereka mulai membersihkan area tersebut, mengusir energi negatif dengan membakar ramuan dan melakukan ritual kecil untuk membersihkan tempat. Setelah itu, mereka memulai tahap menggambar simbol-simbol yang sangat penting dalam ritual ini. Dengan tangan terampil, mereka menggunakan kapur putih, batu giling, atau tinta hitam untuk menggambar simbol-simbol kuno yang menghubungkan dunia manusia dengan dimensi lain.
Simbol-simbol ini, yang terdiri dari garis melengkung, segitiga, dan lingkaran, dipilih dengan cermat karena masing-masing mewakili elemen atau kekuatan tertentu: api, air, tanah, dan udara. Beberapa simbol terlihat seperti jaring tak terputus, menyimbolkan hubungan antara dunia mereka dengan yang lain, sementara yang lain menunjukkan keberanian dan kesediaan untuk menghadapi hal-hal yang tidak terlihat.
Mereka bekerja dalam diam, setiap gerakan penuh ketelitian dan kekhusyukan, karena setiap kesalahan kecil dapat menggagalkan ritual yang telah direncanakan dengan matang. Ketika semua simbol selesai digambar, mereka melangkah mundur, berdiri di luar lingkaran, dan bersiap untuk tahap berikutnya dari persiapan untuk membangkitkan energi untuk membuka gerbang.
semangat terus yaa berkarya
oh iya jangan lupa dukung karya aku di novel istri kecil tuan mafia yaa makasih