NovelToon NovelToon
Pelabuhan Cinta Sang Pangeran Es

Pelabuhan Cinta Sang Pangeran Es

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:45.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marica

Season kedua dari Batas Kesabaran Seorang Istri.

Galen Haidar Bramantyo, anak pertama dari pasangan Elgar dan Aluna. Sudah tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Ia mewarisi semua ketampanan dari ayahnya.

Namun ketampanan juga kekayaan dari keluarganya tidak sanggup menaklukkan hati seorang gadis. Teman masa kecilnya, Safira. Cintanya bertepuk sebelah tangan, karena Safira hanya menganggap dirinya hanya sebatas adik. Padahal umur mereka hanya terpaut beberapa bulan saja. Hal itu berhasil membuat Galen patah hati, hingga membuatnya tidak mau lagi mengenal kata cinta.

Adakan seorang gadis yang mampu menata hati si pangeran es itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Badai Sudah Berlalu

Galen sudah berada di rumah sakit, menunggu Lucyana yang masih tertidur, sedangkan Arabella pulang sekitar beberapa jam yang lalu. Ia juga sudah mendengar kabar dari Daren jika Joni sudah dijemput oleh polisi, tetapi Kamila dan Cintya berhasil kabur, lebih tepatnya dibiarkan untuk kabur. Lagi pula mereka tidak akan bisa pergi ke manapun.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Galen masih terjaga, ia berdiri di samping tempat tidur, dengan kedua tangan masuk ke dalam saku hoodie yang masih ia kenakan. Mata elangnya memerhatikan Lucyana, wajah gadis itu terlihat damai. Luka-luka di tubuh gadis itu sudah diobati, tetapi mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk mengobati luka batinnya.

Galen mulai dibuat gelisah, tidak pernah dirinya se-perhatian itu dengan perempuan lain kecuali Safira. Jika boleh jujur Galen sendiri tidak tahu, kenapa mau susah-susah ikut campur urusan gadis itu padahal mereka belum lama saling mengenal.

-

-

Keesokan harinya Galen masih berada di rumah sakit, menemani Lucyana. Bahkan ia sampai tertidur di sofa. Tidurnya terusik oleh suara ponsel. Buru-buru Galen mematikannya, takut mengganggu tidur Lucyana. Laki-laki itu bangun lantas melihat waktu pada layar ponselnya. Setelah itu melirik ke tempat tidur. Sampai pukul delapan pagi gadis itu belum juga bangun, entah apa yang membuat gadis itu tidur begitu lama?

"Aarght!"

Galen yang tengah berada di sofa menoleh ke tempat tidur, melihat Lucyana mulai bergerak. Namun Galen tidak langsung mendekat, membiarkan gadis itu sadar sepenuhnya. Mata elangnya menatap setiap gerakan Lucyana, tanpa berpaling barang sedetik pun.

Terlihat Lucyana mencoba meraih sesuatu di meja nakas. Air minum? Karena luka di lengan juga jarum infus menancap di pergelangan tangannya membuat gadis itu kesusahan.

Kening Galen berkerut, apa gadis itu tidak melihat keberadaan dirinya. Bisa kan dia minta tolong padanya. Galen lantas menaruh ponselnya, mengayunkan langkah ke dekat tempat tidur. Tangannya terulur meraih gelas berisi air putih.

"Bilang kalau butuh bantuan! Punya mulut, 'kan?" ucap Galen datar.

Lucyana tertegun melihat tangan kekar itu, lantas menoleh, menatap pada pemilik suara. Matanya bertemu dengan iris mata Galen. "Kak Galen."

"Jangan menatap gue seakan gue ingin membunuh lo," ucap Galen membuat Lucyana memutuskan pandangan mereka.

"Sejak kapan Kakak berada di sini?" Lucyana mencoba bangun untuk mengambil posisi duduk, lengannya masih merasa ngilu, membuat Lucyana meringis setiap kali bergerak.

"Gak penting. Minum terus tidur lagi." Galen memberikan gelas itu kepada Lucyana.

"I-ya." Lucyana dalam mode tidak ingin membantah, ia menerima gelas yang diberikan oleh Galen, lantas meminumnya sampai air tersisa hanya setengahnya.

Galen kembali mengambil gelas dari tangan Lucyana kemudian meletakkan kembali ke meja nakas.

"Terima kasih, Kak," ucap Lucyana dibalas gumaman oleh Lucyana.

"Sekarang istirahat!" perintah Galen lantas mengambil posisi duduk di kursi yang ada di tempat tidur.

Lucyana tidak langsung merespon perkataan Galen, ia memikirkan sesuatu. Matanya masih menatap Galen, mulutnya ingin mengeluarkan kata-kata, tetapi masih ragu.

"Ada apa?" tanya Galen ketika melihat Lucyana melamun.

"Itu … Kakak gak sekolah?" tanya Lucyana kikuk.

"Lagi malas," jawab Galen asal.

Lucyana kembali diam, sampai rasa penasaran memaksanya untuk bicara. "Kak, boleh aku bertanya?"

"Apa?" tanya Galen datar.

"Papaku —"

"Setelah apa yang tua bangka lakukan, lo masih sudi memanggilnya dengan sebutan papa?" Galen menukas ujaran Lucyana.

"Emm, bukan itu?" Lucyana menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Berhadapan dengan Galen memang membuat harus ekstra sabar, bukan hanya karena sikap dingin Galen, tetapi cara bicara Galen terkadang membuat Lucyana tidak bisa berkata-kata, ditambah wajah tampan yang laki-laki itu miliki, mampu membuat semua kata yang ia susun menghilang begitu saja.

"Dia sudah dibawa ke kantor polisi," ucap Galen tiba-tiba.

"Hah." Lucyana terkejut mendengar perkataan Galen.

"Kenapa? Keberatan?"

"Tidak," jawab Lucyana cepat. "A-ku hanya kaget. Papaku sebenarnya banyak menyuap polisi untuk menutupi kesalahan dia selama ini. Apakah kali ini dia akan lolos juga?" tanya Lucyana.

Galen tidak langsung menjawab, tetapi justru menatap Lucyana, ingin melihat eksperi wajah gadis itu, "Kali ini tidak."

Lucyana mendongak, menatap Galen penuh arti sampai Galen tidak bisa membaca ekspresi wajah gadis di depannya.

"Kak," ucap Lucyana lirih.

"Apa?"

"Terima kasih."

Giliran Galen yang menatap penuh arti, "Kamu masih punya hutang sama aku, ingat?"

"Hutang apa?"

"Bawain gue bekal setiap hari."

"Oh iya aku lupa." Lucyana menepuk keningnya sendiri. "Aku pasti akan buatkan bekal untuk Kakak. Yang enak pokoknya." Lucyana menunjukkan wajah cerianya.

Bekal?

Wajah ceria Lucyana kembali meredup mengingat sang pengasuh, orang yang selalu menyayangi dirinya selama ini.

"Bagaimana keadaan bibi?" tanya Lucyana, wajahnya berubah

"Maksud lo wanita tua yang tertembak itu?" tanya balik Galen.

Lucyana mengangguk, "iya."

"Pengasuh lo meninggal. Dia kehilangan banyak darah," jawab Galen.

Napas Lucyana serasa berhenti mendengar jawaban Galen.

"Kakak bohong, 'kan?" Suara Lucyana sudah serak lantaran menahan tangis.

"Gak. Bahkan mayatnya masih ada di kamar mayat rumah sakit ini," jelas Galen.

Lucyana menggeleng, seakan tidak terima dengan kematian sang pengasuh. "Aku ingin melihatnya."

"Orang-orang gue akan pengurus pemakamannya." Galen mencegah Lucyana yang ingin turun dari tempat tidur.

"Aku ingin melihatnya. Tolonglah! Dia yang mengurusku selama ini. Dia sudah seperti ibuku sendiri." Lucyana memohon dengan menyatukan kedua tangannya. "Dia juga tidak memiliki siapapun lagi. Suami dan anaknya meninggal sejak lama. Kak—"

"Pakai kursi rodanya!" ucap Galen membuat Lucyana mengangguk seperti anak yang penurut.

-

-

Satu minggu sudah Lucyana dirawat di rumah sakit. Selama itu pula hidupnya tidak tenang. Beberapa orang datang bukan untuk menjenguknya, tetapi justru menanyakan keberadaan sang ayah. Ada juga yang menagih hutang. Galen tahu itu, meminta kepada pihak rumah sakit untuk memindahkan Lucyana ke ruangan khusus agar tidak terganggu.

Hari itu Lucyana diperbolehkan pulang, Galen yang akan mengantarnya pulang. Namun Lucyana mendapatkan kejutan lagi. Beberapa orang dari bank datang menagih hutang atas nama ibu tirinya. Sialnya rumah yang kini ia tinggali dijadikan jaminan. Lucyana jelas tidak sanggup membayar hutang-hutang itu, maka ia diberikan waktu sampai bulan depan jika ingin rumahnya tidak kena sita.

Galen tahu? Sudah jelas, bahkan bisa dibilang harta yang ditinggalkan oleh Ivy tidak akan cukup untuk membayar hutang itu.

"Kak, boleh aku repotin Kakak lagi?" tanya Lucyana pada Galen.

"Apa?"

"Aku ingin bertemu dengan papa aku."

"Sekarang?"

Lucyana mengangguk.

"Yakin bisa?"

"Bisa, aku gak akan sedih lagi."

Galen mengangguk, setuju untuk mengantar Lucyana ke penjara. Mereka lantas masuk ke dalam satu mobil yang sama, kembali meninggalkan rumah itu.

Hening mengambil alih suasana, keduanya fokus pada aktivitas masing-masing. Galen fokus mengemudi, sedang Lucyana fokus memerhatikan jalanan yang tengah mereka lewati. Mungkin raganya ada di tempat itu, tetapi tidak dengan pikirannya. Pikiran gadis itu sedang melalang buana.

Awalnya ia memiliki sedikit rasa sedih ketika tahu Joni masuk ke dalam penjara, tetapi mengingat semua tindakan dan akibat dari perbuatan papanya membuat Lucyana harus segera mengambil sikap.

"Kita sudah sampai." Perkataan Galen membuat lamunan Lucyana buyar.

Segera Lucyana turun dari mobil, berjalan masuk ke tempat papanya di tahan.

"Akhirnya kamu datang."

Lucyana mendongak ketika mendengar suara papanya. Terlihat laki-laki itu nampak sedikit lebih kurus dan tidak terawat.

"Apa kabar, Pa?"

"Kamu masih bisa tanya kabar saya? Mana ada orang baik-baik saja saat ada di dalam penjara.

"Ini salah Papa sendiri."

"Anak sialan!" ucap Joni pelan, tetapi penuh tekanan. "Berani sekali kamu sama saya!"

Lucyana tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun, tidak seperti biasanya.

"Aku ke sini mau pamit sama Papa."

"Apa maksud kamu? Dari pada kamu bicara ngawur, lebih baik kamu sewakan pengacara untuk bebaskan saya!"

"Mau bayar pengacara pakai apa? Semuanya sudah habis karena ulah Papa. Bahkan rumah sampai disita oleh bank." Lucyana menyerahkan berkas hutang piutang milik Joni.

Mata Joni terbelalak, melihat apa yang tertera dalam berkas itu, meskipun tahu akan hutang-hutang itu Joni tetap merasa marah, ia mengusap wajahnya kasar, merasa frustrasi dengan situasi saat itu.

"Jika Papa butuh sewa pengacara, katakan saja pada istri dan anak kesayangan Papa."

Jika itu bisa, pasti sudah Joni lakukan, tetapi sayangnya sampai detik itu, Kamila dan Cintya tidak kelihatan batang hidungnya.

"Hanya itu yang mau aku bicarakan dengan Papa. Aku pergi. Papa jaga diri baik-baik. Semoga kelak jika kita bertemu lagi Papa sudah berubah menjadi orang yang lebih baik."

1
Shelvie Pandoju
akhirnya resmi juga. enjadi suami istri, menunggu cerita malam pertamanya 😆
Shelvie Pandoju
Ternyata Zayn menyukai Ara secara diam-diam, dan semua itu di ketahui Edgar
Alevin
thor selamat idul fitri yok bisa yok thr nya triple up 🤣🤣🤣
Echa: Mohon maaf lahir batin kakak
total 1 replies
miss blue 💙💙💙
bukannya tobat, malah tambah parah 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️😤😤
Alevin
oh co cweeet
Alevin
thor gaalau aku thor blm update 🫠
Shelvie Pandoju
sepertinya Farel dan Rania sengajaa mengambil proyek di Amerika untuk menghindari rasa malu dan nda enak terhadap keluarga Edgar, lantaran perbuatan Safira
miss blue 💙💙💙
kok aq sangsi kalo si safira sadar ya.. 😤😤😤
miss blue 💙💙💙
baru gabung, moga ceritanya seru..
Alevin
bagus, syukur2 si safari firaun kena tembak suku indian disana
Alevin
buka tutup
buka tutup
buka tutup
blm update 🥹😭
pdhal keburu pengin baca safari firaun dkirim ke afrika temenan ma singa
Echa: maaf maaf. Kasih notif kak jadi kalau udah up ada notif masuk kkak gak perlu buka tutup 🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
4U2C
nah kan SAFIRA otak dimana otakmu,,aku rasa otakmu dilutut🤣🤣🤣🤣🤣
4U2C
bodoh untuk kesekian lamanya baru berkata cinta,,dulu kemana saja kamu SAFIRA,,bukan kah GALEN sudah bagi peluang buat kamu sebelum LUCYANA hadir dihati GALEN,,kamu bekeras menolak GALEN kan..
Shelvie Pandoju
bagus ceritax
Neng Saripah
bagus ,,asingkan aja itu si safir
ke luar negeri
kalo perlu luarnya lagi
Echa: itu mah udah bukan luar angkasa lagi. tapi luar luar luar angkasa
4U2C: asingkan ke planet ploto biar hidup dengan allien🤣🤣🤣🤣🤣
total 4 replies
efridaw995@gmail.com
kenapa persahabatan Aluna dan Rania hancur karena anak Rania sering terjadi di alur cerita nya
Neng Saripah
padahal mami papinya org baik
kok bisa anaknya modelan bgtu
Shelvie Pandoju
bagus Rania tegas kepada anak yang selalu mencari masalah
Alevin
akhirnyaa safari digampar
Alevin
yok safariiii yok hancurkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!