Adeline adalah putri dari kerajaan kecil yang diabaikan, setelah di jodohkan ia malah melarikan diri dari pernikahan dengan Grand Duke Bahdrika yang terkenal dingin setelah bercerai dari istri pertamanya. Siapa sangka setelah semua itu ia malah terlibat dengan putra grand duke, menjadi pengasuh duke muda dan tinggal di dalam Kediaman
Bahdrika.
Akankah identitas asli Adeline terbongkar?
Bisakah Adeline bertahan tinggal di kediaman itu?
Nantikan alur ceritanya pada bab-bab yang akan datang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lasri Anariya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Ophelia yang malang.
Bab 13
“Ibu, aku pulang.” Adeline bersenandung masuk ke dalam rumah. Anna melihatnya membawa kantong berisi ubi bakar lantas bertanya, "Sudah hampir jam makan siang, kenapa pergi membeli ubi bakar?"
"Aku lapar, selalu lapar di jam ini. Ibu tenang saja, makan siang akan ku lahap sampai habis," jawab Adeline.
"Hari ini tidak pergi mencari herbal?"
"Tidak, aku tidak mau mencari herbal lagi. Aku dapat pekerjaan baru, menulis cerita anak."
"Itu bagus, selir dulu suka menulis cerita anak juga untuk anak-anak daerah kumuh."
"Ibu, apa ibu merindukannya?"
"Tidak begitu terlalu karena di sini ada bagian kecil dari dirinya, putri ku tentunya."
"Beruntungnya aku." Adeline tersenyum senang, Anna merasa sangat damai setiap kali melihat senyumnya.
Sambil menunggu makan siang Adeline duduk memakan ubi bakarnya dengan tenang, baru selesai makan ia teringat jika berjanji menolong pemilik toko roti langgannya untuk mengangkat karung tepung. Spontan Adeline langsung berlari keluar dari rumah, Anna kebingungan mau ke mana lagi Adeline padahal sebelum ada setengah jam di rumah
Keesokan harinya Sachi juga mendapatkan hukuman sebab ia berteriak pada Oriana, hukumannya adalah meninggalkan tugasnya dalam kediaman dan fokus pada serikat dagang selama 3 bulan, sedangkan Karina di pecat oleh Kaivan tanpa upahnya selama 3 bulan bekerja, dan Alice berangkat dihari itu bersama dengan Sachi serta pengasuhnya.
3 hari kemudian rombongan tentara bayaran dari berbagai desa menampakan kaki mereka di halaman kediaman, kedatangan mereka disambut langsung oleh Kaivan sebagai grand duke. Jumlah di pasukan tentara bayaran di bagi menjadi 3 divisi, divisi satu terdiri dari para pemanah berada dalam naungan Komandan pasukan Zagan Merfales, divisi dua terdiri dari ahli pasukan berpedang dalam naungan Komandan pasukan Zahir merfales, divisi ketiga berdiri dari ahli tombak dan tameng dalam naungan komandan pasukan Zain Marfales.
Sebelum keberangkatan mereka semua akan menyesuaikan diri selama seminggu dengan pasukan kesatria, mengikuti latihan, makan bersama, sampai patroli dalam kediaman agar nanti tidak berpecah karena ada rasa tidak nyaman.
"Wow, kediaman duke sangat luas. Siapa sangka di halaman belakang ada lapangan latihan sebesar ini tersembunyi dalam hutan bersama asrama kesatria sampai ada 3 bangunan besar, sekaya apa mereka ini?" batin Erick merasa takjub dengan pemandangan berbanding terbalik dari kerajaan Ashraf mereka.
"Paman yang di sana, bisa bantu aku?" tanya seorang pria kecil berusia kisaran 12 tahun.
Erick pun berlari mendekatinya, "Apa yang bisa paman bantu, nak?"
"Itu." Pria itu menunjuk puluhan kotak kayu tidak jauh darinya, "Bantu aku membawanya, boleh?"
"Boleh boleh boleh, serahkan saja pada paman." Erick percaya diri dengan kekuatannya mampu mengangkat 5 kotak kayu sekaligus.
"Ikuti aku paman." Pria kecil menuntun Erick ke sebuah paviliun jauh dari lapangan latihan kesatria, di paviliun itu banyak orang berpakaian mirip pria kecil yang terlihat sibuk sekali.
"Di sini paman." Pria kecil itu membuka pintu ruangan untuk Erick, Erick lagi-lagi terpesona dengan ruangan besar berisi ratusan kotak kayu yang berisi botol kaca dengan cairan ungu dan kuning.
Erick meletakan kotaknya dengan rapi lalu ia bertanya, "Nak, apa isi botol kaca itu?"
"Itu racun untuk monster, tidak berbahaya untuk manusia jadi paman tenang saja," jawabnya. Erick mengangguk kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya, setelah selesai pria kecil itu berterima kasih padanya.
"Ophir," panggil Jayden tiba-tiba muncul, Erick terkejut melihatnya muncul entah dari mana.
"Maaf membuat anda terkejut, tuan. Terima kasih sudah membantu Ophir kami," ucap Jayden, Erick hanya mengangguk lalu ia pamit pergi untuk merapikan barangnya di asrama yang sudah ditentukan.
"Kenapa Jayden?" tanya pria kecil bernama Ophir, ia heran Jayden menatap lekat Erick.
"Tidak ada. Aku ingin membicarakan hal penting ayo ke ruang kerja mu," ajak Jayden, Ophir pun mengikuti Jayden ke ruang bawah tanah tempat kerja Ophir.
*****
Olive berias secantik mungkin untuk memenuhi undangan Damian, suasana hati Olive semakin hari semakin baik karena ia kerap bertukar surat dengan Ailee menjaga hubungan mereka tetap baik agar nanti ia tidak akan kehilangan posisinya di Kediaman Bahdrika.
"Ya ampun, Livy." Marchioness Hasley Margaret sangat bangga melihat kecantikan putri kesayangannya, "Kau adalah dewi dari langit."
"Kenapa ibu harus begitu memuji ku, kecantikan ini di turun dari mu yang kecantikannya membuat dewi merasa iri." Olive membalas pujian sang ibu.
"Anak ini." Hasley memeluk Olive, suasana penuh kasih sayang itu memudar saat Ophelia masuk ke dalam kamar Olive.
"Kenapa kau ada di sini? Olive tidak memberikan kau hukuman berat untuk mu sudah cukup bagus, sekarang kau malah datang ke sini," keluh Hasley, melihat Ophelia hanya mengingatkan dia pada masa lalu kelam.
"Maafkan aku, bu. Aku membawa surat dari kediaman tunangan ku," jawab Ophelia menyodorkan surat.
"Ambilkan!" Hasley meminta pelayan untuk mengambilnya, pelayan pun mengenakan sarung tangan lebih dulu lalu mereka mengambil suratnya.
"Bacakan isinya," perintah Olive, pelayan yang tadi membukanya lalu membaca isi surat dengan suara lantang, Isi suratnya sangat tidak pantas apalagi jika dikatakan oleh seorang putra viscount kepada nona keluarga Margaret.
"Kakak, apa kau tidak tahu cara mengendalikan laki-laki mu?" geram Olive, "Kau harusnya bersikap baik layaknya seorang calon istri, kenapa putra viscount malah menulis surat seperti ini? jadilah diri mu sendiri jangan sekali-kali meniru ku."
"Tidak, aku tidak melakukan apa putra yang viscount inginkan. Tapi dia memang bertunangan dengan ku agar bisa melihat mu, itu adalah surat rahasia yang selalu dia kirimkan jika ingin membuat janji temu. Kau tidak mengizinkan aku merahasiakan apa pun lagi jadi ku bawa itu ke mari," jelas Ophelia, dia sendiri tidak berdaya menyanggupi keinginan tunangannya.
"Meminta mu mengenakan pakaian mirip Olive, meminta mu menemuinya sambil menutup wajah agar dia hanya bisa melihat mata mu yang mirip sekali dengan Olive, sambil membayangkan jika Olive bersama dirinya itu adalah tindakan kotor. Kau sangat tega sebagai kakak malah membuat pria mu membayangkan adik mu sendiri," hardik Hasley.
"Tidak ibu, sungguh tidak ku lakukan apa yang dia mau selama ini aku selalu tampil sebagai diri ku dan dia selalu meminta ku pulang sampai mengancam akan membatalkan pertunangan jika aku menolak." Ophelia mengatakan kebenaran agar tidak ada kesalahpahaman diantara mereka, dia juga muak harus menghadapi pria seperti putra viscount itu.
"Batalkan saja pertunangan, bu. Aku tidak sudi pria itu muncul di hadapan ku lagi, aku tahu kakak pasti lelah. Masih banyak pria yang mau menjadi tunangan kakak di masa depan," ucap Olive kali ini menyelamatkan Ophelia.
"Baiklah, Olive. Ophelia, pergilah dari sini!" usir Hasley, Ophelia membungkuk kemudian keluar.
"Putra Viscount sialan! beraninya kau menaruh keinginan pada anak ku, tidak akan ku buat hukuman mu menjadi mudah," batin Hasley.
Olive melupakan masalah tentang Ophelia, sekarang ia harus bergegas sebelum terlambat.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti 😘
Adeline adalah karakter yang kuat dan kompleks, mewakili banyak wanita yang berjuang melawan batasan sosial. Dalam perjuangannya, dia harus menghadapi berbagai tantangan dan mempertanyakan identitasnya sendiri. Hubungan yang dia jalin dengan tokoh lain menambah kedalaman cerita, menciptakan ketegangan yang menarik.
Gaya Penulisan:
Gaya penulisan Lasri Anariya sangat engaging, dengan narasi yang mengalir dan dialog yang natural. Pembaca akan mudah terhubung dengan emosi dan perjalanan karakter, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam.
Kesimpulan:
"Mirage of Love" adalah novel yang menarik dan relevan, memberikan pandangan mendalam tentang cinta, kebebasan, dan identitas. Dengan alur yang menegangkan dan karakter yang kuat, novel ini akan membuat pembaca terbawa dalam kisah perjalanan Adeline.
Rekomendasi:
Bagi penggemar cerita romantis dengan elemen drama dan konflik emosional, "Mirage of Love" adalah pilihan yang tepat. Ini adalah bacaan yang akan membuat pembaca merenungkan pilihan hidup dan arti sebenarnya dari cinta.
/Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile/