NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Tak Pernah Sampai

Cahaya Yang Tak Pernah Sampai

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Romansa / Roman-Angst Mafia / Pembantu / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu
Popularitas:961
Nilai: 5
Nama Author: Queen Jessi

Rara Maharani Putri, seorang wanita muda yang tumbuh dalam keluarga miskin dan penuh tekanan, hidup di bawah bayang-bayang ayahnya, Rendra Wijaya, yang keras dan egois. Rendra menjual Rara kepada seorang pengusaha kaya untuk melunasi utangnya, namun Rara melarikan diri dan bertemu dengan Bayu Aditya Kusuma, seorang pria muda yang ceria dan penuh semangat, yang menjadi cahaya dalam hidupnya yang gelap.

Namun Cahaya tersebut kembali hilang ketika rara bertemu Arga Dwijaya Kusuma kakak dari Bayu yang memiliki sifat dingin dan tertutup. Meskipun Arga tampak tak peduli pada dunia sekitarnya, sebuah kecelakaan yang melibatkan Rara mempertemukan mereka lebih dekat. Arga membawa Rara ke rumah sakit, dan meskipun sikapnya tetap dingin, mereka mulai saling memahami luka masing-masing.

Bagaimana kisah rara selanjutnya? yuk simak ceritanya 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Jessi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Yang Mengejutkan

Keesokan harinya, Arga membawa Rara ke rumah ibu angkatnya. Rumah itu besar, namun masih jauh berbeda dari rumah besar yang selama ini dikaitkan dengan kehidupan Arga. Suasana hangat dan nyaman menyambut mereka begitu memasuki halaman.

Seorang wanita paruh baya, dengan senyum lembut yang menenangkan, membuka pintu. Ia adalah Amara, ibu angkat Arga, yang meskipun tidak melahirkan Arga, jelas memperlakukannya dengan kasih sayang.

“Arga,” sapa Amara dengan suara penuh kehangatan. “Akhirnya kau datang juga. Dan ini siapa?” tanyanya, melirik ke arah Rara.

“Namaku Rara,” jawab Rara sopan.

Amara tersenyum lebih lebar. “Rara, selamat datang. Masuklah, anggap saja seperti rumah sendiri.”

Namun, Arga tetap dingin. “Kami tidak akan lama,” ucapnya datar, melangkah masuk tanpa menunggu undangan.

Di ruang tamu, Amara menyajikan teh hangat dan kue untuk tamunya. Ia duduk di sofa kecil di hadapan Arga dan Rara, sambil memperhatikan gadis muda itu dengan penuh rasa ingin tahu.

“Arga jarang membawa tamu ke sini,” kata Amara, berusaha memulai percakapan. “Kau pasti seseorang yang istimewa.”

Rara tersenyum kecil, merasa segan. “Tidak juga, Bu. Saya hanya... sedang membutuhkan bantuan, dan Arga menolong saya.”

Amara menoleh ke Arga, senyumnya sedikit berkurang. “Aku tahu kau sering menolong orang, Arga. Itu salah satu hal baik yang kau warisi dari ayahmu.”

Arga mengangkat alis, jelas tidak tertarik untuk membahas hal itu. “Kita tidak datang untuk berbicara tentang masa lalu, Bu. Aku hanya ingin memastikan Rara merasa aman.”

Amara menghela napas, tatapannya melembut. “Kau tahu, Arga, rumah ini selalu terbuka untukmu. Untuk apa pun yang kau butuhkan, termasuk dukungan. Aku mungkin bukan ibu kandungmu, tapi aku selalu menganggapmu seperti anakku sendiri.”

Arga mendengus kecil. “Dukungan? Apa itu termasuk memanfaatkan warisan ayahku untuk membuat rumah ini lebih nyaman?”

Kata-katanya tajam, membuat Rara menatapnya dengan kaget. Amara tidak langsung membalas, tetapi wajahnya menunjukkan sedikit rasa sakit.

“Arga,” katanya pelan, suaranya bergetar. “Apa aku pernah meminta lebih dari yang kau mau beri? Rumah ini... aku hanya ingin menjaga kenangan tentang ayahmu tetap hidup. Aku tidak punya niat buruk.”

Namun, Arga hanya menatapnya tanpa ekspresi. “Baiklah, aku harap itu benar. Aku tidak ingin ada yang mengambil keuntungan dari apa yang ditinggalkan ayahku, terutama untuk hal-hal yang tidak perlu.”

Saat adanya ketegangan, suara langkah kaki terdengar dari tangga. Seorang pria muda muncul dengan senyuman ceria yang langsung menarik perhatian Rara.

“Bayu?” Rara berkata setengah terkejut.

Bayu juga tampak terkejut. “Rara? Kau... apa yang kau lakukan di sini?”

Rara menatapnya, mencoba mencerna situasi. Ia baru teringat bahwa Bayu adalah bagian dari keluarga Kusuma. Fakta ini membuatnya sedikit bingung, terutama mengingat sikap Arga yang sangat dingin terhadap Amara, ibu kandung Bayu.

“Jadi kalian saling kenal?” tanya Amara dengan senyum hangat.

Bayu mengangguk. “Ya, kami bertemu beberapa waktu lalu. Tapi aku tidak menyangka akan bertemu lagi di sini.”

Rara tersenyum kecil. “Aku juga tidak menyangka kau ternyata sungguh berasal dari keluarga Kusuma ”

Namun, suasana hangat itu tak bertahan lama. Tatapan dingin Arga tetap tertuju pada Amara, seolah tidak terpengaruh oleh kehadiran Bayu.

“Bayu, kau seharusnya sedang mengurus proyek di luar kota,” kata Arga dengan nada tegas.

Bayu tertawa kecil. “Sudah selesai lebih cepat, Kak. Lagipula, aku ingin mengunjungi Ibu. Apa itu salah?”

Arga tidak menjawab, hanya memandang Bayu dengan ekspresi datar. Bayu, meskipun terbiasa dengan sikap dingin kakaknya, tidak tampak tersinggung.

Amara menyela dengan lembut. “Arga, kau tahu Bayu selalu ingin menghabiskan waktu bersamamu. Mungkin kau bisa melonggarkan sedikit sikapmu.”

Namun, Arga tetap tidak bergeming. “Aku tidak di sini untuk berbasa-basi. Setelah ini, aku dan Rara akan pergi.”

Setelah suasana sedikit mencair, Bayu mendekati Rara dan berbisik. “Kak Arga memang seperti itu. Jangan diambil hati.kamu kenapa bisa bersama dia?”

Rara menatap Bayu dengan bingung. “ck nanti aku ceritakan, panjang ceritanya. kamu nggak kesal arga jutek dingin begitu?”

Bayu tersenyum lembut. “nggak kok..Karena aku tahu, di balik sikapnya yang dingin, dia selalu mendukungku. Dia hanya tidak menunjukkan perasaannya dengan cara yang biasa.”

Rara mulai memahami hubungan kompleks antara Arga, Bayu, dan Amara. Meski Arga terlihat dingin, ada sisi lain darinya yang masih peduli, meskipun ia menyembunyikannya dengan sangat rapat.

Ketegangan antara Arga dan Amara tetap terasa saat mereka pamit meninggalkan rumah itu. Namun, pertemuan singkat dengan Bayu memberi Rara sedikit kelegaan.

Dalam perjalanan kembali, Rara akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. “Kenapa kau bersikap seperti itu padanya? Dia terlihat sangat peduli padamu.”

Arga tidak langsung menjawab. Setelah beberapa saat, ia berkata dengan suara pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri. “Karena aku tahu dunia ini tidak sebaik kelihatannya. Dan aku tidak punya waktu untuk memanjakan perasaan.”

Jawabannya membuat Rara terdiam, merasa bahwa di balik dinginnya Arga, ada luka yang dalam yang belum sepenuhnya sembuh.

1
Tomat _ merah
semangat thor cerita nya bagus, mmpir juga ya ke cerita aku yg "Terpaksa dijodohkan dengan seorang dosen"
Kelly Andrade
Gak bisa berhenti membaca nih, keep it up thor!
Luna de queso🌙🧀
Bawa pergi dalam imajinasi. ✨
Queen: Semoga suka ya kak sama alur ceritanya 🤗🤍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!