Selama 10 tahun lamanya, pernikahan yang Adhis dan Raka jalani terasa sempurna, walau belum ada anak diantara mereka.
Tapi, tepat di ulang tahun ke 10 pernikahan mereka, Adhis mengetahui bahwa Raka telah memiliki seorang anak bersama istri sirinya.
Masihkah Adhis bertahan dalam peliknya kisah rumah tangganya? menelan pahitnya empedu diantara manisnya kata-kata cinta dari Raka?
Atau, memilih meladeni Dean, mantan kekasih serta calon tunangannya dimasa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#6•
#6
Pukul 10.00 pagi, Raka meninggalkan Rumah sakit, menjelang dini hari ia masuk ruang operasi, karena ada pasien korban kecelakaan. pukul 07.00 Raka keluar dari ruang operasi, dan sesudahnya ia tertidur di ruangan pribadinya. Lumayaan walau hanya beberapa jam, kini energinya kembali terisi, dan ia bisa mengemudikan mobil tanpa merasakan kantuk.
Ketika menyalakan mobil, Raka tiba-tiba terpikirkan untuk makan siang bersama Adhis, karena sudah pasti, saat ini Adhis tak ada di rumah karena sedang di tempat kerja. Jika pulang, Raka hanya akan tidur dan makan siang seorang diri. Tapi jika ke tempat kerja Adhis, ia bisa makan bersama sang istri, walau harus menunggu sejenak. Tak masalah jika harus tidur di ruang kerja sang istri, asalkan bisa quality time berdua, Raka sudah sangat senang.
Raka tersenyum, ketika memarkirkan mobil tepat di sebelah mobil sang istri, bisa dipastikan saat ini Adhis sudah di tempat kerja. Raka berjalan cepat meninggalkan tempat parkir, melongok pesan yang baru saja masuk ke ponselnya, sebuah pesan dari Anggi yang mengabarkan bahwa Qiran sudah tidak demam, membuat Raka tersenyum lega, dan setelah mengirimkan balasan, Raka kembali menyimpan ponselnya di saku celana.
Ting
Pintu lift terbuka, langkah kaki Raka membawanya ke depan ruang kerja Adhis, tampak disana Yoga dan Ell tengah mendiskusikan pekerjaan.
“Apa istriku ada di dalam?” tanya Raka. Membuat Yoga dan Ell saling pandang.
“Kenapa menatapku begitu?” tanya Raka heran.
“Maaf, Dok, tapi hari ini Bu Adhis izin tak masuk kerja, karena sedang tak enak badan.”
Sontak saja, keterangan Ell membuat Raka terkejut, “istriku, sakit? tapi kenapa mobilnya ada di tempat parkir?”
“Oh, itu karena kemarin Bu Adhis meminta tolong pada saya, untuk membawa mobilnya ke bengkel, tune up dan perawatan rutin,” jawab Yoga beralasan.
Raka mengangguk, hal itu tak ia permasalahkan, karena dirinya pun cukup sibuk di Rumah Sakit, hingga tak sempat mengurus mobil sang istri. “Tapi, tak biasanya Adhis sakit tanpa mengabariku,” gumam Raka, yang akhirnya kepikiran juga dengan kondisi Adhis.
“Baiklah, terima kasih untuk informasinya.” Tanpa menunggu jawaban Yoga, Raka segera berbalik meninggalkan ruangan tersebut.
Yoga yang mengetahui gonjang-ganjing pernikahan atasannya, hanya bisa menatap sedih kepergian Raka.
Dalam pandangan Yoga, Rumah tangga mereka sempurna, Raka baik dan bertanggung jawab, dan Adhis pun wanita lemah lembut, yang penyayang. Bahkan bisa dikatakan Adhis adalah wanita sempurna. Cantik, pandai mengurus rumah dan suami, dalam kesehariannya ia pun tak pernah neko-neko. Perkara anak, itu lain urusan, karena hanya Allah saja yang berhak menentukan.
Tak ingin larut dalam pemikirannya sendiri, Yoga pun melanjutkan pekerjaannya, namun dalam hati ia berharap, agar rumah tangga atasannya baik-baik saja.
Raka tiba di rumah, setelah memacu kencang mobilnya selama beberapa menit, tak sampai tiga puluh menit, maklum saja Yogyakarta bukanlah kota besar.
Rasa cinta yang terlalu besar pada sang istri, membuat Raka sangat khawatir. Kedengarannya mungkin klasik, atau overprotective, tapi memang demikian. Jangankan sakit, melihat jari Adhis berdarah ketika merawat tanaman saja, Raka bisa panik setengah mati, padahal ia seorang dokter, dan tahu bahwa hal itu tak membahayakan nyawa.
Namun, Raka kembali dibuat tertegun kala melihat mobil yang sepertinya semalam ia lihat parkir tak jauh dari rumah Anggita.
Deg
Raka terbelalak, mungkinkah???
Pecinta textbook pasti 😀
apapun keputusan kak author kamu terima aja ya raka