Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Rekan Bisnis?
Seorang pria tampan melangkahkan kakinya keluar dari pintu kaca sebuah bandara, dengan cepat sang asisten menghampirinya dan mengambil alih semua bawaan dari tangan bosnya.
"Kita kembali ke rumah, Tuan?" Tanya Tomo pada Bram setelah memastikan bosnya duduk dengan nyaman.
"Anakku ada di rumah, Tom?" Tanya Bram
"Tuan muda Romeo di rumah Wulan dan Ilyas, Tuan. Tadi setelah pulang sekolah saya mengantarnya"
"Di mana rumah mereka?"
"Modern land South City"
"Wow, apa Mira orang kaya? Bukankah Romy bilang rumah mereka di pemukiman kumuh?" Bram mengernyitkan keningnya
"Saya kurang tahu Tuan, sepertinya ada acara di sana, Tuan. Pembukaan sanggar ballet, karena pas antar Tuan muda Romy tadi kami kesulitan untuk mencari parkir"
"Pembukaan sanggar? Owhh iya! Kemarin aku dikirimkan undangan dari Reni untuk pembukaan sanggar balletnya. Apa Mira bekerja dengan Reni?"
"kalau itu saya kurang tahu Tuan, undangan diantar langsung oleh Nona Reni, dan sudah saya bawakan. Apa tuan mau langsung ke sana?" Tomo menyodorkan undangan pembukaan sanggar ballet milik Reni.
"Modern land, south city. Hmm, Ini alamat yang sama dengan rumah Mira, Tom" Bram membaca alamat yang tertera dalam undangan.
"Tomo, antar aku ke butik dulu lalu pesankan bouquet bunga dua buah, satu bunga rose pink dan satunya bunga lili" Pesan Bram pada asisten yang merangkap menjadi pengemudinya hari ini.
"Baik Tuan"
***
"Apa, jatuh di mana?" Marcel panik setelah mendapatkan laporan dari Deo kalau Ilyas terjatuh.
Dengan langkah panjang dia keluar sanggar melalui pintu depan dan memutar ke arah rumah besar di samping sanggar. Gerakan Marcel menarik perhatian Kalila, gadis itu mengikuti kemana papanya melangkah hingga Marcel memasuki rumah.
Dengan langkah perlahan Kalila mendekatkan langkah kakinya ke sebuah pintu kamar yang sedikit terbuka.
"Ilyas jatuh di mana, sayang?" tanya Marcel dengan nada cemas
"Hanya lecet tidak apa-apa, Tuan. Sudah saya berikan salep"
"Nami, jangan remehkan luka. Aku panggilkan dokter ya" Marcel mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya.
"Tuan, tidak perlu. Ilyas tidak apa-apa, percayalah".
"Aku engga apa-apa Papa, aku sehat. Aku mau main lagi sama kaka Wulan dan Kaka Romeo" Rengek Ilyas.
"Papa?" gumam Kalila
"Kamu yakin gak apa-apa, Jagoan? Sini Papa gendong, Papa mau lihat lukanya" Marcel merangkul tubuh kecil Ilyas dan di dudukan pada pahanya
Kalila melangkah maju dua langkah, dia beranikan menyodorkan kedua mata indahnya di sela pintu untuk menyaksikan sang Papa memberi perhatian pada bocah kecil yang menarik hati Papanya.
"Apa mereka sudah menjadi keluarga? Interaksi mereka sangat normal dan akrab" Batin Kalila
"Apa Ilyas yakin mau main lagi, lukanya masih basah sayang" Marcel mengelus lembut luka di dengkul Ilyas
"Ilyas janji gak lari-lari lagi Papa, Ilyas mau menggambar aja" seru Ilyas dengan bibir moyong-moyong dan mengusap airmatanya.
Marcel menaikan wajahnya dan menatap wajah Namira yang masih terlihat sendu.
"Kenapa wajahmu seperti ini, hmm. Apa kamu tidak bahagia dengan acara ini?" Marcel mengulurkan tangannya pada wajah Namira yang masih diam tertunduk.
"Saya tidak apa-apa, Tuan..saya hanya lelah"
"Lelah? Apa tidurmu tidak nyenyak semalam?"
"Iya sedikit terganggu" Marcel menaikan dagu Namira memastikan apa omongan Namira benar.
"Apa yang menganggu pikiranmu, Amour" Tanya Marcel lembut
"Tidak ada, aku hanya lelah" Namira melepaskan wajahnya dari tangan Marcel, dia membuang wajahnya ke arah samping menghindari tatapan Marcel.
"Ilyas sayang, mau main lagi?" Marcel kembali menatap Ilyas
"Iya Papa, boleh kan Papa?" Bujuk Ilyas
"Iya boleh, jangan lari-larian, mainnya hati-hati ya jagoan, Papa" Marcel menurunkan Ilyas dari pangkuannya
Melihat pergerakan di dalam kamar, Kalila mencari tempat bersembunyi. Dan Ilyas keluar dari kamar tanpa menutup pintu, lalu berlari kecil ke arah taman belakang.
Setelah memastikan Ilyas menghilang dari pandangannya, Kalila kembali melangkah ke arah pintu.
"Ada apa denganmu, aku tidak melihat kamu begitu antusias di acara ini" Marcel menangkup wajah Namira
"Aku sudah bilang, aku tidak apa-apa" Namira terlihat gusar
Marcel mendekatkan keningnya pada Namira, tangan kanannya menarik pinggang Namira agar lebih dekat posisi duduknya.
"Kamu selalu cantik di mataku, tapi hari ini kamu sangat cantik, maaf aku belum sempat memujimu. Semua harus aku pikirkan dengan hati-hati agar semua baik-baik saja"
'Aku tidak perlu pujian, Tuan. Aku lelah harus bersandiwara sementara aku menginginkan ini lebih dari hanya sekedar sandiwara. Apa aku terlalu egois menginginkan kasih sayangmu yang sebenarnya' batin Namira berbicara dengan lirih
"Kenapa diam, apa kamu marah padaku?" Marcel mendekatkan bibirnya nyaris menempel. Namira mengalihkan wajahnya lagi, menjauhi wajah Marcel.
"Aku akan kembali ke sana, Ka Reni pasti sedang mencariku" Namira berusaha melepaskan rangkulan tangan Marcel dari pinggangnya
"Aku tidak akan lepaskan sebelum kamu mengatakan apa yang membuat hatimu sedih, Nami" Marcel semakin mengeratkan pelukannya
"Tuan, anda menginginkan ini hanya sebagai sandiwara saja, kan. Ayo lah berlakon seperti artis yang profesional di depan penonton anda. Di saat tidak ada penonton biarkan saya menjadi diri saya sendiri. Kita hanya rekan bisnis" Namira membendung perasaan lukanya dengan kata-kata datar.
"Rekan bisnis? Kita suami istri sejak malam itu, Nami" Marcel menjepit dagu Namira dengan posesif.
"Suami Istri? Setelah anda bosan bisa membuang ku, iya kan? Oleh karena itu aku harus siap suatu saat anda bosan padaku, aku akan bersikap seperti ini jika kita tidak sedang berakting di depan penonton anda" Namira menggeliatkan tubuhnya dari pelukan Marcel agar bisa melepaskan diri dari pelukan itu.
"Miraaa...Di mana kamu Mir!" Suara Reni berteriak dari arah pintu penghubung rumah besar dengan taman belakang.
Kalila kembali mencari tempat persembunyian.
Namira mendorong tubuh Marcel, "I-iya ka, sebentar" Namira menghapus bibirnya yang tadi sempat dilumat Marcel dengan kasar.
"Ohh kamu dari sana, ngapain? Pacaran ya sama Marcel?" Goda Reni
"Ah engga ka, tadinya aku mau sholat, tapi ternyata ada tamu bulanan" Jawab Namira gugup
"Oiya? Kamu rajin ibadah ya. Ajarin Marcel agama Mir, biar gak pulang dalam keadaan mabuk terus" Reni memperhatikan wajah Namira
"Mir, lipstikmu kok jadi berantakan gitu sih? Touch up lagi make up-nya Mir. Habis ini acara sambutan kamu dan aku trus pengguntingan pita deh" Reni mengeluarkan lipstik berloga LV dari kantong dressnya.
Dengan gugup Namira membetulkan riasannya.
Kedua wanita itu berjalan ke arah luar melalui pintu penghubung antara rumah dengan halaman belakang.
Setelah memastikan Namira dan Reni kembali ke tempat acara, Marcel keluar kamar dengan tergesa.
"Kalila!!" Pekik Marcel setelah keluar kamar ternyata Kalila sudah menghadangnya di pintu kamar.
"Pih, siapa anak-anak itu. Dan apa pipi dengan Tante Mira sudah menikah?"
"Lila, i-ini..sejak kapan kamu ada di situ?!" Marcel terlihat panik
"Aku mendengar semuanya, Pih. Kenapa kabar bahagia ini tidak Papih bagi pada kami, apa aku tidak berarti bagi Pipih?" Ada genangan di pelupuk mata Kalila
Hatinya terluka karena Papihnya tidak berbagi cerita padanya.
"Kalila..kita akan bicarakan nanti, tapi papih mohon sembunyikan dulu hal ini dari Eyang Uty. Bisa Kalila pegang janji ini? Papih ingin Eyang Putri menerima mama Mira dengan baik, Papih harap kamu mengerti Kalila" Marcel mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk Kalila
Gadis itu masih shock melihat kemesraan keluarga kecil Marcel, sedikit ada rasa cemburu saat Marcel memperlakukan Ilyas dengan segenap perhatian dan kelembutan, hati kecilnya berkata dia tidak ingin berbagi kasih sayang Pipinya pada orang lain.
"Kalau aku tidak setuju Papih menikahi Tante Namira, apa Papih akan mengabulkan permintaan aku?" Tanya Kalila saat dalam pelukan Papihnya.
Wajah Marcel mengeras, dia tidak mampu menjawab pertanyaan dari darah dagingnya saat ini. Di sisi lain dia juga tidak mau melepaskan Namira dan anak-anaknya yang sudah memberi sebuah keluarga yang harmonis seperti impiannya selama ini.
"Jawab pertanyaan Kalila, Pih" Kalila melerai pelukannya pada Papihnya.
"Kita akan bicarakan itu lain waktu, Kalila. Tante Reni pasti sudah menunggu Papa"
"Papa? Aku tidak mau memanggil Pipi dengan Papa" Gadis muda di depannya memang masih kekanakan, sebuah panggilan pun akan dia permasalahkan.
"I-iya Sayang" Marcel sangat gugup menghadapi ini
Marcel menggandeng bahu Kalila kembali ke dalam sanggar melalui pintu depan. Saat mereka masuk, Marcel disuguhi pemandangan yang membuat hatinya memanas, seketika tatapannya menajam melihat sosok pria yang sedang memberikan bouquet bunga pada istrinya.
Namira terlihat tersenyum manis saat menerima bunga lili itu, dan Bram mengecup punggung tangan istrinya setelah memberikan bunga juga pada Reni
"Siapa yang menyuruh dia datang ke acara ini" Geram Marcel dengan tangan mengepal.
...💃🩰💃🩰...
Mohon dukungan like, komen dan votenya, Terima kasih 🩷